Rematika Jadikan Belajar Matematika Asyik dan Menyenangkan

Siswa SD Muhammadiyah 18 Surabaya mencoba menempelkan kembali pecahan rumus sesuai bangun ruang, Senin (11/12) kemarin. [Gegeh Bagus Setiadi]

Surabaya, Bhirawa
Siapa bilang mempelajari ilmu matematika sulit dan monoton? Buktinya, mahasiswa prodi matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya berhasil ‘menghipnotis’ puluhan siswa SD Muhammadiyah 18 tertarik mempelajarinya dengan cara fun and game.
Aplikasi pintar matematika, sebentar lagi akan dinikmati oleh siswa-siswa SD maupun SMP di Surabaya. Inovasi media pembelajaran ini, dibuat untuk mempermudah perlajar dalam mempelajari teori matematika yang terkesan sulit dan enggan untuk berlama-lama belajar dengan model soal matematika. Inovasi media pembelajaran matematika ini, dicetuskan oleh sekumpulan mahasiswa prodi matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya yang menemai dirinya Rematika (Relawan matematika asyik).
Beberapa media pembelajaran yang mereka buat, diantaranya; Doratic (Doodle Train Mathematic), Kotamat (Kotak Matematika), Kurung Sakti, Bopin (Boneka Pintar), Si Lida Case, Smart Turtle, Papin Aljabar (Papan Pintar), Scraphmath (Scraph Matematika), Meikata (Media Kuis Tebak Matematika), Karma (Kartu Matematika), Merangka, Dan TBC Rafqi (Trigonometry Brillian Card).
Berbagai media pembelajaran ini, sudah disosialisasi dan diterapkan oleh tim Rematika kepada pelajar-pelajar baik siswa-siswi Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah Pertama.
Salah satu sekolah yang beruntung dengan kesempatan tersebut adalah SD Muhammadiyah 18 Surabaya, yang mendapatkan kesempatan berpartisipasi dalam sosialisasi dan penerapan media inovasi pembelajaran.
Antusias siswa-siswi begitu besar terhadap media pembelajaran yang dibungkus game tersebut. Ketika pembukaan dan peluncuran media pembelajaran, Senin (11/12) kemarin misalnya, suasana begitu ramai dengan rasa penasaran dari pelajar SD dengan game-game edukasi tersebut.
Salah satu, media pembelajaran yang menarik perhatian siswa-siswi SD adalah permainan Merangka.
“Konsep dari permainan Merangka sendiri terinspirasi dari game ular tangga. Namun, kedua game sangat terlihat mencolok perbedaannya,” jelas Ianatuz Zukhrufah kepada Bhirawa.
Menurut Ianantus, Merangka dibuat dengan konsep permainan bertingkat, dimana dadu memiliki 6 warna untuk 64 kotak bertingkat. Pada masing-masing kotak memiliki pertanyaan, rumus dan keberuntungan. Para siswa terlihat nyaman dan gembira model pembelajaran yang dikenalkan tersebut.
“Permainan Merangka ini lumayan suka. Soalnya bisa belajar bangun ruang juga dan membantu saya dalam mempelajari rumusnya,” terang Yasmin siswi SD Muhammadiyah 18 Surabaya sat ditanyai kesannya.
Inovasi pembuatan media pembelajaran, Merangka ini berawal dari keluh kesah pelajar yang merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal bangun ruang. Hal ini, bertujuan juga untuk membantu pelajar dalam memahami persoalan bangun ruang. Dalam proses pembuatan media pembelajaran ini, tim Merangka membutuhkan waktu 1 minggu untuk menyelesaikan konsep game edukasi dan membuat model soal matematika.
Berbagai inovasi pembelajaran yang dibuat oleh Rematika, pada mulanya bertujuan untuk mengikuti lomba media pembelajaran matematika. Dari sekian media pembelajaran yang dilombakan, Doratic-lah yang menduduki peringkat utama dalam lomba tersebut. Doratic sendiri merupakan game edukasi yang dibuat untuk penyandang difabel.

Doratic, Rumus Bangun Ruang untuk Difabel
Kaum difabel kini semakin dimudahkan dalam belajar rumus-rumus bangun ruang. Inovasi metode pembelajaran yang dibuat oleh Muhammad Amirulatif dan Dewi Herawati berhasil menjawab bahwa ilmu matematika sangatlah muda. Mahasiswa semester V prodi matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Surabaya ini membuat Doodle Train Mathematic atau Doratic.
Inovasi media pembelajaran ini dibuat untuk mempermudah siswa dalam mempelajari teori matematika. Bahwasannya matematika yang terkesan sulit, khususnya menghafal rumus kini tidak berarti lagi. Apalagi, Doratic dibuat khusus untuk para difabel.
“Seperti Doratic, ini untuk memudahkan bagi difabel untuk belajar ilmu matematika agar tidak bosan,” kata Muhammad Amirulatif disela mengajarnya, Senin (11/12) kemarin.
Menurut dia, Doratic menekankan pada rumus-rumus bangun ruang. Mulai tabung, kubus, balok, kerucut, limas dan prisma segitiga yang dibuat laiknya kereta api. “Kita membuat dengan kombinasi puzzle rumus bangun ruang lengkap dengan audionya. Ini memang khusus untuk tuna grahita,” jelasnya.
Cara bermainnya, kata dia, setiap bangun ruang ditempeli rumus masing-masing. Setelah siswa menghafalnya, rumus tersebut yang melekat satu persatu dicopot dan diacak untuk ditempelkan kembali. “Seperti rumus kubus L = 6 X S2, ini dicopot dan siswa harus menempelkan kembali pecahan rumus-rumus tersebut,” imbuhnya.
Bahkan, karya Doratic juga telah meraih juara 1 lomba ‘Ayo Gawe Media’ yang digelar Prodi Matematika UMS. Pembuatan Doratic, kata dia, dibutuhkan waktu satu minggu lamanya yang terinspirasi dari film Thomas and Friends. “Kesulitannya pada saat menjahit hingga membentuk bangun ruang,” tandasnya. [ina.geh]

Tags: