Sukses Dress-code Batik

Pakaian bermotif batik telah disandang delegasi resmi pada forum Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Tak terkecuali Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan delegasi pemegang hak veto, juga mengenakan baju bermotif batik. Sidang Dewan Keamanan PBB yang lazim terasa “garang” berubah menjadi bernuansa damai, penuh warna. Dress-code (pakaian seragam) motif batik, kini menjadi andalan, dan kebanggaan nasional dan internasional.
Sekjen PBB mengenakan baju tenun batik bermotif troso (warna cerah). Sedangkan pimpinan delegasi pemegang hak veto, Perancis, China, dan Amerika Serikat, mengenakan motif batik yang berbeda-beda. Dress-code (seragam) baju batik merupakan penghargaan kepada Indonesia sebagai presiden DK PBB. Sehingga forum debat terbuka DK PBB terasa adem. Beberapa tokoh internasional juga gemar (sampai fanatik) mengenakan baju batik.
Misalnya, Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, telah mengenakan baju batik sejak tahun 1990 sebagai Wakil Ketua Kongres Nasional Afrika (sebelum menjadi Presiden). Baju batik yang sama juga dikenakan ketika berkunjung ke Indonesia sebagai presiden Afrika Selatan (tahun 1997). Nelson Mandela semakin fanatik mengenakan baju batik pada acara resmi kenegaraan di Afrika Selatan, sampai akhir hayatnya.
Kain bahan pakaian bermotif batik, dikukuhkan sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity oleh UNESCO, pada 2 Oktober 2009. Badan dunia yang mengurusi pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan (dibawahkan PBB), menetapkan batik sebagai warisan kemanusiaan kategori Budaya Lisan dan Bukan Benda (bangunan). Sejak itu pemerintah Indonesia, melalui Keppres Nomor 33 tahun 2009, menetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
Saat ini terdapat delapan sertifikat ICH (Intangible Cultural Heritage) Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Berdasar data UNESCO, kedelapan itu adalah Keris, dan Wayang, terdaftar tahun 2008. Disusul Batik dan Pelatihan Batik (tahun 2009), lalu Angklung Sunda (2010), Tari Saman asal Aceh (2011), Noken asal Papua (2012) dan tiga genre Tari Tradisional Bali (2015). Yang terbaru, kapal phinisi, pada September 2017, menerima sertifikat ICH dari UNESCO.
Sudah banyak produk budaya Indonesia (benda maupun seni), terdaftar sebagai warisan budaya dunia, sejak tahun 1991. Konsekuensinya, pemerintah wajib melestarikan dan melindungi, agar mudah di-akses seluruh dunia. Pemerintah nampak konsisten me-masyarakat-kan batik sampai tataran internasional. Sandangan batik juga biasa ditemui pada toko-toko fashion di seluruh dunia, hingga di pusat model, Paris, dan Milan (Italia).
Memperingati hari batik ke-10 (2019), dua pucuk pimpinan negara Indonesia, Presiden bersama Wakil Presiden, aktif dalam acara pem-bangga-an batik. Juga turut coba mem-batik. Presiden Jokowi mengenakan dress-code batik motif tambal pamiluto, khas keraton Mangkunegaran (Surakarta). Batik motif tambal pamiluto, bermakna “jatuh cinta.” Dalam satu helai, motif tambal pamiluto, berisi puluhan “tambalan” (sambungan) berbagai ragam motif. Sehingga tambal pamiluto, menggambarkan keaneka ragaman Indonesia.
Batik kini telah menjadi sandangan yang lazim, dan bergengsi. Biasa dikenakan pada saat santai, kostum olahraga sampai seragam resmi pemerintahan. Kalangan pelajar, guru, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) juga memiliki dress-code baju batik. Hampir seluruh daerah (propinsi, serta kabupaten dan kota) memiliki motif batik. Termasuk batik NTT (Nusa Tenggara Timur), dan Papua.
Batik, kini telah menjadi komoditas ekonomi kreatif. Bahkan mencatat nilai ekspor tertinggi pada kategori fashion, mencapai Rp 750-an milyar. Di dalam negeri, perdagangan sandang dengan motif batik mencapai trilyunan rupiah, berbasis UMKM. Maka wajar pemerintah memberi insentif pada batik.

——— 000 ———

Rate this article!
Sukses Dress-code Batik,5 / 5 ( 1votes )
Tags: