September, Impor Jatim Turun

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis kalau nilai Jatim pada September 2016 mencapai USD1.499,02 juta atau turun 12,00 persen dibanding impor Agustus 2016 yang mencapai USD1.703,48 juta.
Secara kumulatif, nilai impor Jatim sejak Januari sampai September 2016 mencapai USD13.331,48 juta atau turun 10,20 persen dibanding periode yang sama di 2015 yang mencapai USD14.845,99 juta.
“Kami belum bisa memastikan faktor utama penyebab turunnya impor di Jatim, tapi menurut saya penyebab utamanya karena prekonomian global belum stabil,” kata Kepala BPS Jatim Teguh Pramono.
Meski demikian, lanjut Teguh, ada beberapa impor Jatim mengalami kenaikan. Di antaranya, impor migas pada September 2016 mencapai USD309,50 juta atau naik 31,75 persen dibanding impor migas Agustus 2016 yang mencapai USD234,92 juta.
“Selama Januari sampai September 2016 impor migas mencapai USD2.156,09 juta atau menurun sebesar 25,81 persen dibanding impor migas periode yang sama di 2015 yang mencapai USD2.906,28 juta,” katanya.
Namun, lain halnya dengan impor nonmigas, pada September 2016 mencapai USD1.189,52 juta atau turun 19,00 persen dibanding impor nonmigas Agustus 2016 yang mencapai USD1.468,56 juta.
Secara kumulatif sejak Januari sampai September 2016 impor nonmigas Jatim mencapai USD11.175,39 juta atau turun sebesar 6,40 persen dibanding periode yang sama di 2015 yang mencapai USD11.939,70 juta.
Menurut Teguh, impor nonmigas Jatim selama September 2016 didominasi oleh mesin-mesin/peralatan mekanik dengan nilai USD124,65 juta, diikuti besi dan baja sebesar USD102,33 juta, plastik dan barang dari plastik sebesar USD99,51 juta, bungkil industri makanan sebesar USD91,06 juta, dan gandum-ganduman sebesar USD76,67 juta.
Komoditi utama dari kelompok barang mesin-mesin/peralatan mekanik (HS 84) Instalasi penyulingan atau rektifikasi, tidak dioperasikan secara elektrik senilai USD9,29 juta. Sedangkan di kelompok besi dan baja (HS 72) komoditi utamanya adalah produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan, yang mengandung karbon kurang dari 0,25 persen dengan berat senilai USD17,74 juta.
“Sementara kelompok plastik dan barang dari plastik (HS 39) komoditi utamanya adalah polipropilena butiran senilai USD24,14 juta, naik 9,33 persen dibandingkan dengan Agustus,” ujarnya.
Selama September 2016, impor barang dan nonmigas terbesar adalah Tiongkok dengan nilai USD370,44 juta, diikuti Amerika Serikat senilai USD97,70 juta, dan Jepang senilai USD57,58 juta. Kontribusi ketiga negara ini mencapai 40,33 persen.
Sementara untuk negara ASEAN asal barang impor nonmigas terbesar adalah Thailand dengan nilai impor mencapai USD55,35 juta, diikuti Singapura dengan nilai USD38,34 juta dan Malaysia dengan nilai impor mencapai USD32,29 juta. Sedangkan untuk negara Eropa asal barang terbesar adalah Australia dengan nilai sebesar USD36,94 juta, diikuti Jerman senilai USD33,41 juta, dan Italia dengan nilai USD11,19 juta. [rac]

Rate this article!
Tags: