Siapkan Mitigasi Melambungnya Harga kedelai

Saat ini, masyarakat Indonesia belum terbebas dari kenaikan harga minyak goreng. Namun, kini masyarakat harus dihadapkan pada kenaikan harga kedelai, yang merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe. Padahal, seperti kita ketahui tahu dan tempe termasuk makanan pokok sebagian besar rakyat Indonesia. Sontak, kenaikan harga kedelai saat inipun menjadi perhatian publik.

Masyarakat Indonesia sebagai pengkonsumsi pokok tahu dan tempe, sekaligus pengrajin tempe dan tahu bisa terpastikan akan tersiksa dengan kenaikan harga kedelai ini. Bahkan, situasi kenaikan harga kedelai bisa jadi sulit terbendung lantaran kebutuhan pasokan kedelai mengandalkan impor yang secara otomatis harga kedelai ini sangat bergantung pada dinamika pasar global. Inilah yang membuat harganya sangat fluktuatif dan mempengaruhi perajin tahu dan tempe di Indonesia.

Berdasarkan catatan Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), kebutuhan nasional kedelai untuk tahu dan tempe sebanyak 3 juta ton per tahun. Sebanyak 1 juta ton untuk tahu dan 2 juta ton untuk tempe. Sedangkan, harga kedelai internasional saat ini di tingkat importir terus mengalami lonjakan. Data Chicago Board of Trade (CBOT) pekan pertama Februari 2022 menunjukkan harga kedelai sudah mencapai 15,79 dolar AS per bushel atau sekitar Rp 11.240 per kg di tingkat importer, (Kompas, 20/2/2022).

Melihat realitas yang demikian, sudah semestinya pemerintah punya mitigasi dan strategi yang tepat untuk menyikapi kenaikan harga kedelai. Terlebih, tahu dan tempe ini telah menjadi bagian yang melekat dari kehidupan rakyat. Sehingga, saatnya pemerintah melalui Kementerian Perdagangan bisa segera melakukan langkah dalam mendorong ketersediaan kedelai di pasaran, guna menstabilkan harga. Sebab harga akan stabil saat kedelai ada dan mudah didapat. Solusi yang bisa tertawarkan adalah solusi jangka panjang dengan mendorong agar jumlah produksi kedelai dalam negeri ditingkatkan. Sedangkan, langkah jangka pendek bisa diambil dengan menyiapkan ketersediaan kedelai atau menjaga iron stock, yang perlu tersesuaikan dengan kebutuhan pasar untuk menjamin supply.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen FPP Universitas Muhmammadiyah Malang.

Tags: