Risma-Cendekiawan Muda Bicara Smart City

Ketua MASIKA ICMI orda Surabaya Achmad Thufeil Efendi serahkan cinderamata kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Sabu (12,9) di Ruang Sawunggaling Pemkot Surabaya..

Ketua MASIKA ICMI orda Surabaya Achmad Thufeil Efendi serahkan cinderamata kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Sabu (12,9) di Ruang Sawunggaling Pemkot Surabaya..

Surabaya, Bhirawa
Membangun budaya di setiap daerah dengan masyarakat yang beraneka ragam tidaklah semuda membalikkan telapak tangan. Namun hal itu dapat dibentuk dengan mempertahankan nilai budaya yang sudah ada dimasyarakat itu sendiri dengan menumbuhkan kecintaan akan budaya sendiri, sehingga dapat membangun konsep Smart City.
Pada seminar bertemakan Peran Cendekiawan Muda Dalam Menjaga Budaya dan Karakter ‘Arek Suroboyo’ Menuju Smart City, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan konsep Smart City di depan para anak-anak muda. Menurutnya, Smart City tidak bisa dilihat hanya dengan satu sisi saja, melainkan harus dilihat dari berbagai macam sisi.
“Kota yang smart itu adalah kota yang tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, tapi juga bisa dilihat dari semua sisi. Dimulai dari sisi lingkungan hingga sisi teknologinya,” kata Risma usai menghadiri seminar yang bertepatan dengan pelantikan pengurus Majelis Sinergi Kalam Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (MASIKA ICMI) Orda Surabaya periode 2015-2018 di Ruang Sawunggalin Pemkot Surabaya, Sabtu (12/9).
Wali Kota wanita pertama ini menjelaskan, Kota yang smart dapat dilihat ketika masyarakat juga dapat merasakan manfaat dari infrastruktur hingga pelayanan publik yang dimiliki oleh Kota tersebut. Selain itu, masyarakat juga dapat terlayani dengan baik oleh Pemerintahan yang mengatur Smart City tersebut. “Masyarakat kan menuntutnya itu, yang diinginkan itu. Jadi masyarakat bisa merasakan manfaat keberadaan Kot itu,” jelasnya.
Risma mencontohkan Kota Surabaya yang telah menerapkan program e-health untuk pelayanan masyarakat di Puskesmas. Dengan adanganya e-health maka masyarakat dapat sangat dipermudah ketika melakukan pemeriksaan di Puskemas. “E-health itu kan teknologi yang dapat mempermudah pendataan warga Kota Surabaya ketika periksa di Puskesmas,” terangnya.
Selain itu, keberadaan taman-taman Kota di jalan-jalan Surabaya juga wujud untuk mendukung Smart City ala Surabaya. Menciptakan Smart City di Surabaya kata Risma, tidak harus menghilangkan identitas Kota Surabaya itu sendiri. “Surabaya terkenal arek Suroboyoanya dan terkenal keramahannya. Jadi, Smart Citynya juga harus Smart City ala Surabaya bukan Smart City ala Singapura atau Smart City ala Bandung,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut Ketua MASIKA ICMI Orda Surabaya Achmad Thufeil Efendi, budaya adalah sebuah ajaran dan warisan bangsa yang harus dijaga. Apalagi dalam waktu dekat akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Terlebih lagi, dengan digalakkannya Surabaya Smart City, maka masyarakat Surabaya terutama generasi mudanya dapat berperan aktif untuk menjadi ujung tombak dan menjaga kearifan lokal yang ada.
“Untuk menghadapi efek akulturasi budaya dari MEA, terlebih dulu kita harus mengenal budaya kita sendiri,” tutur Ketua MASIKA ICMI Orda Surabaya Achmad Thufeil Efendi.
Pria yang akrab disapa Thufeil ini mengatakan, konsep kedepan yang dibawa oleh MASIKA ICMI adalah Peran Cendekiawan Muda Dalam Menjaga Budaya dan Karakter ‘Arek Suroboyo’ Menuju Surabaya Smart City.
“Salah satu latar belakang dipilihnya konsep tersebut adalah kita ingin tetap mempertahankan identitas Indonesia terutama Budaya Arek Suroboyo agar jangan sampai hilang. Ketika MEA sebagai pintu awal dari globalisasi masuk, kita tidak takut dengan efek buruk yang mereka bawa, salah satunya adalah tergerusnya kearifan lokal dan nilai-nilai etika dalam budaya kita,” urainya.
Tak hanya itu, Thufeil mengaku jika visi MASIKA ICMI Orda Surabaya adalah mengedepankan pendidikan budaya yang berkarakter. Sebab, dengan kita telah mengenal jati diri kita sendiri, maka dengan dengan begitu kita telah siap menuju Surabaya Smart City. Karena dalam konsep Smart City sendiri menghadirkan budaya baca dan budaya tulis di level Kota.
“Jika budaya arek Suroboyo yang ramah, mudah bergaul dan tegas itu dipadukan dengan budaya baca dan tulis, maka kedepan kita dapat memiliki sumber daya manusia (SDM) muda yang unggul ditingkatan Asean,” harapnya. [bed.adv ]

Tags: