Semangat Belajar di Tengah Kebisingan Kota

01 feature kampoeng ilmuBanyak warga Surabaya yang tidak tahu kalau Surabaya punya Kampoeng Ilmu. Bahkan tempat itu sekarang sudah diproklamirkan sebagai tempat wisata ilmu. Kalau orang asli  Kota Pahlawan pasti kenal dengan Jalan Semarang. Tak hanya dikenal sebagai sentra buku dan majalah bekas, di situlah Kampoeng Ilmu itu berada.
Gegeh, Kota Surabaya
Jalan Semarang tampak bising. Suara gergaji mesin  campur bising kemacetan. Bus kota jurusan Purabaya- Perak dan angkot menurunkan penumpang sembarangan. Pangkalan taksipun bikin ruwet kawasan sekitarnya. Pertokoan di seberang yang didominasi bengkel, menambah kebisingan kawasan itu.
Jalan Semarang sejak dulu juga dikenal masyarakat sebagai bursa buku dan majalah bekas. Jalan ini terletak tidak jauh dari Stasiun Pasar Turi. Banyak cendekiawan berburu buku-buku lama bermutu di tempat ini. Sepanjang Jalan Semarang terdapat puluhan stan berderet. Tempat yang selalu ramai ini sekarang direlokasi ke sebuah tempat khusus di Jl Semarang 37. Namanya Kampoeng Ilmu.
Meski sekitar Jalan Semarang bising, namun siswa-siswi yang masih duduk di bangku SD ini, tak terusik. Mereka asyik mengikuti bimbingan belajar (bimbel) yang digagas komunitas yang bergabung dalam pengajar sosial berbagai ilmu. Tak heran kalau masyarakat sekitar menyebutnya dengan Kampoeng Ilmu. Karena selain menyediakan aneka buku bekas, di lokasi itu secara gratis memberikan bimbel kepada siswa-siswi SD.
Di atas lahan seluas  2.500 m2 inilah, Pemkot Surabaya berkeinginan menyediakan suatu tempat khusus pengembangan budaya baca dan ilmu. Warga kota dari berbagai latar keilmuan dan tingkat ekonomi, dapat memanfaatkannya secara gratis. Tak heran di areal itu ada perpustakaan. Minat baca dan belajar siswa SD yang begitu tinggi tak pelak membuat suasana Kampoeng Ilmu selalu ramai setiap harinya.  Dan membuat para pengajar selalu  kewalahan dalam memberikan materi karena tidak sebandingnya dengan animo siswa-siswinya.
Para pengajar di sana umumnya berasal dari sejumlah universitas di Surabaya.
Di antaranya Dani. Dengan segala keterbatasan fasilitas, Dani  tak putus asa dalam membantu proses belajar mengajar siswa kurang mampu.
“Saya tahu siswa yang belajar di Kampoeng Ilmu mayoritas dari keluarga tak mampu, ya dinikmati saja. Misinya kan kita berbagi ilmu,” kata anak pertama dari lima bersaudara ini.
Dani yang juga menjadi koordinator pengajar di Kampoeng Ilmu, bernama lengkap Assyamsa Maulidani (23). Dia  hanya tamatan Sekolah Menengah Pertama(SMP), namun  mempunyai keinginan dan cita-cita yang tinggi. Dia ingin siswa yang belajar di Kampoeng Ilmu memiliki pendidikan lebih tinggi darinya. ” Saya cuma tamatan SMP.  Namun saya ingin adik-adik yang belajar di sini dengan segala keterbatasan fasilitas lebih pintar dari saya,” katanya.
Disinggung soal suka duka mengajar? Menurut Dani sangat banyak.  Menjadi pengajar sosial seperti dirinya kurang mendapat perhatian dari Pemkot Surabaya. Sukanya merasa berbahagia ketika bisa memberikan ilmu kepada anak tak mampu.
Saat ini saja, jumlah pengajar di Kampoeng Ilmu masih kurang.
Dengan jumlah 30-50 siswa yang ikut bimbel ini, dia mengaku kewalahan mengajar.  Karena itu dia meminta ada mahasiswa yang mau mengabdi untuk mengajar di sana. Dan uluran tangan itu sesekali datang.
” Bahkan  kemarin sempat dibantu mahasiswa dari Brunai untuk proses belajar mengajarnya, tak hanya itu mereka juga menyumbang meja kursi buat adik-adik. Dan kami juga pernah didatangi orangtua dari adik-adik yang ikut bimbel, orangtua salah satu anak didik. Meskipun hanya ucapan, itu sudah sebagai tolok ukur kerja sosial kami,” tambahnya. *

Keterangan Foto : Mahasiswa dari Unesa saat memberikan materi kepada siswa yang mengikuti bimbingan belajar di Kampoeng Ilmu Jalan Semarang, Minggu (18/5).

Tags: