PT Wings Gelar Operasi Anak Penyandang Kraniofasial Gratis

MoU Kerja bareng Yayasan Peduli kasih Wings dengan RS Premier operasi anak Kraniofasial.

Surabaya, Bhirawa
PT Wings melalui Yayasan Wings Peduli Kasih milik Wings Corporation, perusahaan penghasii produk-produk makanan, minuman, perawatan rumah dan perawatan tubuh, kembali memberikan bantuan medis secara cuma-cuma dengan mengoperasi sejumlah penyandang craniofacial yang kebanyakan adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun.
lni adalah tahun ke-9 penandatanganan kerja sama 4 pilar antara Yayasan Wings Peduli Kasih, Yayasan Citra Baru Surabaya, RS Premiere Surabaya dan Tim Dokter RSUD Dr. Soetomo. Yayasan Wings Peduli Kasih telah berkomitmen untuk ambil bagian dalam penanggulangan craniofacial sejak 2008.
Selama 9 tahun, Yayasan Wings Peduli Kasih telah membantu hampir 200 anak penyandang craniofaclal untuk menikmati hidup tanpa merasa rendah diri atau minder karena kelainan wajah yang dideritanya.
Craniofacial adalah kelainan pada tulang wajah dan jaringan lunak daerah kepala yang merupakan kecacatan bawaan Iahir. Kelainan ini disebabkan oleh multifaktoral di antaranya faktor keturunan karena mutasi dari gen yang diturunkan seperti apert syndrome, crouzon syndrome dan sebagian dari bibir sumbing.
Faktor penyebab lain yaitu kekurangan nutrisi seperti asam folat, infeksi virus, radiasi, dan kekurangan vitamin B. Selain itu, hal ini bisa disebabkan ibu minum obat-obatan bebas tanpa resep dokter pada kehamilan trimester pertama sehingga mengganggu pembentukan pertumbuhan janin terutama pada wajah seperti meningocele danfacial cleft (sumbing pada wajah).
Kelainan yang diderita pasien sangat kompieks sehingga membutuhkan penanganan terpadu oleh satu tim dokter dari berbagai spesialisasi. Tim dokter yang bekerjasama dalam program ini berasal dari Tim Craniofacial RSUD Dr. Soetomo Surabaya di bawah pimpinan Prof. Dr. dr. Djohansjah Marzoeki, SP.BPRE(K). Tim dokter dalam program ini meliputi dokter spesialis bedah plastik, bedah syaraf, anestesi, anak, mata, radiologi, THT, patologi kiinik, rehabilitasi medik, dan dokter gigi spesialis orthodonti.
“Kelainan craniofacial ini merupakan kelainan anatomi yang biasanya merupakan kasus bedah dan butuh tindakan operatif. Untuk kasus yang ringan mungkin tidak periu operasi, tetapi tetap diobservasi. Jika dalam perjalanan menjadi berat, maka butuh tindakan. Kemudian untuk gejala yang muncui akibat dari kelainan anatomis ini bisa diatasi dengan non bedah, misalnya infeksi telinga dengan obat antibiotik, mata kering dengan obat mata, gangguan sesak sewaktu tidur bisa dibantu dengan CPAP, dan lain-Jain,” ujar Prof. Dr.dr.Djohansjah Marzoeki, Sp.BPRE(K), Ketua Tim Medis Craniofacial RSUD Dr. Soetomo Surabaya saat dijumpai di RS Premier Kamis (7/12) kemarin.
Yayasan Wings Peduli Kasih memutuskan untuk concern kepada isu craniofacial karena secara medis, penyandang craniofacial hanya mengalami kelainan fisik, bukan mental. Sangat disayangkan apabila penyandang craniofacial yang masih dalam usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan semestinya.
“Kami mengutamakan pengobatan untuk anak dan remaja usia sekolah. Pertimbangannya karena dukungan untuk mereka tidak akan berhenti pada tahap pengobatan dan tindakan medis saja, tetapi anak-anak tersebut juga akan mendapatkan beasiswa pendidikan,” ujar Luciana Tanoyo, Direktur Yayasan Wings Peduli Kasih, menambahkan.
Masih banyak orang awam maupun dokter yang beIum mengenali kelainan craniofacial ini di Indonesia, termasuk penyebaran demografisnya. Masih kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai kelainan craniofacial di Indonesia membuat Yayasan Wings Peduii Kasih tergerak untuk berbagi pengetahuan mengenai kelainan ini melalui media cetak maupun elektronik.
Untuk kasus bedah plastik, secara garis besar kelainan bawaan craniofacia/ dibagi menjadi dua yaitu cleft (facial cieft/bibir sumbing) dan craniosysnostosis. Craniosysnostosis yaitu sutura di kepala dan wajah menutup terialu dini, sehingga mengakibatkan kelainan bentuk kepala dan wajah, sampai dengan otak tidak dapat tumbuh dengan normal serta tekanan dalam kepala menjadi tinggi. Gejaia yang tampak adalah bentuk kepala dan wajah tidak normal, pusing, muntah, sesak sewaktu tidur, dan jika berat dapat mengakibatkan kebutaan.
Kasus cleft dapat ditangan’i oleh semua dokter bedah plastik di Indonesia yang menangani kasus bibir sumbing, sedangkan untuk kasus craniosysnostosis, pasien dapat dirujuk ke RSUD Dr.Soetomo Surabaya dan Yayasan Citra Baru di RS Premier Surabaya yang banyak menangani kasus craniosysnostosis.
SeIain 4 piIar di atas, Yayasan Citra Baru Surabaya berperan sangat aktif dalam persiapan pasien dan keiuarganya sejak pendataan, pengaturan akomodasi dan pemeriksaan, hingga penjadwalan operasi pasien. Yayasan ini juga menjadi koordinator para dokter, pihak rumah sakit, serta pasien.
“Kami berterima kasih kepada Yayasan Wings PeduIi Kasih, karena konsisten seIama 9 tahun berturut-turut menjadi tuIang punggung kami dalam membantu anak-anak berkebutuhan khusus ini untuk meraih masa depan mereka. Semoga tindakan baik ini dapat menjadi penggerak perusahaan Iain untukjuga membantu penyandang craniofacial,” ujar Pop Mulhadi, Ketua Harian Yayasan Citra Baru Surabaya.
Yayasan Wings PeduIi Kasih miIik Wings Corporations hadir dengan visinya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, terutama anak-anak generasi penerus bangsa Indonesia. Yayasan ini secara berkesinambungan memberikan bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan di seiuruh Indonesia dari aspek kesehatan dan pendidikan. [ma]

Tags: