Smamda Surabaya Gelar Webinar Parenting Hadirkan Psikolog Prof Yusti Probowati

Surabaya, Bhirawa
SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, Sabtu (17/4) lalu menggelar kegiatan Webinar Parenting. Kegiatan bertemakan Tips Memilih Study Lanjut di Masa Pandemi ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada para calon orang tua atau wali siswa Smamda Surabaya dari SMPN 1 Sedati, SMPN 4 Waru dan beberapa SMP Negeri dan Swasta Kota Surabaya agar memilih studi lanjut yang tepat untuk buah hati mereka.
Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Smamda Surabaya. Selain mengenalkan sekolah kepada calon siswa, Smamda Surabaya juga mengenalkan langsung kepada orang tua atau wali siswa yang dikemas melalui webinar parenting.
Menurut Kepala Smamda, Ustadz Astajab SPd MM, kegiatan parenting ini akan sangat bermanfaat bagi orang tua calon siswa. Sebab para orang tua calon siswa diajak mendengarkan paparan narasumber yang dihadirkan dalam Webinar Parenting yakni Prof Dr Yusti Probowati, salah satu Psikolog yang juga menjabat Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya (Ubaya).
“Semoga setelah mengikuti kegiatan parenting ini orang tua tidak lagi bingung atau ragu untuk memilihkan studi lanjut untuk putra – putrinya. Dan diharapkan akan lebih banyak orang tua yang mendaftarkan putra – putrinya untuk bersekolah di Smamda Surabaya. Sebab Smamda tidak hanya fokus pada pendidikan akademik saja, tetapi juga fokus pada pendidikan non akademik. Menariknya lagi Smamda memiliki sebanyak 52 kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat memfasilitasi minat dan bakat calon siswa,” harap Ustadz Astajab.
Ustadz Astajab juga menjelaskan, kegiatan parenting hari ini merupakan kegiatan kali kedua dengan menggandeng psikolog Prof Yusti Probowati sebagai narasumber. Kegiatan parenting yang lalu telah diselenggarakan pada Hari Sabtu (3/4)) mengambil tema yang hampir sama yaitu Kiat Mempersiapkan Pendidikan Anak yang Lebih Baik Menghadapi Era Digital di Masa Pandemi.
Dalam paparannya yang disampaikan kepada para peserta Webinar Parenting, diantaranya Kepala SMPN 1 Sedati dan PLt Kepala SMPN 4 Waru, Dr Neti Lestiningsih MPd dan beberapa Kepala Sekolah SMP Negeri dan Swasta lainnya di Surabaya dan Sidoarjo, serta para calon wali murid. Prof Yusti menjelaskan, terkait sekolah di masa pandemi Covid 19 ini. Para orang tua harus lebih mendekatkan diri dengan keluarga, terutama para anak – anaknya, untuk memberikan pemikiran positif kepada anak – anak dengan menjalin komunikasi lebih inten.
“Kita sebagai orang tua harus membuka wawasan diskusi dan berdialog dengan anak – anak. Sebab sampai kapanpun kebutuhan anak – anak pada orang tuanya akan butuh terus dalam hal memberikan pengarahan,” jelas Prof Yusti.
Prof Yusti juga menjelaskan, peran orang tua untuk mengarahkan pemilihan karier seorang anak harus diplanning sejak dini, agar anak – anak bisa memilih sekolah lanjutannya sesuai dengan minat dan bakatnya, serta potensi diri yang dimiliki anak tersebut. Agar tidak saat meneruskan di studi lanjutannya tidak salah pilih jurus atau sesuai dengan prinsip The Right Man on The Right Place, dimana pada setiap jabatan selalu mempunyai persyaratan jabatan dengan karakteristik tertentu.
“Contohnya, saya pernah diminta mengetes calon sekretaris di salah satu perusahaan. Setelah dilakukan tes psykologi juga dilakukan assesment satu pekerjaan. Misalnya, seorang sekretaris tidak hanya dibutuhkan seseorang yang bisa mengetik dengan cepat saja, tetapi juga bisa berkomunikasi dengan semua orang, juga harus mempunyai kepribadian yang menarik. Jadi bila ada satu saja yang kurang dari orang yang dites untuk jabatan sekretaris. Misalnya bisa mengetik cepat, berkepribadian dan berpenampilan menarik, tetapi tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain, maka orang itu tidak cocok untuk menempati jabatan sekretaris,” jelas Prof Yusti.
Selain itu, Prof Yusti juga memberikan saran kepada para orang tua agar tidak memaksakan kehendaknya kepada para anak – anaknya. Misalnya, seorang anak yang berpotensi untuk meneruskan pendidikan lanjutannya di jurusan IPS atau Bahasa, maka jangan diarahkan untuk mengambil jurusan IPA, meskipun nilai Mata Pelajaran untuk jurusan IPA bagus.
“Sebab anak yang berpotensi di jurusan IPS kalau dipaksakan menempuh jurusan IPA, dikawatirkan tidak bisa maksimal dalam studinya, bahkan dikawatirkan bisa pindah jurusan di tengah jalan atau berpotensi drop out karena tidak nyaman di jurusan yang diambil karena paksaan,” tandas Prof Yusti. [fen]

Tags: