Pupuk Kimia Langka, Petani Produksi Pupuk Organik

Foto: ilustrasi

Probolinggo, Bhirawa
Kelompok Tani Bangu Jaya di kelurahan Sumber Taman kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo punya poduk unggulan berupa pupuk organik , di bawah binaan Dinas Pertanian Kota Probolinggo.
Bahan baku pupuk semakin mudah karena di wilayah tersebut banyak warga yang memelihara sapi dan memanfaatkan kotoran sapi  sebagai bahan utama pupuk organik .
Masyarakat atau petani menyambut  baik pruduksi pupuk organik ini karena dangan adanya pupuk organik ini di harapkan bisa mengurangi biaya pembelian pupuk kimia yang semakin langka di masyarakat dan dengan mengunakan pupuk organik hasil panen semakin meningkat,
Salah satu petani Saham mengatakan, biasanya dalam 1 hektar sawah mengunakan pupuk kimia 4 kwintal. “Dengan adanya pupuk organik pengunaan menjadi 2 kwintal,harapannya agar semua petani mengunakan pupuk organik kerna hasil penen tidak kalah dengan pupuk kimia murni,” katanya, Rabu (1/2).
Wali Kota Probolinggo, Hj. Rukmini, mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih pada penggunaan pupuk yang ramah lingkungan. Demi mewujudkan hal tersebut, masyarakat diberi pelatihan pembuatan pupuk organik.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan petani dalam pemakaian pupuk kimia yang semakin mahal dan langka, ujarnya.
“Disamping juga mengurangi dan mengendalikan pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah kotoran ternak dan limbah cair tahu. Serta, meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik yang ramah lingkungan,” katanya.
Pemakaian pupuk kimia secara terus-menerus dan berlebihan menyebabkan unsur hara di dalam tanah semakin berkurang. Akibatnya tanah semakin bergantung pada pupuk kimia.
“Hal tersebut tentunya akan berdampak kepada penurunan kualitas produk, tingginya residu pestisida dan yang tidak kalah penting adalah gangguan ekosistem dan pencemaran lingkungan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Hj. Rukmini mengatakan, Kota Probolinggo memiliki bahan baku pupuk organik yang sangat besar dan belum termanfaatkan secara optimal, baik yang berasal dari biomassa maupun kotoran ternak dan air limbah tahu. “Selain biaya pembuatannya yang sangat murah, juga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia yang semakin mahal dan langka,” tandasnya.
Pengolahan Sampah dan Limbah (PSL) telah melaksanakan Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Ungup – ungup Jl. Gubernur Suryo, dengan maksud dan tujuan. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan sampah terutama sampah organik, tandasnya.
Memberikan wawasan dan praktek tentang tata cara pembuatan pupuk kompos yang berasal dari sampah organik. Menerapkan pola prilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekitar melalui pemilahan sampah organik.
Penggunaan pupuk organik adalah pendukung bagi terwujudnya pertanian organik. Selain mengelola sampah menjadi kompos berbentuk serbuk, sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen UPT. Pengolahan Sampah dan Limbah juga telah melakukan pengembangan dalam proses pengolahan kompos yakni pembuatan kompos dalam bentuk granul yang terdiri dari tiga macam yaitu Granul Hitam (Organik), Granul Biru (Semi Organik) dan Granul Merah (Semi Organik), tambahnya. [wap]

Tags: