Sarana dan Pra Sarana Umum Rusak Pasca Banjir di Kabupaten Nganjuk

Jembatan antar desa di Kecamatan Pace putus dan sejumlah ruas jalan rusak akibat terjangan banjir.(ristika/bhirawa)

Nganjuk, Bhirawa
Paska banjir yang menenggelamkan sejumlah wilayah di enam kecamatan mengakibatkan sejumlah fasilitas umum berupa jembatan dan jalan mengalami kerusakan. Saat ini Pemkab Nganjuk masih melakukan inventarisir serta mengambil langkah cepat untuk mengatasi kondisi darurat tersebut.
Salah satu sarana umum yang rusak adalah jembatan di Desa Banaran Kecamatan Pace. Luapan Sungai Bodor menyebabkan bangunan jembatan yang menghubungan Desa Banaran Pace dengan Desa Patihan Kecamatan Loceret rusak. Akibatnya, sepertiga bagian jembatan dengan panjang 15 meter dengan lebar 1,5 meter itu hanyut.
Menurut Arifin, Kaur Tata Usaha Desa Banaran, kerusakan jembatan disebabkan oleh banjir Sungai Bodor. Karena, arus sungai yang sangat kuat membawa banyak sampah dan bongkahan bambu menyangkut di tiang penyangga jembatan. Karena tidak kuat menahan arus banjir, jembatan yang dibangun atas swadaya masyarakat itu ambrol pada bagian tebing sisi selatan.
“Sebenarnya, jembatan ini pada banjir yang pertama sudah ambrol, terus oleh warga ditambal dengan sesek, tapi ada banjir susulan malah hanyut,” terang Arifin.
Agar bisa dilewati warga, anggota TNI, Polri bersama warga bergotong royong membangun kembali jembatan yang ambrol. Warga, menimbun tebing sungai yang tergerus air dengan tanah yang dimasukkan dalam karung. Diatasnya, baru diletakkan jembatan darurat dari bambu yang masih tersisa.
“Kalau tidak secepatnya dikerjakan,kasihan wargasini, terutama anak-anak sekolah yang selalu lewat jembatan ini,” ujar Arifin.
Selain, menyebabkan jembatan rusak,banjir juga menjebol tanggul sungai Bodor. Sedikitnya ada 7 titik bagian yang jebol. Akibatnya, luapan menggenangi ratusan rumah penduduk desa setempat.Untuk mengantisipasi terjadinya banjir susulan, warga bahu-mebahu menambal bagian tanggul yang jebol dengan tanah yang dimasukkan dalam karung.
“Untuk antisipasi saja,kalau terjadi banjir lagi, biar tidak meluap,” ucap Muhammad Tohari, warga desa setempat.
Terkait penanganan pasca bencana banjir, Wakil Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi mengatakan telah memerintahkan seluruh instansi dan elemen terkait untuk melakukan penanganan pasca bencana, sekaligus bersiaga 24 jam mengantisipasi bila ada banjir susulan.
Sedangkan untuk warga terdampak yang hingga kini masih dalam pendataan, seperti bangunan rusak dan kerugian material lainnya, akan ditangani oleh BPBD Nganjuk dan Dinas Sosial PPPA Nganjuk.
Lebih lanjut Wabup juga merencanakan upaya ke depan dalam meminimalisasi banjir, Pemkab Nganjuk akan menata ulang manajemen pengelolaan air. Hal ini berdasarkan temuannya di lapangan, saat berkeliling meninjau lokasi banjir, ternyata ada sungai-sungai kecil yang tetap kering.
“Di Nganjuk ini kan airnya kenceng, tapi cepet surut juga. Tadi ada sungai yang memang debit airnya tinggi. Tapi ada juga sungai kecil itu masih kosong. Jadi mungkin manajemen airnya harus dipakai. Jadi tidak sampai satu titik airnya penuh, yang lainnya kosong. Artinya, pengeloaan airnya harus lebih merata,” ujar Marhaen.
Sementara itu data sarana umum yang rusak pasca bencana banjir yang diperoleh Bhirawa diantaranya jalan Jurang Ringin di Dusun Selopuro Desa Ngetos retak sepanjang 15 meter. Kemudian jembatan di Dusun Sumberbendo Desa Ngetos putus total.
Sedangkan rumah roboh di Desa Ngetos Kecamatan Ngetos ada dua rumah, tidak ada korban jiwa. Di Dusun Cangkringan Desa Pacewetan Kecamatan Pace ada satu rumah roboh.
Dusun Jajar Desa Sumberkepuh Kecamatan Tanjunganom juga ada satu rumah roboh. (ris)

Tags: