Suramadu Masih Belum Mampu Tarik Investor

Jembatan Suramadu

Jembatan Suramadu

Surabaya, Bhirawa
Akademisi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember mengatakan Jembatan Suramadu belum mampu menarik investor ke Pulau Madura, karena tidak adanya infrastruktur yang memadai, seperti fasilitas listrik, air bersih, jalan dan industri yang berkembang.
“Konsep Jembatan Suramadu ini masih menganut paradigma darat, padahal harapannya setelah dibangun jembatan penghubung ini perekonomian Madura akan meningkat, namun kenyataannya tidak mampu menyedot para investor ke Pulau Garam tersebut,” kata Dekan Fakultas Teknik Kelautan (FTK) ITS Prof Daniel M Rosyid di Surabaya, Minggu (28/2).
Ia mengatakan, tidak adanya investor yang tertarik ke Pulau Madura itu dikarenakan tidak adanya infrastruktur yang mendukung serta industri yang berkembang, padahal dasar investor akan melirik suatu wilayah sebagai sasarannya adalah hal tersebut.
“Hal ini menjadi sangat ironis. Jika tidak segera dibangun atau diperbaiki infrastruktur di Madura, maka Jembatan Suramadu akan sia-sia karena tidak adanya industri yang mau berpindah ke Madura,” ujarnya.
Tidak tampaknya kemajuan dalam pembangunan infrasturktur di Madura, katanya, menunjukkan tidak ada investasi yang masuk ke Madura. Jika ada investasi hanya skala kecil berupa pergudangan, sedangkan produksi barangnya tetap dikerjakan di luar Madura.
Menurut dia, hingga kini tujuan utama pembangunan Jembatan Surabaya-Madura untuk mendatangkan banyak investasi ke Madura tidak tercapai. Sebaliknya yang terjadi, orang Madura jutru berbondong-bondong ke Surabaya untuk berbelanja.
“Selain itu bisnis jasa kapal penyeberangan dari Dermaga Kamal, Kabupaten Bangkalan ke Tanjung Perak, Surabaya membuat PT ASDP Kamal merugi di atas Rp500 juta per bulan, bahkan jumlah kapal feri yang dulunya beroperasi sebanyak 18 unit, kini hanya menjadi empat unit saja,” katanya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, jika Pemprov Jatim ingin menjadikan provinsi agro, maka harus mengembangkan potensi sektor maritim. Potensi maritim ini akan meningkatkan daya saing produk agro, sebab masyarakat hingga saat ini masih terjebak dalam pembangunan jalan darat yang dinilai tidak efisien.
“Saya mencontohkan jika pemerintah atau pengusaha ingin mengangkut sapi atau produk pertanian, sebenarnya murah naik kapal dari pada naik truk yang menggunakan jalur darat. Penggunaan moda transportasi kapal dinilai lebih murah dan paling hijau karena bisa mengurangi emisi gas rumah kaca 5 kali lipat per ton kilometer dari yang dihasilkan transportasi darat,” paparnya.
Di sisi lain, Kepala Humas FT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Ill Edi Priyanto menuturkan ketika berbicara logistik, Pelindo III sebagai penyedia fasilitas jasa kepelabuhan tidak lepas dari dukungan infrastruktur yang memadai.
“Selama ini kita semua masih terpanah dengan urusan darat, padahal pengeluaran logistik untuk moda tranportasi darat sangat mahal, ditambah lagi berat truk yang membawa beban 20 ton akan merusak jalan dan menambah kemacetan. Sedangkan untuk Madura jika ingin berkembang harus ada infrastruktur agar industri mau masuk,” katanya. [ant]

Tags: