Tak Puas Meski Ratusan Tropi Sudah di Tangan

Moza Legitara (kiri) dan Aprodytha Widya Oryza (kanan) bangga menunjukkan tropi juara Lomba Siswa Berprestasi bersama Kepala Dindik Surabaya Ikhsan.

Moza Legitara (kiri) dan Aprodytha Widya Oryza (kanan) bangga menunjukkan tropi juara Lomba Siswa Berprestasi bersama Kepala Dindik Surabaya Ikhsan.

Sukses Moza dan Dytha di Lomba Siswa Berprestasi Surabaya
Kota Surabaya, Bhirawa
Sekali meraih prestasi, tak lantas puas dan berhenti. Begitulah semangat anak-anak Kota Pahlawan ini yang telah sukses meraih gelar juara dalam Lomba Siswa Berprestasi jenjang SD/MI tingkat Kota Surabaya. Dua di antara sepuluh peraih gelar juara itu adalah Moza dan Dhyta. Dua siswa yang telah mengoleksi deretan tropi prestisius dari bakat-bakat yang mereka miliki.
Tubuh mungil Moza Legarita terduduk di kursi paling depan ruang Ki Hajar Dewantara Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya. Perhatiannya serius hanya pada seorang perempuan yang berdiri di pojok ruang paling depan. Dialah petugas yang akan membacakan nama-nama sepuluh siswa berprestasi yang selama dua hari mengikuti serangkaian tes.
Pengumuman pun dimulai, dan sembilan anak peraih juara dipanggil. Lima kategori laki-laki, empat kategori perempuan. Namun nama Moza tak kunjung dipanggil. Dia hanya diam dan masih memandangi petugas yang sama. Mungkin sambil terus merapal doa-doa agar hari itu menjadi keberuntungannya. Benar, harapannya terkabul dan namanya dipanggil sebagai juara satu Lomba Siswa Berprestasi Tingkat Surabaya kategori perempuan. “Deg-degan tadi menunggu pengumuman dipanggil paling terakhir,” tuturnya polos sambil terus tersenyum riang usai menerima tropi juara dari Kepala Dindik Surabaya, Kamis (13/8).
Moza memang sudah berusaha keras selama sebulan ini untuk mempersiapkan lomba. Dia rajin melatih bakatnya menyanyi meski riwayat hidupnya telah ratusan kali menjadi juara menyanyi. Mulai tingkat kecamatan, kota, provinsi, hingga nasional sudah pernah dia sabet gelar juaranya. Dia pun pernah mengikuti ajang mencari bakat Sherina mencari bintang cilik. “Sudah tak terhitung tropinya di rumah. Mungkin sudah lebih dari seratus,” tutur siswi kelas 6 SD Al Azhar Syifa Budi Surabaya itu.
Di samping menyanyi, anak dari pasangan Kentarto dan Elok Kusweni itu mengaku juga lebih intens belajar demi menjawab 70 soal pilihan ganda dan mengarang bebas yang dilakukan pada hari pertama lomba.
Di hari kedua, Moza menjalani tes wawancara wawasan dan tes bakat. Dengan berbahasa Inggris, Moza pun luwes menjawab pertanyaan-pertanyaan juri seputar Surabaya dan Sekolah. “Tadi paling lama diwawancarainya daripada temen-temen. Kira-kira sampai 30 menit,” katanya lagi.
Meski sudah kaya prestasi, Moza mengaku belum pernah puas. Dia bahkan ingin mengasah bakatnya agar bisa ngeremo. “Anak Surabaya harus bisa ngeremo,” katanya.
Setelah Moza, Aprodytha Widya Oryza atau yang akrab disapa Dhyta bertengger di posisi kedua. Bakatnya menari remo tunggal berhasil memukau perhatian dewan juri. Prestasi siswa kelas 6 SDN Ketabang Kawasan, Surabaya ini juga bukan kali pertamanya dia raih. Karena di rumah, sudah ada 33 piala dari berbagai ajang tari dia koleksi. “Ini prestasi yang menyenangkan karena akan menjadi tiket untuk ajang yang lebih tinggi lagi tingkatnya. Jadi tidak boleh puas dulu,” tuturnya.
Kabid Pendidikan Dasar Dindik Surabaya Eko Prasetyoningsih menuturkan, para siswa yang mengikuti lomba ini merupakan perwakilan dari masing-masing kecamatan. Persentase penilaiannya diambil dari tes akademik dan non akademik. Yakni tes tulis, tes wawancara wawasan dan tes bakat. “Bakat apa saja boleh. Seperti menyanyi, menggambar, berpuisi, menari, atau bakat lainnya,” tutur dia.
Para peraih juara ini selanjutnya akan menjadi kontingen Surabaya untuk mengikuti Lomba Siswa Berprestasi tingkat provinsi sampai nasional. Karena itu, pihaknya akan segera melakukan pembinaan kepada para pemenang agar lebih siap berkompetisi dengan siswa-siswa dari daerah lain. “Minggu ini juga akan kita lakukan pembinaan. Sebab akhir Agustus ini rencananya lomba tingkat provinsi akan digelar,” pungkas dia. [Adit Hananta Utama]

Tags: