Stop Budaya Buang Sampah Sembarangan

Qafyaan MardinOleh :
Qaafyan Mardin
Pengajar LC Universitas Muhammadiyah Malang

Kebiasaan membuang sampah sembarangan sepertinya menjadi suatu hal yang biasa terjadi di negeri ini. Mengingat kebiasaan ini menjadi membiasa dan dilakukan seperti biasa yang selalu di ulang-ulang, wajar hingga predikat membuang sampah sembarangan inipun ternilai sebagai budaya, yakni budaya membuang sampah sembarangan.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan ini jika dibiarkan akan membawa dampak bagi kehidupan kita bersama. Selain, membawa dampak polusi udara dan mengurangi nilai indahnya suatu lingkungan, yang tak kalah pentingnya adalah membawa kendangkalan dan tersumbatnya aliran air akibat sampah kita. Hal ini sangat berakibat fatal manakala musim hujan tiba seperti sekarang ini, karena saluran air yang tersumbat sampat bisa berakibat banjir di lingkungan kita. Kalau sudah seperti itu, kita sendiri yang merasakan akibatnya.
Ironisnya, sebagian dari kita pun masih sempatnya triak-triak menyalahkan pemerintah, dengah dalih mengharap pemerintah mengambil solusi konkret agar banjir tidak selalu terjadi manakala musim hujan itu tiba. Seharusnya, kita sebagai bangsa yang besar, setidaknya arif dan bijak dalam mensikapi fakta bajir, karena bagaimanapun juga bajir yang terjadi akibat dari ulah kita yang membuang sampah bukan pada tempatnya.
Indonesia sebagai negara yang berpaham demokrasi dan hukum, bukan berarti koreksi ditujukan pada pemerintahnya saja yang harus menuruti bangsa atau masyarakatnya, tetapi bangsanya atau masyarakatnya juga harus taat atau patuh terhada hukum yang berlaku. Selain itu, bangsa ini juga bisa legowo (ikhlas) untuk ditertibkan atau diatur oleh pemerintahnya.
Sikap tersebut, ketika dikaitkan dengan perilaku buang sampah sembarangan dengan segala dampaknya terlihat jelas bahwa masalahan sampah merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa ini. Tidak hanya pemerintah tetapi kita semua. Besar kemungkinan, jika bangsa ini bisa memperhentikan buang sampah sembarang, bukan tidak mungkin lingkungan ini akan jauh lebih indah, bersih dan sehat.
Karakter yang dikembangkan
Usaha untuk menumbuhkan kesadaran akan jangan membuang sampah sebarangan inipun bukan perkara yang mudah. Fakta ini membutuhkan sikap-sikap legowo (ikhlas) untuk ditegur dan diatur oleh siapapun baik itu masyarakat disekitar kita yang mengingatkan atau teguran bahkan sanksi oleh kebijakan pemerintah yang ada.
Agar membantu upaya tersebut sekirannya bangsa ini membutuhan pengembangan karakter guna mendukung pemberhentian buang sampah sembarangan tersebut. Karakter yang bisa dikembangkan, diantaranya;
Pertama,  religius, yaitu menyadari bahwa lingkungan diciptakan oleh Tuhan untuk manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Selain ini, dalam religius sebagai umat islam tentu kita menerima bahwa kebersihan adalah pangkal dari iman, untuk itu kita patut untuk menjaga kebersihan lingkungan yang kita tempati bersama ini.
Kedua, Tanggung jawab, yaitu menjaga dan melestarikan lingkungan merupakan kewajiban dan tanggung jawab seluruh umat manusia untuk keberlangsungan hidup manusia itu sendiri.
Ketiga, perduli lingkungan, yaitu tidak melakukan kerusakan terhadap lingkungan yang ada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan, termasuk dengan tidak membaung sampah sembarangan.
Berangkat dari tiga karakter yang dikembangkan ini, setidaknya bisa mengurangi kemungkinan terjadinya permasalahan lingkungan yang mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Termasuk terjadinya banjir, yang perlu kita antisipasi sekarang ini. Selain itu, terlihat jelas bahwa lingkungan yang dihasilkan dari daya dukung karakter yang dikembangkan itu sangat penting bagi manusia
Trobosan bank sampah
Trobosan terkait pengelolaan sampah agar mempuanyai nilai manfaat baik itu manfaat lingkungan tetap bersih dan manfaat kesejahteraan warga bisa digalakkan melalui program bank sampah. Kita ambil contoh, bank sampah di kota Malang saat ini (berita Suryamalang.com), mampu menampung antara empat sampai lima ton sampah per hari. Jumlah itu diklaim mampu mengurangi jumlah sampah dari hulu ke hilir secara signifikan.
Kepala UPT Pengelolaan Sampah dan Limbah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Rahmad Hidayat, menjelaskan pengurangan jumlah sampah dari hulu ke hilir di Kota Malang saat ini di atas 20 persen. Jumlah itu lebih banyak dari jumlah pengurangan sampah yang ditargetkan pemerintah untuk tiap-tiap daerah sekita tujuh persen.
Menurut data pengelolaan bank sampah Malang, sampah yang masuk bank sampah dikumpulkan dari sumbangsih sekitar 500 kelompok warga, 200 sekolah, dan 70 instansi di Kota Malang. Khusus untuk sekolah, dibuatkan nota kesepakatan (MoU) dengan Dinas Pendidikan. Selain didaur ulang, sampah di Bank Kota Malang juga dijual ke para pengempul. Soal pemberdayaan warga, Bank Sampah Kota Malang banyak memperkerjakan warga setempat, sehingga bisa menambah tambahan penghasilan.
Belajar dari pengelolaan sampah melalui bank sampah itu, harapannya diantara kita tumbuh kesadaran bersama bahwa sampah-sampah itu tidak harus dibuang begitu saja atau dibuang sembarangan tetapi dengan hadirnya bank sampah kita bisa mengambil nilai manfaatnya, baik demi lingkungan ataupun nilai ekonomisnya. Sebagai bangsa yang berbudaya dan beradab, mari kita jaga lingkungan sekeliling kita ini bersih dari sampah dan membiasakan diri dengan membuat sampah pada tempatnya. Kita mulai dari sekarang. Jika tidak, jangan heran jika kebiasaan kita membuat sampah ini bisa berakibat fatal buat diri kita sendiri, baik itu berupa penyakit maupun bencana banjir. Bukankah ‘apa yang kita tabur, itulah yang akan unai’. Oleh sebab itu, marilah kita menabur demi kebaikan biar becana menjauh dari kita. Mulai sekarang, mari kita bersama-sama membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya.

                                                                                                              ———– *** ————

Rate this article!
Tags: