Separuh SMA/SMK se-Jatim Gagal Penuhi Pagu

Plt Kacabdindik Provinsi Jatim Wilayah Kabupaten Situbondo, Mahrus Syamsul, saat melakukan pelantikan sejumlah Kasek SMAN baru belum lama ini. [sawawi]

Situbondo, Bhirawa
Hingga Rabu (10/7) kemarin Kantor Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Provinsi Jatim Wilayah Kabupaten Situbondo melansir ada sejumlah sekolah SMA/SMK yang tidak memenuhi target pagu penerimaan siswa baru tahun 2018. Ini terjadi terutama bagi sekolah menengah yang ada di pelosok desa atau di luar perkotaan Situbondo. Sebaliknya, sedikitnya ada 5 SMA/SMK yang kelebihan pagu hingga harus menolak pendaftar siswa baru.
Menurut Plt Kacabdindik Provinsi Jatim Wilayah Kabupaten Situbondo, Mahrus Syamsul, kelima sekolah yang menolak siswa baru karena kelebihan pagu diantaranya SMKN 1 Panji; SMAN 1 Situbondo; SMAN 2 Situbondo; SMAN 1 Asembagus dan SMAN 1 Besuki. Ini ditolak, kata mantan Kasek SMAN 1 Prajekan Bondowoso itu, karena keterbatasan ruang kelas baru (RKB) yang dimiliki sekolah yang bersangkutan.
“Seperti misalnya SMAN 1 Besuki itu juga menolak siswa baru karena RKB-nya kurang,” tutur Kacabdindik Mahrus Syamsul.
Masih kata Kacabdindik Mahrus, meski ada sekolah yang tidak berhasil memenuhi target pagu, pihaknya secara tegas tidak menambah perpanjangan pagu. Ini dilaksanakan, tutur Kacabdindik Mahrus, mengacu kepada hasil pemaparan Kadis Pendidikan Provinsi Jatim (Sjaiful Rakhman) beberapa hari yang lalu.
“Dalam pemaparan tersebut, Dindik Provinsi juga mengatakan ada 50 persen lebih sekolah SMA/SMK di Jatim yang kekurangan pagu,” tegas Kacabdindik Mahrus.
Masih kata Kacabdindik Mahrus, Dindik Jatim juga mengungkap ada salah satu sekolah di daerah Jatim yang hanya menerima 5 siswa baru meski sekolah tersebut bukan sekolah baru. Ini terjadi, katanya, ada tradisi di daerah tersebut dimana anak siswa baru mau masuk sekolah setelah hari pertama kegiatan belajar mengajar (KBM) di langsungkan. “Meski sudah di dekati, para orang tua anak disana masih tidak mau mendaftar. Pemicu lain turunnya pagu siswa baru karena suksesnya program KB di tanah air,” ungkap Kacabdindik Mahrus.
Kacabdindik Mahrus menambahkan, alasan suksesnya program KB sebagai salah satu pemicu turunnya pagu sekolah di Jatim bukan mengada ada tetapi memang sejak puluhan tahun lalu pemerintah intens menggaungkan penerapan penekanan jumlah penduduk dengan program dua anak cukup. Alasan kedua, beber Kacabdindik Mahrus, ada kemungkinan calon siswa baru memilih melanjutkan pendidikan ke sekolah dilingkungan pondok pesantren (ponpes).
“Ini terjadi di sekolah sekolah Bondowoso yang banyak memilih melanjutkan pendidikan ke pondok,” pungkas Kacabdindik Mahrus. [awi]

Tags: