Puasa dan Kesalehan Digital

Ani Sri Rahayu

Oleh:
Ani Sri Rahayu
Dosen PPKn (Civic Hukum) Univ. Muhammadiyah Malang

Bulan Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk meningkatkan berbagai kesalehan diri, baik secara individual, sosial, maupun digital. Lewat bulan Ramadan inilah sebuah waktu yang tepat dapat mengantarkan umat Muslim menuju peningkatan derajat kesalehan secara paripurna seperti sabda Rasulullah SAW bahwa belum sempurna keimanan seseorang jika belum mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Termasuk mencintai saudara di tengah merebahnya penggunaan media sosial. Dari situlah kesalehan digital bisa diperkuat di bulan Ramadan ini.
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi saat ini, kita bisa merasakan bersama bagaimana derasnya informasi yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Semua itu terjadi karena kemudahan-kemudahan yang disuguhkan teknologi untuk membantu manusia. Kemudahan yang disuguhkan oleh teknologi ini sejatinya memberikan dua sisi mata uang yang memiliki dampak positif dan juga dampak negatif. Oleh sebab itu, hal yang baik di tengah era digital harus kita maksimalkan dan hal negatifnya harus kita buang.
Itu artinya, era digital saat ini telah melingkupi sendi kehidupan manusia yang dapat menimbulkan dampak baik maupun buruk. Jutaan informasi yang disajikan internet dapat mempengaruhi sisi kehidupan kita maka harus disikapi dengan tepat. Terlebih di saat menjalankan puasa ini, kehadiran informasi dari internet tersebut menjadi tantangan dan peluang tersendiri dalam menjaga kualitas ibadah puasa. Oleh sebab itulah, momentum bulan Ramadan perlu dimanfaatkan untuk mengaplikasikan bentuk kesalehan digital dalam setiap individu ke dalam lapangan kehidupan masyarakat yg lebih luas secara kreatif dan inovatif.
Terlebih, kita ketahui ranah digital di negeri ini mendapat skor tertinggi dalam pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2021. Pilar Budaya Digital (digital culture) mendapat skor 3,90 dalam skala 5 atau baik. Diikuti Pilar Etika Digital (digital etics) dengan skor 3,53 dan Pilar Kecakapan Digital (digital skill) dengan skor 3,44. Sementara itu, Pilar Keamanan Digital (digital safety) mendapat skor paling rendah (3,10) atau sedikit di atas sedang.
Itu artinya, pemanfaatan teknologi informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, termasuk kalangan anak-anak. Dengan perkembangan teknologi informasi, menjadikan akses anak dalam menggunakan media digital juga semakin mudah. Melihat situasi yang demikian tentu menjadi hal yang tidak mudah bagi kita untuk bisa memanfaatkan media sosial secara arif dan bijak. Nah, melalui momen puasa Ramadan ini idelanya kita bisa memanfaatkan media digital secara baik, bijak dan sehat.
Terlebih berpuasa merupakan bentuk ketakwaan manusia kepada Alla SWT. Ketakwaan ini sendiri merupakan tujuan sekaligus barometer kesuksesan seseorang dalam menjalankan puasa yang saat ini sedang kita laksanakan di bulan suci Ramadhan. Hal ini ditegaskan di ujung ayat 183 dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah: yang artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Dan, untuk menggapai predikat takwa tersebut, tentu harus ada upaya dari diri kita untuk senantiasa memprioritaskan kualitas dalam pelaksanaan ibadah puasa. Bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga, namun harus ada komitmen untuk menahan diri dari perbuatan yang dapat menghilangkan keutamaan dan pahala puasa. Terlebih, upaya untuk meningkatkan kualitas puasa ini dari waktu ke waktu, dari zaman ke zaman terus mengalami tantangan baik dari setiap individu maupun lingkungan, terlebih saat ini kita hidup di tengah era digital. Dan, melalui puasa Ramadan inilah sebaik-baiknya momen yang tepat buat kita semua agar bisa memperkuat kesalehan digital kita besama. [*]

Rate this article!
Tags: