RA Kartini Inspirasi Kesetaraan Gender

Dr Andriyanto SH MKes

Refleksi Hari Kartini KE-56

Oleh :
Andriyanto
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur

Kartini menjadi salah satu sosok penting dalam emansipasi wanita di Indonesia. Oleh karena itu lah, tanggal 21 April yang juga merupakan hari lahir perempuan asal Jepara, Jawa Tengah, tersebut diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Kartini untuk mengenang jasa-jasanya. Peringatan Hari Kartini tersebut dirayakan setelah 2 Mei 1964, usai Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964. Dalam keputusan tersebut, Kartini juga ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Namun, peringatan Hari Kartini dirayakan pertama kali pada tanggal 21 April 1965.

Sejarah Hari Kartini

Raden Ajeng Kartini atau yang biasa dikenal sebagai R. A. Kartini merupakan sesosok wanita tangguh yang mendasari adanya emansipasi wanita di Indonesia. Beliau lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879. Kartini yang dari kecil merasa tidak bebas untuk menentukan pilihannya dan juga merasa diperlakukan berbeda dengan saudara maupun teman-teman prianya karena terlahir sebagai seorang wanita, serta merasa kurang adil dengan kebebasan teman-teman wanitanya yang berada di luar negeri khususnya dengan para wanita Belanda. Hal tersebut menumbuhkan keinginan dan tekad di dalam hati Kartini untuk menjadikan para wanita di Indonesia juga mempunyai persamaan derajat yang sama dengan laki-laki, bahwa setiap wanita juga mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan.

Demi mewujudkan keinginannya tersebut, Kartini mendirikan sekolah gratis untuk anak gadis di Jepara dan Rembang. Melalui sekolah gratis tersebut diajarkan pelajaran menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya. Sekolah gratis yang didirikan oleh kartini tersebut kemudian diikuti oleh wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di berbagai tempat lain, seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon.

Perjuangan dan tekad Kartini untuk menyamakan derajat kaum wanita dengan kaum pria telah membuahkan hasil, yaitu dibuktikan dengan berkembangnya sekolah-sekolah untuk wanita, namun tidak seindah dengan hasil yang telah ia capai, Kartini sakit-sakitan dan wafat setelah melahirkan putra pertamanya yaitu pada usia 25 tahun, tanggal 17 September 1904.

Karya RA Kartini

Sebelum menikah, Kartini telah melahirkan sejumlah tulisan, seperti “Upacara Perkawinan pada Suku Koja” yang terbit di Holandsche Lelie saat berusia 14 tahun. Selama masa pingit yang ia jalani, ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi dari Belanda menggunakan kemampuan berbahasa Belanda yang ia miliki. Salah satu temannya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Surat-surat yang dikirimkan menguraikan pemikiran Kartini terkait berbagai masalah termasuk tradisi feodal yang menindas, pernikahan paksa dan poligami bagi perempuan Jawa kelas atas, dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. Di sisi lain, surat-surat tersebut juga mencerminkan pengalaman hidup Kartini sebagai putri seorang Bupati Jawa.

Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang dibacanya, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir para perempuan Eropa. Oleh sebab itu lah, timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi yang memiliki status sosial yang rendah salah satunya karena pendidikan yang terbatas. Setelah RA Kartini wafat, J.H. Abendanon, yang juga merupakan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda tahun 1900-1905, mengumpulkan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Buku pertamanya diberi judul Door Duisternis tot Licht yang berarti Dari Kegelapan Menuju Cahaya, yang diterbitkan pada 1911. Di tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan buku tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul: Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.

Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane, seorang sastrawan Pujangga Baru. Sementara itu, surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Terbitnya surat-surat Kartini sangat menarik perhatian masyarakat Belanda. Di sisi lain, pemikiran-pemikiran Kartini juga mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Salah satunya adalah Van Deventer, seorang tokoh politik etis atau politik balas budi. Ketika surat-surat Kartini diterbitkan pada tahun 1911, Van Deventer terkesan sehingga tergerak untuk menulis sebuah resensi untuk menyebarluaskan cita-cita Kartini. Cita-cita Kartini tersebut ia rasa cocok dengan cita-cita Deventer sendiri yakni mengangkat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis, serta memperjuangkan emansipasi mereka.

Tantangan terbesar Kartini Indonesia

Tantangan terbesarnya, pada kenyataannya masih banyak perempuan, terutama ibu rumah tangga yang tidak memiliki akses untuk memiliki peran lebih di kalangan masyarakat, sesuai cita-cita RA Kartini. Akses yang ada di era modernitas ini diperuntukkan bagi manusia yang dapat mengelola peluang usaha dengan baik yang memadukan unsur modernitas sesuai dengan perkembangan zaman. Penggunaan teknologi modern pun tidak dapat dihindari untuk menunjang usaha yang dikelola.

Oleh sebab itu, perempuan menjadi terhambat untuk melakukan peran yang lebih seperti bekerja dan memulai usaha. Era yang serba modern ini, perempuan atau ibu rumah tangga justru memposisikan “serasa dipingit”, masih terbebani dengan pekerjaan domestik yang seolah-olah dibebankan kepadanya saja. Sebelum memulai pekerjaan pada sektor publik perempuan harus mengerjakan pekerjaan domestik terlebih dahulu, seperti mencuci, menyapu, memasak, dan mengurus anggota keluarga.

Selain itu, beberapa perempuan hanya bekerja pada sektor tertentu yang kebanyakan adalah pedagang kecil, buruh pabrik dengan upah rendah, serta petani sayur mayur. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya pendidikan formal yang mereka dapatkan saat masih muda. Fenomena semacam ini merupakan faktor nyata yang ada di pedesaan yang membuat perempuan atau ibu rumah tangga terhambat aksesnya untuk maju membantu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Pemerintah harus hadir

Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota harus hadir dan memfasilitasi dalam meningkatkan peran wanita dalam dunia kerja. Menyadari pentingnya peran perempuan dalam pembangunan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur haruslah fokus untuk memperluas kesempatan kerja, mendorong fleksibilitas pasar tenaga kerja, menyesuaikan gaji dengan mekanisme pasar, memperbaiki keterampilan dan kapasitas tenaga kerja dengan pelatihan untuk perempuan, dan menguatkan implementasi kebijakan tenaga kerja yang mengakomodasi kesetaraan gender.

Melalui momentum peringatan Hari Kartini kali ini, adalah sangat penting menelusuri kembali inspirasi dari semangat perjuangan perempuan di masa pandemi ke perjuangan perempuan Indonesia masa mendatang. Bisa dikata, perjuangan perempuan Indonesia masuk dalam area kritis dimana di sisi lain masih terjadi praktik-praktik yang diskriminatif terhadap perempuan. Sesungguhnya, perjuangan perempuan Indonesia belum lah selesai, pencapaian IPG (Indeks Pembangunan Gender) dan IDG (Indeks Pendayagunaan Gender) masih dirasa masih berjalan lambat, kekerasan masih terus dialami, dan tingkat kesejahteraan lainnya juga masih rendah. Ketimpangan antara perempuan dan laki-laki sangat terlihat dalam hal ekonomi.

Kita berharap Kartini-Kartini jaman Now sadar betapa berharga dirinya. Utamanya karena tidak pernah berhenti merawat perjuangan RA Kartini di masa lalu, dalam gerak sekecil apapun. Peringatan Hari Kartini bukan hanya diperingati dengan perempuan memakai kebaya semata. Kita berharap, banyak muncul Kartini hebat yang akan memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk menerapkan nilai-nilai emansipasi dan kesetaraan gender untuk kemajuan Indonesia masa kini. Kita warnai Hari Kartini dengan peran, kerja, dan karya nyata dari kita semua, untuk Indonesia tercinta. Selamat Hari Kartini.

——- *** ——–

Tags: