Replika 60 Batik Khas Probolinggo Ditemukan di Belanda

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Probolinggo, Bhirawa.
Pemkot Probolinggo terus berupaya untuk mencari replica batik yang dulu konon sempat menghilang karena dibawa oleh penjajah Belanda. Upaya itu akhirnya membuahkan hasil, sebanyak 60 replika batik berhasil ditemukan di Belanda.
Tak berselang lama, Pemkot Probolinggo langsung melaunching 60 replika batik yang sempat menghilang itu ke masyarakat luas. “Replika batik yang dilaunching saat ini adalah batik yang dimiliki Kota Probolinggo, hanya saja dibawa Belanda dan sempat menghilang. Saat diketahui keberadaannya akhirnya dibawalah replika itu ke Kota Probolinggo,” kata Wakil Walikota H Suhadak, Rabu (14/10).
Dilaunchingnya batik ini diharapkan dapat dilestarikan oleh para generasi muda, agar sejarah yang dimiliki oleh kota kita tetap terjaga,” tandasnya. Kota Probolinggo sendiri saat ini memiliki bergama corak batik sebanyak 151 corak batik. “Batik-batik  inilah yang nantinya akan digalakkan untuk menarik wisatawan akan keanekaragaman khas yang dimiliki Kota Seribu Taman,” katanya.
Sebelumnya ada 28 motif batik yang dipamerkan dari 152 motif batik yang sudah teridentifikasi berasal dari Kota Probolinggo. Replika batik kuno itu motifnya beragam yakni Batik Kembang Sembujo, Hudan Mas, Gemek Tarung, Kembang Manggar, Nus Nusan, Kecipiran, Macan Macanan, Kembang Aribang, Kembang Anggur, Sinjang Girang, Jambang, Bekutahan, Godong Klowe, Kerangan, Gundo Wijoyo, Sawah Sekedok, Manuk Beluk, Kapal Layar, Nampam Perak, Wajekan, Terate, Intipyan, Bajul Ngantang, Merah Ngigel, Kembang Dilem, Bak Boyo, Karang Melok, Merak Menclok.
Replika 28 motif batik kuno Probolinggo itu diperoleh dari Museum Tropen Belanda. “Ada 152 motif yang tersimpan disana. Saat ini ada 60 motif batik yang replikanya sama ditemukan di Belanda.
Motif batik kuno sudah didokumentasikan oleh Belanda sejak 1886. Dengan peluncuran motif batik kuno ini, sudah menjadi kewajiban pemerintah dan warga untuk ikut melestarikannya. “Para pembatik Probolinggo tidak perlu lagi mencari motif lain,” papar Suhadak.
Motif ini bisa menjadi acuan bagi para pembatik di Kota Probolinggo. “Pakailah motif yang ada. Sudah dua motif batik kuno yang dibuat dari replika yang diperoleh dari Museum Tropen di Belanda itu,” katanya.
Master Batik asal Jogyakarta, Yuke Setyoko Lenan mengatakan, motif batik kuno ini tidak pernah dia temui di pasaran. “Ini motif kuno tapi baru. Sudah terkubur ratusan tahun,” kata ahli batik yang biasa disapa Lenan ini.
Batik Probolinggo memiliki karakteristik yang berbeda dengan motif-motif batik daerah lain seperti batik Yogjakarta, Pekalongan atau daerah lainnya. “Perlu digali lagi informasi ihwal filosofi motif yang terkandung dalam batik kuno Probolinggo ini,” ujar Lenan.
Karakteristik batik Probolinggo, kata dia tampak pada motif pecahan sebagai latar belakang pada motif dominannya.
Lebih lanjut Suhadak mengatakan, selain itu pula kota Probolinggo memberikan penghormatan terhadap  Dr Moch Shaleh  terus bergulir, penghormatan ini bukan hanya datang dari masyarakat umum namun juga dari Pemerintah  Kota Probolinggo. Dr Moch Shaleh yang dikenal sebagai salah satu orang yang mempunyai peranan penting di zaman perjuangan.
“Patung ini diresmikan untuk menghormati jasa Dr Moch Shaleh, sebagai bagian dari penghoramatan, patung Dr Moch Shaleh di Kota Probolinggo dibuat di depan museum Dr Moch Shaleh yang dulunya sempat menjadi milik Pemerintah Hindia Belanda. Jadi rumah dinas pegawai Hindia Belanda ada di Probolinggo. Peninggalannya berupa buku-buku tata negara, pemerintahan dan lain-lain.
Indikasi bahwa rumah itu milik pegawai Hindia Belanda. Karena Walikota pertama di Probolinggo yaitu orang Belanda, sedangkan Bupatinya orang pribumi. Jadi pertama didirikan adalah Kota Probolinggo kemudian Kabupaten Probolinggo, tambahnya. [Wap]

Tags: