RS Adi Husada Buka Pusat Penanganan Kanker Terpadu

Ketua Perkumpulan Adi Husada, dr Edhy Listiyo MARS MMed Qia CMA Cht MDISCA (kanan), Direktur Utama Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya, dr Yenny Wangsanegara (kedua dari kanan) CEO TE Asia Health care Partners, Mr Eng Aik Meng saat menggelar konfrensi pers bersama media Surabaya di Hotel Sheraton Surabaya, kemarin. [trie diana/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
untuk memenuhi kebutuhan pasien kanker terutama layanan radioterapi yang masih minim di Surabaya, Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya telah membangun pusat penanganan kanker terpadu dengan nama Adi Husada Cancer Center (AHCC).
Menurut Direktur Utama RS Adi Husada Undaan Wetan, Yenny Wangsanegara saat dikonfirmasi Bhirawa di sela-sela Grand Opening AHCC, Minggu (26/11) kemarin mengungkapkan terapi radiasi merupakan prosedur pengobatan kanker yang telah diakui hasilnya dan diterapkan diberbagai pusat penanganan kanker di dunia.
“Hanya saja, fasilitas radio terapi di Indonesia masih sedikit sekitar 67 unit sehingga membuat pasien harus mengantre. Seorang pasien bahkan harus menunggu sampai 6 bulan supaya bisa menjalani radioterapi, sedangkan di Surabaya sendiri jumlah fasilitas radio terapi baru ada dua,” jelasnya.
Yenny menambahkan AHCC memiliki fasilitas pelayanan penanganan kanker dengan dilengkapi Computer Tomography (CT) Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI) Scan, Mammografi, serta Ultrasound.
“Terapi radiasi yang kami miliki sudah menggunakan Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT), dimana pelayanan yang kami siapkan ini terpadu mulai sebelum, sesaat dan sesudah terkena kanker,” terangnya.
Sedangkan menurut Ketua Perkumpulan Adi Husada, Edhy Listiyo mengatakan pengembangan AHCC ini bekerja sama dengan TE Asia Healthcare Partners yang sebelumnya telah bekerja sama dengan beberapa rumah sakit lain di Asia seperti Hong Kong Integrated Oncology Center, Vietnam Integrated Medical Service, dan The Cancer Center At Mother Teresa of Calcutta Medical Center,.
“Asia memang menjadi target utama TE, mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk di kawasan ini membuat Asia sebagai daerah yang berpotensi memegang beban peningkatan penderita penyakit kronis,” katanya.
CEO TE Asia Healthcare Partners, Mr Eng Aik Meng menilai bahwa minimnya fasilitas penanganan penyakit kronis di Indonesia dinilai menjadi peluang bagi TE untuk membantu mengurangi kesenjangan di bidang penyelenggaraan kesehatan. [riq]

Tags: