Proses Bantuan Lama, Rela Sisihkan Gajinya untuk Belikan Kursi Roda

Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin saat menyambangi lansia sebatang kara dan memberikan bantuan kursi roda. [wiwit agus pribadi]

Potong Kompas Wali Kota Probolinggo Bantu Lansia
Kab Probolinggo, Bhirawa
Panjangnya proses bantuan melalui jalur pemerintah membuat Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin berpikir cepat. Ia berkomitmen menyisihkan gajinya untuk warga yang sangat membutuhkan bantuan yang sesuai kebutuhan, khususnya bagi lansia sebatang kara.
Setelah beberapa hari lalu Wali Kota Habib Hadi memberi bantuan kursi roda ke warga Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan. Ada lagi masyarakat yang menyampaikan informasi melalui media sosial (medsos) Pemkot Probolinggo, bahwa ada lansia sebatang kara yang tinggal di Jalan Amir Hamzah, Kelurahan Kedung Asem, Kecamatan Wonoasih. Warga bernama Surya, 80 tahun itu juga meminta bantuan kursi roda.
Bersama Camat Wonoasih, Deus Nawandi, Habib Hadi meluncur ke rumah Nenek Surya. “Bantuan kursi roda ini bisa keluar ke halaman, jalan-jalan, semoga ada manfaat ya kursinya. Kalau menunggu pemerintah lama prosesnya, harus didata dan diajukan dulu,” tutur Habib Hadi.
Ia punya cucu yang merawatnya meski tidak tinggal satu rumah. Saban pagi, cucunya yang mengantar makanan untuk Nenek Surya. Nenek Surya sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah, ia bahkan mendapat program Rantang Sehat tapi menolak. “Tidak dimakan, jadi sayang. Makanya terus dikembalikan untuk diberikan ke yang lain saja, “ujar cucu nenek Surya.
Siang itu, Wali Kota Hadi pun menghubungi Dinas Kesehatan untuk mengirimkan petugas kesehatan dari Puskesmas Wonoasih. Nenek Surya sudah lumpuh, kakinya bengkak dan matanya kabur.
Wali Kota Hadi mengatakan, pemerintah harus tahu dan hadir melihat kondisi masyarakatnya untuk melihat apakah sudah mendapat bantuan atau belum. Ia bersyukur bahwa Nenek Surya sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Saya berharap, masyarakat yang hidup sebatang kara segera informasikan, kami akan membantu. Jalur pemerintahan ada mekanismenya, maka cara saya melalui ikhtiar sisihkan gaji saya untuk yang membutuhkan,” tutur wali kota yang juga mantan anggota DPR RI dan peduli pada kesehatan warganya.
Saat berada di rumah Nenek Surya, Wali Kota menerima laporan bahwa ada satu lagi lansia sebatang kara yang tinggal di daerah itu tapi masuk Kelurahan Pakistaji, Kecamatan Wonoasih. Tak lama kemudian, Habib Hadi datang ke rumah lansia yang diketahui bernama Parmi.
Nenek Parmi tinggal di rumah yang begitu menyayat hati. Ia sebatang kara. Matanya sudah tidak bisa melihat namun masih bisa berjalan. Setiap harinya, Nenek Parmi dirawat oleh Rima, tetangganya. Tempat yang ditinggali Nenek Parmi adalah tanah milik Rima.
“Puskesmas, lurah dan Baznas suruh kesini segera,” tegas Habib Hadi. Sesuai permintaan Rima, Nenek Parmi akan diberi Rantang Sehat pengganti jatah Nenek Surya. Melalui dana Baznas Nenek Parmi akan diberi bantuan kipas angin, selimut, kasur, bantal, guling, perlak.
“Maunya saya tembok tapi dari yang tidak setuju, karena kalau malam Nenek Parmi tidur di dalam rumah tetangga yang merawat itu. Jadi, kami akan memberikan apa yang membantu untuk kelengkapan di dalam rumah, “papar Habib Hadi.
Wali kota mengaku terkejut karena masih ada kondisi lansia yang terlewat seperti ini. Jika tidak turun ke lapangan ia tidak akan tahu seperti apa situasi yang sebenarnya. Targetnya, di tahun 2022 nanti RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) tidak ada lagi di Kota Probolinggo, tandas Wali Kota Habib Hadi.
Pemkot Probolinggo menganggarkan dana Rp1 miliar untuk rehabilitasi RTLH (rumah tidak layak huni). Proyek itu bertujuan agar di kota berjuluk Bumi Banger tersebut nol (zero) RTLH. Dana tersebut dianggarkan melalui perubahan APBD tahun anggaran 2020, diproyeksikan untuk mendanai pembangunan 50 unit RTLH. Masing-masing unit dianggarkan senilai Rp20 juta, lanjutnya.
Proyek tersebar di 5 kecamatan, yakni Kecamatan Wonoasih, Kedopok, Kanigaran, Kademangan, dan Mayangan. Tiap kecamatan mendapat alokasi 10 unit RTLH. Rehab RTLH merupakan program yang disebut sebagai bentuk kehadiran Pemerintah Kota Probolinggo untuk membantu masyarakat. “Insyaallah awal bulan November sudah mulai pembangunan rumahnya. Tersebar di seluruh kecamatan,” sebutnya.
Wali Kota Hadi menegaskan, pihaknya menargetkan Bumi Banger zero RTLH. Target itu dilaksanakan secara bertahap. Untuk itu, ia meminta camat mendata rumah warga tak layak, supaya mendapat bantuan pemerintah, agar lebih layak untuk ditinggali. Data calon penerima bantuan rehab RTLH diusulkan LPM (lembaga pemberdayaan masyarakat) di masing-masing kelurahan. Kemudian di-survei untuk membuktikan apakah layak mendapat bantuan tersebut.
“Proses dari pemerintah memang lama karena prosedurnya begitu. Untuk itu, saya ingin menggerakan hati nurani masyarakat peduli sesama,” tandas Hadi Zainal Abidin.
Pada 2019, terdata ada 657 RTLH di Kota Probolinggo. Rinciannya di Kecamatan Wonoasih 82 keluarga; Kecamatan Kademangan 160 keluarga; Kecamatan Mayangan 160 keluarga; Kecamatan Kedopok 150; dan Kecamatan Kanigaran 160 keluarga.
Berdasar data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) atau basis data terpadu (BDT) per Januari 2020, lima kelurahan yang memiliki warga miskin, yakni Kelurahan Kanigaran, Kebonsari Kulon, Mangunharjo, Jrebeng Lor, dan Jati. “Data ini merupakan database yang berisi data kesejahteraan sosial dengan berbagai macam kriteria pada masing-masing individu dan rumah tangga. berdasarkan Surat Keputusan Bersama antara Menteri Keuangan, Menteri Sosial, dan Menteri Dalam Negeri di update 2 kali,” paparnya.
Selain DTDS/BDT, Pemkot juga mempunyai data miskin versi ULTPK (unit layanan terpadu penanggulangan kemiskinan). Data ULTPK merupakan data warga miskin di luar DTKS/BDT. Namun membutuhkan bantuan seperti kesehatan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. “Penanggulangan kemiskinan dapat melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil. Serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi,” pungkasnya. [wiwit agus pribadi]

Tags: