Syahid di Masjidil Haram

Masjidil Haram (2)Seluruh muslim di dunia berduka terhadap musibah robohnya crane di masjidil Haram, Makkah. Sebanyak 107 jamaah menjadi syuhada haji, dua ratus lainnya terluka. Pucuk pimpinan kerajaan Arab Saudi (Raja) niscaya bertanggungjawab sepenuhnya. Raja telah menyampaikan permohonan maaf. Sekaligus menanggung seluruh beban (materi) terhadap seluruh korban luka maupun yang menjadi syahid.
Musim haji tahun (2015, atau tahun 1436 Hijriyah) ini, merupakan pelaksanaan tugas ke-haji-an pertama Raja Salman bin Abdul Aziz. Ia dikukuhkan menjadi raja pada 23 Januari 2015, memiliki nama lengkap (berdasar keturunan) Salman bin Abdulaziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Mohammed bin Saud. Sebelumnya, sejak 18 Juni 2012 sudah dikukuhkan sebagai putra mahkota.
Istimewanya, Raja Salman lebih suka menggunakan nama resmi gelar ke-negara-an yang lebih singkat. Yakni, “Khaddam al-haramain,” atau bermakna “pelayan” dua kota suci (Makkah dan Madinah). Dengan gelar resmi kenegaraan itu, raja Arab Saudi, memegang kendali dan bertanggungjawab terhadap dua kota suci. Gubernur Makkah, Pangeran Khaleed al-Faisal, akan menjadi orang pertama (dan terdepan) yang ditugasi menyelidiki insiden jatuhnya crane.
Sebagai Gubernur Makkah, memang sembarang personel. Karena di teritorial  Makkah terdapat wilayah Mina, Arofah, dan Musdhalifah. Seluruhnya menjadi tempat persinggahan wajib dalam pelaksanaan ibadah haji. Di Mina, terdapat tugu lokasi lempar jumroh, masuk dalam rukun sah-nya ibadah haji. Sekaligus tempat mabid (tempat wajib menginap). Sedangkan padang Arofah, merupakan tempat utama ibadah haji. Yakni, wukuf (berdiam diri untuk mendengar khutbah haji) di Arofah.
Sejak tahun 2008 lalu, pemerintah kerajaan Arab Saudi memulai renovasi (perluasan) masjidil Haram. Kompleks masjidil Haram semula luasnya sekitar 36 hektar, akan ditambah menjadi 50-an hektar, agar mampu menampung sebanyak 3 juta jamaah. Perluasan diantaranya meliputi tempat thawaf (7 kali mengitari Ka’bah), disediakan lokasi baru bersusun tiga. Begitu pula lokasi sa’i (antara bukit shofa ke bukit marwah) dibuat bersusun tiga.
Sudah ribuan trilyun rupiah, dikeluarkan pemerintah Arab Saudi untuk membiayai renovasi masjid Nabawi di kota Madinah, dan masjidil Haram. Proyek perluasan terbaru (masjidil Haram) dianggarkan sebesar US$ 100 milyar. Berkait renovasi (direncanakan selesai tahun 2020), seluruh tempat di sekitar masjidil Haram dipenuhi dengan crane. Tak terkecuali di dalam masjid. Namun masjid tetap dibuka 24 jam non-stop.
Umat Islam seluruh dunia masih tetap bisa melaksanakan ibadah umroh dan haji. Bahkan setiap detik selama 24 jam di sekitar baitullah (Ka’bah) selalu di-kitari jamaah dari seluruh dunia untuk ber-thawaf. Konsekuensinya, kuota jatah haji di berbagai negara dikurangi sampai 20%. Termasuk kuota haji Indonesia menjadi sebanyak 168.800 orang jamaah.
Pada situasi renovasi, keberadan crane nampak di berbagai tempat, nyaris “akrab” dengan jamaah. Bahkan banyak jamaah memotret crane. Atas perintah raja, renovasi dipercepat, agar kuota haji di berbagai negara bisa kembali. Tidak menyebabkan antrean panjang sampai 20 tahun (di Sulawwesi Selatan). Pekerjaan dikebut, antaralain penambahan crane, untuk menempatkan beton di lantai teratas.
Tetapi hari Jumat (11 September 2015) lepas shalat dzuhur, crane patah, merobohkan “belalai” baja, menimpa atap masjidil Haram. Lokasi thawaf bersusun (bukan di dekat Ka’bah), tertimpa belalai crane warna merah-putih. Saat itu ribuan jamaah sedang melaksanakan thawaf qudum (thawaf “selamat datang” oleh jamaah yang baru tiba di Mekkah).
Meski diliputi duka mendalam, seluruh ulama di Arab Saudi, Mesir, dan Indonesia, telah sepakat, bahwa korban meninggal dipastikan sebagai syuhada. Sejahtera disi Allah, inilah cita-cita muslim sejati.

                                                                                                         ———   000   ———

Rate this article!
Syahid di Masjidil Haram,5 / 5 ( 1votes )
Tags: