September, Inflasi di Provinsi Jawa Timur Naik 0,19 Persen

Foto Ilustrasi

Pemprov Jatim, Bhirawa
Dari pemantauan perubahan harga selama bulan September 2017 di 8 kota IHK Jawa Timur menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) yaitu dari 128,62 pada bulan Agustus 2017 menjadi 128,86 pada bulan September 2017 atau 0,19 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Teguh Pramono melalui Kepala Bidang Statistik Distribusi, Satriyo Wibowo SP. MM mengatakan, pola perubahan harga pada September 2017 ini sama seperti tahun sebelumnya yaitu mengalami inflasi.
“Sepanjang tahun 2008 sampai dengan 2017 hanya terjadi sekali deflasi di bulan September, yaitu pada tahun 2013, sedangkan sisanya mengalami inflasi. Bulan September 2009 merupakan inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,20 persen sedangkan deflasi pada bulan September 2013 sebesar 0,23 persen,” paparnya, kemarin.
Dijelaskannya, Pada September2017, dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok mengalami inflasi dan satu kelompok mengalami deflasi. Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok Sandang yang mencapai 0,77 persen. Sementara, kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok Bahan Makanan sebesar 0,56 persen.
Dikatakannya, ada tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi di bulan September 2017 adalah beras, biaya kontrak rumah, dan emas perhiasan. “Berkurangnya produksi beras di beberapa daerah serta adanya penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras oleh pemerintah pada tanggal 1 September 2017 membuat harga beras menjadi naik,” katanya.
Ia juga menambahkan, naiknya harga emas dunia serta pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar juga membuat harga emas perhiasan naik dibandingkan bulan sebelumnya. Selain komoditas-komoditas pendorong laju inflasi di atas, beberapa komoditas menjadi penghambat terjadinya inflasi di bulan September 2017 ini.
Di sisi lain, ada juga tiga komoditas utama yang menghambat terjadinya inflasi adalah bawang putih, bawangmerah, dan cabairawit. “Adanya panen serentak di bulan September membuat pasokan bawang merah dan bawang putih melimpah di pasaran yang mengakibatkan harga di pasar menjadi turun,” katanya.
Kemudian, kondisi cuaca di bulan September yang masih kemarau dan belum turun hujan di beberapa daerah juga membuat stok cabe rawit melimpah serta diikuti dengan kualitas yang baik. Hal ini membuat harganya juga semakin turun di pasar.
Selain tiga komoditas utama pendorong inflasi di atas, komoditas lain yang juga mendorong terjadinya inflasi bulan September adalah sewa rumah, mie, biaya akademi/perguruan tinggi, besi beton, pepaya, upah baby sitter, dan teh manis.
Dari penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK di Jawa Timur selama September 2017, tujuh kota mengalami inflasi dan hanya satu kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kediri yaitu mencapai 0,31 persen, diikuti Surabaya 0,26 persen, Madiun 0,12 persen, Probolinggo 0,11 persen, Jember 0,06 persen, Malang 0,05 persen, dan Sumenep 0,03 persen. Sedangkan Banyuwangi mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.
Komoditas emas perhiasan merupakan komoditas yang memiliki andil yang cukup signifikan terhadap terjadinya inflasi di semua kota IHK Jawa Timur. Kemudian selain Jember, komoditas beras juga mendorong laju inflasi di 7 kota lainnya di Jawa Timur.
Selanjutnya komoditas seperti pepaya dan besi beton juga turut menyumbang inflasi di beberapa kota di Jawa Timur. Turunnya harga bawang putih dan cabai rawit di seluruh kota inflasi di Jawa Timur menjadi faktor utama penghambat inflasi,sedangkan selain Jember, komoditas bawang merah mengalami penurunan di 7 kota lainnya.
Selanjutnya komoditas wortel dan telur ayam ras menjadi faktor penghambat inflasi di beberapa kota di Jawa Timur. Sampai dengan bulan September 2017 secara kumulatif Kota Madiun merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 4,04 persen, kemudian diikuti Kota Surabaya yang mencapai 3,24 persen, dan Kota Malang mencapai 2,94 persen. Sedangkan inflasi tahun kalender yang terendah adalah di Banyuwangi dan Sumenep yang masing-masing mencapai 2,12 persen dan 2,34 persen. [rac]

Tags: