Rawat Spirit Emansipasi

Memperingati hari Kartini (ke-55), kelompok perempuan tidak lupa menggelar syukur telah suksesnya pemilu serentak. Ini bagai surat-surat RA Kartini, yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Karena perempuan (emak-emak) menjadi subyek isu sekaligus obyek, yang dieksploitasi. Tak terkecuali penyebaran berita bohong (hoax) dan fitnah yang berbasis perempuan. Termasuk melibatkan perempuan sebagai pelaku berita fitnah door to door.
Raden Ajeng Kartini (bersama perempuan pejuang lain) selalu memiliki cara mem-bahagia-kan kaumnya. Walau hanya dengan frasa kata sederhana, “ayo bangun.” Tetapi setiap kata perempuan yang kuat, selalu memiliki daya besar bagai pembangkit spiritual. Bahkan setiap lelaki yang kuat selalu membutuhkan ujaran sederhana kaum perempuan. Namun banyak pula perempuan, melupakan daya besarnya, memilih sebagai insan tak berdaya.
Siapa bilang, perempuan selalu berada dibawah laki-laki? Secara sosial, Indonesia (dan suku-suku) memiliki penghormatan terhadap perempuan. Ditambah pencerahan agama, perempuan menjadi garda terdepan aspek pendidikan (untuk kemajuan bangsa). Berbagai istilah (perempuan, wanita, dan wadon) memiliki makna strategis. Kata wadon, berarti tempat meng-hiba (curhat). Karena ibu biasanya selalu memiliki solusi berbagai permasalahan.
Agama menempatkan perempuan sejajar dengan laki-laki. Banyak ayat-ayat dalam kitab suci, mewajibkan perilaku hormat dan santun kepada kaum ibu. Bahkan ratusan hadits Nabi SAW, memberi status “nomor satu” kepada perempuan. Misalnya, dinyatakan bahwa perempuan adalah al-madrasah al-ula (pendidik awal) seluruh manusia. Tetapi harus diakui pula, banyak perempuan melakukan “banting harga.”
Berdasar sejarah, RA Kartini belajar mengaji dibawah asuhan kyai Sholeh Darat (Semarang), kerabat ibundanya. Dari garis keturunan ibu, Kartini merupakan “santri-wati.” Ia adalah cucu dari mbah kyai Haji Madirono, seorang ulama kesohor di Telukawur, Jepara. Karena itu banyak surat-surat Kartini bernuansa ajaran agama. Terutama emansipasi, dan kesetaraan gender (antara kali-laki dengan perempuan). Ribuan ayat AlQuran, dan Al-Hadits, mewajibkan pemuliaan perempuan.
Sebagai keturunan mbah kyai Madirono, Kartini mewarisi intelektualitas (dan spiritualitas) memadai. Minat bacanya sangat tinggi, termasuk beberapa karya sastra bermutu. Misalnya karya van Eeden, serta roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, berjudul “Die Waffen Nieder” (Letakkan Senjata). Ia juga membaca “Max Havelaar” karya Multatuli (Douwes Dekker).
RA Kartini, memiliki trah bermartabat. Ayahnya, RM Sosroningrat, adalah keturunan Pangeran Dangirin, Bupati Surabaya abad ke-18. Dari Pangeran Dangirin, dapat ditelusuri trah keturunan kerajaan Majapahit. Tetapi bukan gemerlap kehidupan istana (Kadipaten) yang membuat Kartini memiliki spirit kejuangan. Bahkan tembok istana menjadi benteng “pingit” yang membatasi gerak pergaulan permpuan. Benteng “pingit” berhasil dijebol tanpa kegaduhan sosial.
Tetapi sampai peringatan hari Kartini ke-55 tahun (2019) ini, masih banyak perempuan menjadi incaran berbagai tindakan diskriminasi. Di seluruh dunia, masih diperlukan peraturan anti-diskriminasi terhadap perempuan. Padahal pada tahun 1979 (40 tahun lalu) telah diterbitkan kesepakatan internasional berupa konvensi kesamaan perempuan. Wajib ditaati seluruh negara di dunia. Indonesia meratifikasi (persetujuan) CEDAW, melalui UU Nomor 7 tahun 1984.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) merumuskan CEDAW (Convention on the Elimination of all Forms of Discrimantion Against Women) sebagai payung hukum perlindungan perempuan. Agar perempuan di seluruh dunia dapat berpartisipasi memajukan masyarakat. Terutama pembangunan martabat ke-manusia-an berbasis keluarga. Secara mayoritas, perempuan men-dominasi peran pengelolaan keluarga, sebagai ibu rumahtangga.
Budaya sosial Indonesia memiliki sejarah pemuliaan terhadap perempuan. Bisa menjadi Bupati, Walikota, Menteri, sampai menjadi Kepala Negara (presiden). Pada masa kini, masih diharapkan “Kartini” lain untuk mencegah eksploitasi, dan diskriminasi peran perempuan.

——— 000 ———

Rate this article!
Rawat Spirit Emansipasi,5 / 5 ( 1votes )
Tags: