Sumber Daya Alam Terbatas, Mampu Kuasai Dunia dengan Teknologi dan Industri

Busan menjadi salah satu kota yang menyokong perkembangan ekonomi dan industri di Korea Selatan.

Busan menjadi salah satu kota yang menyokong perkembangan ekonomi dan industri di Korea Selatan.

Melihat dari Dekat Busan, Sister City Surabaya di Korea Selatan (4 – Bersambung)
Surabaya, Bhirawa
Busan dan kota-kota lain di Korea Selatan pada umumnya sama, memiliki keterbatasan akan sumber daya alam. Tapi mereka mampu menguasai dunia dengan teknologi dan industri. Hasilnya Korea Selatan menjadi salah satu macan Asia Pasific selain Singapura, Tiongkok dan Hongkong.
Saat rombongan Pemkot Surabaya datang ke Silla University, salah satu universitas swasta yang ada di Busan, akademisi di sana mengetahui akan melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia. Mereka mengenal jika Indonesia menyimpan kekayaan hayati seperti hutan dan potensi laut  yang begitu besar. Selain itu memiliki kekayaan tambang mulai dari  emas, batu bara, gas bumi, minyak, tembaga, tembaga hingga nikel.
Berbeda dengan kondisi di Korea Selatan. Mereka memiliki keterbatasan akan sumber daya alam. Mereka tidak memiliki kekayaan tambang. Bahkan hingga kini masih mengimpor minyak mentah dari Saudi Arabia, tetapi karena teknologi yang dimiliki Korea Selatan bisa mengolah dan mampu mengekspor minyak ke sejumlah negara.
Yang bernasib sama adalah Indonesia dan Korea Selatan sama-sama pernah dijajah. Selain penjajahan Jepang hingga ratusan tahun, Korea Selatan pernah menjadi negara yang tercabik-cabik akibat perang dengan Korea Utara. Jutaan warga negaranya hidup dalam kemiskinan serta ratusan ribu pengangguran berjuang keras memenuhi keperluan hidup. Dalam waktu kurang dari 4 dekade, negara miskin ini berubah menjadi salah satu pusat ekonomi dunia. Seoul sebagai ibukotanya dengan cepat bertransformasi menjadi kota utama dan pusat bisnis dan perdagangan di Asia serta mempunyai infrastruktur mutakhir. Pencapaian ini dianggap sebagai kebanggaan nasional dan keunggulan bangsa Korea Selatan. “Dengan keterbatasan daya alam dan pengalaman perang bertahun-tahun, seluruh warga dituntut untuk memacu diri dan mandiri. Yang kami punya hanya SDM, itulah yang kami asah, bentuk dan tingkatkan. Kami memilih jualan teknologi  dan industri untuk menguasai dunia,” kata Kepala Departemen Hubungan Internasional Silla University Dr Kyung Tae Kang mengungkap keberhasilan Korea Selatan menjadi salah satu negara yang cukup diperhitungkan di dunia karena kemapanan ekonomi dan industrinya.
Dr Kyung Tae Kang mengatakan Jung Ju Young (1915-2001) adalah peletak dasar industri nasional dan perintis globalisasi di Korea Selatan lewat perusahaannya Hyundai Group. Anak petani ini pernah menjadi buruh tani, kuli bangunan, dan kuli pelabuhan. Siapa nyana ia bisa menjadi raja otomotif terbesar di Korea dan industri (termasuk konstruksi) kaliber dunia.
“Warga Korea Selatan sangat mengagumi Jung Ju Young, dan bisa mengambil pelajaran dari kisah hidupnya. Bahwasanya untuk berhasil, semua orang harus bekerja keras, disiplin, mandiri dan memiliki jiwa nasionalis. Artinya kualitas SDM berkorelasi langsung dengan keberhasilan, kemajuan sebuah negara,” katanya.
Menurut Dr Kyung Tae Kang, karena keterbatasan sumber daya alam yang dimiliki itulah, Korea Selatan mengandalkan otak untuk survive. Caranya dengan jual  teknologi dan industri. Dari negara Ginseng ini lahirlah  perusahaan-perusahaan besar seperti Lotte Group, Samsung,  LG dan Hankook Tire.  Perusahaan ini aktif melakukan penetrasi pasar internasional, termasuk pasar Indonesia.  Keberhasilan mereka makin menguasai dunia tak lepas dari diplomasi budaya K-Pop yang bisa diterima banyak negara.
Karena itu kata Dr Kyung Tae Kang, Indonesia bisa belajar banyak dari Korea Selatan untuk bangkit dan berkembang. Apalagi Indonesia memiliki modal yang sangat besar, kekayaan sumber daya alam dan  lahan yang luas. Untuk diketahui Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki wilayah yang sangat luas di dunia, total luasnya adalah 5.193.250 km² yang mencakup daratan dan lautan. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara terluas ke-7 di dunia setelah 6 negara lainnya, yaitu Rusia, Kanada, Amerika Serikat, Tiongkok, Brasil dan Australia. Bandingkan dengan Korea Selatan yang hanya memiliki luas 99.274 km2 , lebih kecil dibandingkan dengan Korea Utara.  “Kuncinya ada di tekat, semangat untuk berubah,” kata Dr Kyung Tae Kung.

Waspada Keamanan
Meski  ekonomi menunjukkan perkembangan pesat, tetapi Korea Selatan selalu waspada akan keamanan dalam negerinya. Khususnya gangguan dari Korea Utara. Proteksi keamanan dilakukan di seluruh kota, termasuk di Busan.
Di kota metropolis kedua setelah Seoul ini, seluruh jembatan dan gedung, bangunan bertingkat memiliki standar pengamanan khusus. Di bawah jembatan dipasangi bom yang siap meledak sewaktu-waktu. Di lantai atas semua gedung bertingkat disiapkan persenjataan lengkap yang memiliki kemampuan untuk  menembak helikopter musuh. Pengendalian operasi persenjataan ini dilakukan oleh militer setempat. “Itu bentuk proteksi Kota Busan jika sewaktu-waktu Korea Utara menyerang kami. Standar itu juga berlaku di seluruh kota di Korea Selatan,” kata Chun Hyun Bum alis Glenn, local guide rombongan Pemkot Surabaya saat berkunjung ke Busan dan Seoul 20-23 September kemarin.
Glenn menuturkan jika suatu saat terjadi perang dengan Korea Utara dia yakin seluruh pria di Korea Selatan akan membela negaranya. Mereka tidak mau mengalami nasib lama lagi, menjadi negara terjajah hingga ratusan tahun. “Seluruh pria Korea Selatan semua siap membantu negara jika terjadi perang. Apalagi kami sudah dilatih oleh negara (maksudnya wajib militer, red),” katanya.
Korea Selatan merupakan salah satu dari beberapa negara yang masih mempertahankan wajib militer  bagi warga negaranya, khususnya laki-laki. Mereka wajib menjalankan tugas militer selama dua tahun. Semua pria yang sudah cukup umur atau berusia minimal 18 tahun ke atas, sehat jasmani dan rohani akan mendapat panggilan melalui surat untuk melaporkan kesiapannya ikut wajib militer. Surat itu akan datang tiga kali. Respon untuk panggilan pertama dan kedua masih bisa ditunda, tapi tidak untuk panggilan terakhir.
Tidak ada yang bisa menolak akan kewajiban ini, bahkan anak pejabat hingga artis sekali pun. Selama dua tahun itu, aktivitas warga yang ikut wajib militer benar-benar berhenti seperti kuliah, kerja. Namun, mereka akan diberi kemudahan oleh pihak kampus atau tempat bekerja sehingga setelah cuti selama dua tahun mereka bisa melanjutkannya kembali tanpa ada yang dirugikan. [Titis Tri Wahyanti]

Tags: