SMA-U Hafshawaty Terapkan Double Track

Beras analog santriwati Genggong rajai kompetisi internasional. [wiwit agus pribadi]

Sekolah Swasta Pertama di Jatim dengan Pilihan Tataboga
Probolinggo, Bhirawa
Sederet prestasi ditorehkan selama satu tahun terakhir, membuat SMA Unggulan Hafshawaty Pajarakan Probolinggo banjir tawaran program. Sekolah dibawah naungan Pesantren Zainul Hasan Genggong ini ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara Double Track.
Sehingga menjadi sekolah swasta pertama di Jawa Timur yang dipercaya melaksanakan program double track. Hal ini diungkapkan kepala SMA-U Hafshawaty, Moh Inzah, Rabu (22/1). SMA Double Track adalah program unggulan Provinsi Jawa Timur di bidang pendidikan. Double Track merupakan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) reguler dan menyelenggarakan kegiatan pembekalan keterampilan secara berdampingan sesuai dengan kearifan lokal, katanya.
Menurut Inzah, sekolahnya merupakan satu – satunya sekolah swasta yang mendapatkan Surat Keputusan (SK) untuk menerapkan Double Track dari Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sejatinya program ini hanya diperuntukkan bagi SMA/MA negeri di Jawa Timur. Di kabuparen Probolinggo terdapat lima SMAN yang sudah melaksanakan program double track. ”SK dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur kami terima Desember tahun lalu. Nanti akan diterapkan saat memasuki tahun ajaran baru 2020 – 2021,” terang Inzah.
Spesialisasi Program Double Track yang akan diterapkan di SMA-U Hafshawaty, menurut Inzah, bidang tata boga. Pertimbangannya, sekolah mempunyai SDM dan SDA yang sudah mumpuni, bahkan karya di bidang tata boga sudah go international.
“Kami pilih tata boga untuk mengembangkan beras analog yang sudah juara di kompetisi internasional di Thailand, kebetulan ada support juga dari PT POMI Paiton Energi. Karya lain, kue lapis suweg sudah ada BPOM, kemudian plastik zibetic juga pernah juara,” terangnya.
Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meyebut Double Track memberikan jawaban atas terciptanya SDM berkualitas, khususnya bagi lulusan SMA/MA. Sehingga gubernur ingin program ini bisa bersinergi dengan program Millenial Job Center (MJC) dan One Pesantren One Product (OPOP).
“Cipta Lapangan Kerja dengan inovasi SMA atau MA Double Track diharapkan setiap tahun bisa menghasilkan 600 ribu peluang kerja baru. Dimana, 600 ribu diantaranya dihasilkan lewat SMA atau MA Double Track ini. Sementara setiap tahun angkatan kerja baru di Jawa Timur mencapai 800 ribu orang,” tuturnya.
Pilihan tataboga ini diambil karena berhasil menyabet juara di The Second Phatthalung International Science Fair 2019 and PCCST Internasional Science Fair di Phatthalung, Thailand, Selasa (15/1) lalu. Di ajang ini, tiga peserta dari Genggong yakni, Khomsiyah Naili (17), Nanik Nor Laila (16), dan Cahyaning Fitrialy Aisyah (15) berhasil meraih juara I. Mereka menyingkirkan 26 tim dari empat negara (Thailand, Malaysia, Vietnam dan Indonesia) melalui sistem tanya jawab dengan terkait temuan beras analog yang mereka usung.
Beras analog menurut Cahyaning, santri asal Kelurahan Kademangan, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo, memiliki banyak kelebihan karena bisa mengobati beragam penyakit. ”Bahan utama beras analog ada tiga, umbi suweg, daun kelor, dan tepung sagu. Ketiga bahan itu diolah melalui beberapa tahahapan sehingga menjadi layaknya beras organik biasa. Namun perbedaannya hanya dari warna saja,” papar Cahyaning.
Ditanya khasiat beras analog berwarna hijau tua itu, Cahyaning menjelaskan, beras ini bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Bahkan juga bisa menjadi terapi sejumlah penyakit. Salah satunya bisa mengobati penyakit diabetes dan kanker. Bisa juga dikonsumsi orang yang sedang menjalani program penurunan berat badan (diet). Untuk mengolah umbi suweg, daun kelor, dan sagu sehingga menjadi beras melalui beberapa proses cukup lama tapi mudah.
Pertama, umbi suweg dihilangkan dulu racunnya, kemudian dikupas dan diiris. Selanjutnya dijemur hingga kering lalu dihaluskan sampai menjadi tepung. Begitu juga dengan daun kelor dan sagunya yang dijemur dan dihaluskan dengan cara diblender. “Kemudian dioven selama 30 menit, lalu kita lakukan pencetakan menjadi beras analognya, Beras analog yang sudah berbentuk kemasan. Beras inilah yang mengantarkan kami Santriwati Genggong meraih juara Internasional” terang Cahyaning.
Naili, peserta lain asal Desa Bataan, Kecamatan Tenggarang, Kabupaten Bondowoso, ide ini berasal dari kurangnya kesadaran masyarakat memanfaatkan buah yang memiliki khasiat yang banyak. Terutama umbi suweg yang jarang dimanfaatkan dengan baik. Padahal kandungan nutrisinya itu sangat banyak, terlebih suweg banyak tumbuh di Probolinggo. Selain itu, pembuatan beras ini juga terinspirasi dari beras-beras impor. Sehingga kita coba membuat beras tiruan dengan bahan dasar dari pangan-pangan lokal.

Pengasuh Pesantren, Hasan Mutawakkil Apresiasi dan Sambut Tiga Santriwati
Atas prestasi gemilang yang kembali diraih, kedatangan tiga santriwati Genggong disambut meriah. Mereka disambut iringan sholawat oleh santri lainnya, serta para guru tak terkecuali Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong, KH Moh Hasan Mutawakkil Alallah.
“Kami sebagai komunitas pesantren yang selama ini terkenal kumuh, apa adanya sarung dan kopyahnya miring dan ustadznya juga seperti itu, serta ustadzahnya yang cantiknya orsinil mampu dan bisa memberikan prestasi yang cemerlang di kancah internasional,” kata KH Mutawakkil.
Nun Gudel, panggilan akrab KH Mutawakkil berharap, capaian ini bisa menjadi spirit para satri-santri dari lembaga lain di lingkungan Pesantren Genggong. ”Dengan ini, kalian tidak hanya mengharumkan nama Genggong saja, tapi juga bangsa dan nama baik negara Republik Indonesia. Mudah-mudahan ke depannya, Pesantren Zainul Hasan dapat mendidik putra – putri umat yang berkualitas, baik intelektual, spiritual, dan berakhlakul karimah,” harapnya.
Sebagai Pengasuh Pesantren Nun Gudel sangat bangga kepada anak didik yang terus menorehkan tinta emas. ”Selain dari semangat yang kami miliki, sehingga kami sampai dan berhasil meraih ini semua, tak lepas dari barokah para masyayikh Genggong, tak hanya mengharumkan nama negara tercinta kami ini, kami juga bisa kibarkan bendera Indonesia di negara Thailand,” ucapnya bangga. [wap]

Tags: