AIBI Dorong Pemkot dan Pemda Kerjasama Pengembangan Start up

Founder & CEO PT Solusi Duka Indonesia, William Liem Coln menunjukkan aplikasi solusiduka.com yang merupakan Business Matching dalam ITB UK Petra.

Lahirkan Wirausahawan, IBT Didominasi Perguruan Tinggi
Surabaya, Bhirawa
Pemerintah mendorong perguruan tinggi untuk memiliki Inkubator Bisnis Teknologi (IBT). Salah satu dukungan pemerintah adalah pada pertengahan 2019 ini, Kemenristekdikti memberikan hibah sebanyak Rp. 300 juta pada 25 IBT yang ada di Indonesia salah satunya Universitas Kristen Petra (UKP).
Selain UK Petra, dua perguruan tinggi di Jawa Timur, yakni Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Jatim dan Politeknik Jember juga ditunjuk untuk program penguatan IBT tahun ini.
Ketua Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) Asril Fitri Syam saat ini total ada 115 anggota inkubator sejak IBT didirikan pada empat tahun lalu.
Dalam program IBT, ada tujuh program untuk penguatan peningkatan kapasitas. Diantaranya dari infrastruktur, sarana prasarana, sumber daya manusia (SDM) dan manajemen tools.
Tujuannya, untuk melahirkan para wirausahawan atau start up baru di berbagai bidang. Diantaranya bidang teknologi.
“Selama delepan bulan mereka akan menWWgikuti workshop hingga FGD (forum group discussion) untuk mengenalkan produk dan mengembangkan jejaring, baik internal maupun eksternal atau lembaga yang terkait dengan inkubasi. Jadi bisa di bilang inkubator ini wadah menemukan tenan dan mitra strategis dalam pendanaan, pemasaran dan marketing,” jelas dia.
Menurut dia, Jawa Timur mempunyai potensial yang bagus untuk melahirkan para start up, utamanya perguruan tinggi. Tidak kurang dari 60 inkubator, 15 inkubator berasal dari Jatim dan didominasi perguruan tinggi.
“Ada dua faktor penting yaitu produk dan mahasiswa (pelaku) yang bisa disalurkan lewat inkubasi. Kami juga meminta peran serta pemkot atau pemda untuk bisa bekerjasama dalam mengembangkan wirausaha baru lewat inkubator-inkubator ini,” paparnya.
Asri juga menilai diselenggarakannya Matching Bussines yang dilakukan oleh IBT UK Petra sangat bagus. Karena mampu mempertemukan bisnis pemula dengan investornya.
“Ini penting, bagaimana inkubator harus memiliki jejaring,” kata dia.
Lebih lanjut, Program pendampingan ini sendiri sudah berlangsung sejak 2016 lalu. Sampai saat ini sudah banyak pebisnis pemula yang dilahirkan. Bahkan mereka bisa terus berkembang.
“Harapannya mereka bisa menjadi unicorn,” tuturnya.
Sementara itu Ketua IBT UK Petra, Felix Pasila mengatakan, selama delapan bulan pihaknya memberikan pendampingan.
“Sampai saat ini sudah berjalan enam bulan. Dan kami akan damping hingga dua bulan ke depan sampai mereka mendapatkan investor yang tepat,” tukasnya.
Pendampung Inkubator UK Petra, Harry Jusron dari Kemristekdikti mengaku tidak mudah menjadi inkubator.
Ada 33 hingga 35 parameter sebuah lembaga, baik itu kampus, lembaga pemerintah, swasta dan sebagainya untuk menjadi lembaga inkubator. “Tapi kami terus melakukan pendampingan terhadap inkubator-inkubator tersebut,” katanya.
Salah satu anggota IBT Petra, William Liem dengan perusahaannya PT Solusi Duka Indonesia membuat aplikasi layanan yang mempertemukan pengguna dan penyedia barang dan jasa di bidang kedukaan.
“Mulai mengurus jenazah, perias jenazah, peti, pemakaman, pembakaran atau apapun ada di aplikasi ini. Tidak hanya potensi bisnis tapi ada aksi sosialnya,” jelasnya.
Dikatakan Wilson, potensi bisnis ini cukup besar. Dari data yang dimilikinya, ada 1,7 juta meninggal setiap tahunnya. Omset dari bisnis ini bisa mencapai Rp 1,7 miliar. Sarjana Teknik Sipil UK Petra 2005 itu juga mengaku bisnis ini akan terus berkembang ke depannya. “Kita ini manusia tidak ada yang abadi,” tandasnya. [ina]

Tags: