Harga Tomat Kota Batu Terjun Bebas

tomatKota Batu, Bhirawa
Di tengah tingginya permintaan sayuran menjelang Hari Raya Idul Fitri, ternyata petani tomat dan brungkul harus gigit jari. Pasalnya harga hasil buminya malah anjlok karena produksinya melimpah. Hal ini membuat petani harus menanggung kerugian yang tidak sedikit.
Untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar lagi, para petani terpaksa membiarkan saja hasil panennya di sawah. Hal ini terjadi karena biaya operasional untuk memanen jauh lebih besar dibanding keuntungan yang didapatkan.
Harga tomat di pasaran saat ini hanya  berkisar Rp 200 hingga Rp 300 per kilogram,  sementara harga brungkul dengan mutu super  hanya mampu dijual kisaran  Rp 1.500/kilogram.
“Biaya perawatan tinggi tapi harga jualnya murah. Coba sekarang ini lihat aja  satu peti tomat yang beratnya sekitar 65 kg hanya dihargai Rp 20 ribu.  Punya saya mending ada yang mau beli. Tapi  petani lainnya lebih memilih membiarkan tanamannya begitu saja” jelas Slamet, petani, warga Dusun Jeding, Desa Junrejo, kemarin.
Hal senada juga diungkapkan Sucipto, ia lebih memilih membagi-bagikan sayurannya kepada tetangganya, daripada memanen. “Daripada kerja bhakti tanpa untung, ya dibiarkan saja, dikembalikan ke bumi,” ujarnya.
Berdasarkan kalkulasi yang mereka lakukan, seandainya tomatnya itu dipanen malah mereka akan mendapatkan kerugian yang lebih besar. pasalnya harga satu peti tomat Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu, sementara upah kerjanya perorang Rp 10 ribu, belum lagi ditambah ongkos kirim yang tinggi.
Kedua petani menyebutkan kerugian tidak hanya dialami oleh petani tomat saja, tapi juga petani sayuran lain, seperti brungkul.  “Brungkul  super perkilogram hanya  bisa jual dengan harga Rp 1.500.  Ini jelas rugi. Karena harga pupuk ponska Rp 12.500  dan mutiara Rp 10.000/ kg” jelasnya. [sup]

Rate this article!
Tags: