Stok Bulog Cukup 15 Bulan Kedepan, Warga Tak Perlu Kuatir

Kepala Bulog Sub Divre IV Madiun, Agus Supriyanto, saat meninjau gudang beras Bulog Madiun di Jeruk Gulung Kecamatan Balerejo Kab Madiun, Kamis (4/5) kemarin. [sudarno]

Rastra Kab Madiun dan Ngawi Diropel Dua Bulan Tersalurkan Sesua SPA
Madiun, Bhirawa
Kini pengadaan pangan, Bulog Sub Divre Wilayah IV Madiun tahun 2017 dengan pronagsa 65.208 ton setara beras dan hingga hari ini (Kamis 4/5) baru terserap 23.180 ton atau baru 36%. Namun hingga akhir tahun diharapkan optimis tercapai 100% karena Kab Madiun dan Ngawi merupakan lumbung padi di Jatim bagian barat.
“Itu sebabnya, maka masyarakat di wilayah kerja Bulog Sub Divre IV Madiun terdiri Kab Madiun, Kab Ngawi dan Kota Madiun tidak perlu kuwatir soal pangan. Sebab, stok pengadaan pangan di Bulog Madiun masih cukup sampai dengan 14-15 bulan kedepan,” kata Kepala Bulog Sub Divre  Wilayah IV Madiun, Agus Supriyanto kepada Bhirawa, Kamis (4/5) kemarin.
Menurut Kepala Bulog Madiun, Agus Supriyanto, meski kini masih musim hujan, namun sama sekali tak mempengaruhi kinerja Bulog Madiun. Karena, Bulog Madiun tetap melakukan penyerapan gabah atau padi hasil panenan petani sepanjang memenuhi persyaratan yang berlaku dan tentunya sesuai Inpres Tahun 2015.
Terdiri, Gabah Kering Panen (GKP) Tingkat petani harga Rp3.700 per Kg dengan kadar air max 25%, hampa kadar max 10%. GKP tingkat penggilingan harga Rp3.750 per Kg kadar air 25% dan hampa kadar 10%. Juga GKP penggilingan harga Rp4.600 per Kg kadar air 14% dan hampa kadar 3%. GKP di gudang Bulog harga Rp4.650 per Kg kadar air 14% dan hampa kadar 3%. Sedang beras di gudang Bulog harga Rp7.300 per Kg kadar air 14%, broken max 20%, memnir 2% dan derajat sosoh 95%.
Saat ditanya, bagaimana kalau harga gabah di pasaran umum lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang dipatok pemerintah dalam hal ini Bulog ? Spontan, Kepala Bulog Madiun mengatakan, hal itu wajar saja kalau akhirnya petani/masyarakat menjual gabah hasil panenannya ke pasaran umum (tengkulak. red), tidak masalah. Dan itu, sah-sah saja karena, itu menjadi hak petani/masyarakat bebas untuk menjual hasil panenannya.
MenurutAgus, sudah biasa terjadi dimana-mana karena petani juga mencari untung. Kalau di pasaran umum hargan gabah lebih tinggi kenapa harus menjual ke Bulog? Tetapi umumnya kalau sudah panen raya, harga gabah turun, itu, baru petani menjual gabahnya ke Bulog melalui rekanan kerja yang disebut Satuan Tugas (Satgas) Bulog.
“Namun, dalam hal ini, kami (Bulog) mau membeli gabah hasil panenan petani berapaun jumlahnya, asalnya memenuhi persyaratan yang berlaku yakni sesuai Inpres tahun 2015 sebagaimana terurai diatas,” papar Agus Supriyanto memberikan alasan.
Saat disingung soal penyaluran Beras Sejahtera (Rastra), Kepala Bulog Madiun mengatakan, untuk penyaluran Rasta Kab Madiun dan Ngawi ropel dua yakni Bulan Januari dan Februari 2017 sudah disalurkan kepada yang berhak menerima. Untuk Kab Madiun sejumlah 61.169 KPM dan Kab Ngawi sejumlah 84.426 KPM dengan uang tebusan Rp1.600/Kg nya kali 15 Kg setiap KPM nya.
Sedang untuk rastra jatah bulan Maret dan April akan segera disalurkan yang diharapkan minggu ketiga bulan Mei ini bisa terlaksana. Nah, kenapa penyalurannya tidak diropel sekalian Januari, Pebruari, Maret dan April. Jika dirpel empat bulan sekali, dinilai sangat memberatkan penerima untuk menebus Rastra itu. [dar]

Tags: