Talas, Pisang-Kacang Hijau Jadi Tepung Tapika

Ignasius Riven Boi,  mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya menunjukkan roll cake yang dibuatnya dengan menggunakan tepung tapika. [adit hananta utama/bhirawa]

Ignasius Riven Boi, mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya menunjukkan roll cake yang dibuatnya dengan menggunakan tepung tapika. [adit hananta utama/bhirawa]

Surabaya, Bhirawa
Ubi talas atau yang biasa dikenal dengan mbote, pisang, dan kacang hijau adalah hasil perkebunan yang cukup melimpah di Jatim. Sebagai komoditas tanaman pangan, ketiganya juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Petani bisa menjualnya dengan mudah di pasar atau pembeli yang datang sendiri ke perkebunan.
Kondisi itu semacam itu ternyata tidak dialami oleh semua wilayah di Indonesia ini. Seperti di Manggarai Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Talas, pisang dan kacang hijau kurang memiliki nilai ekonomis. Warga kerapkali membiarkan hasil tanaman itu percuma tanpa guna. Paling banter dimakan hewan piaraan, yaitu babi.
Hal ini tak urung memantik keprihatinan Ignasius Riven Boi, mahasiswa Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya. Ignasius lalu berusaha menjadikan talas, pisang, dan kacang hijau sebagai tepung komposit pembuat roll cake. Tapika adalah nama tepung itu. Sesuai namanya Tapika berarti talas, pisang dan kacang hijau.
“Keberadaan tepung tapika mampu mendorong warga di Manggarai untuk membuat kue, roll cake,” kata Riven memaparkan inovasi yang terangkum dalam tugas akhirnya.
Pemuda kelahiran 26 November 1989 ini ini juga menjelaskan proses pembuatan tepung Tapika. Khusus talas dan pisang dipotong dan dikeringkan, lantas digiling. Untuk kacang hijau disanggrai dulu dan selanjutnya digiling.
“Tepung talas, pisang dan kacang hijau dicampur dan bisa dijadikan bahan roll cake,” kata lulusan SMA Karya Ruteng, Manggarai, NTT ini.
Setelah lulus, Riven pun memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya. Dia yang telah dinyatakan lulus dari kampus sejak awal Oktober lalu ingin memanfaatkan talas yang banyak tumbuh liar di sana.
“Mudah-mudahan dengan produk iniĀ  saya menggulirkan ekonomi lokal di daerah kelahiran saya. Memanfaatkan hasil kebun yang selama ini seperti disia-siakan,” ungkap dia.
Talas diakuinya sebagai salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat tinggi. Di Jatim sendiri, talas selama ini hanya sebatas dikonsumsi sebagai makanan tambahan dalam bentuk ubi rembus, goreng dan makanan kecil seperti dodol serta keripik.
“Padahal kalau untuk tepung nilai ekonomisnya akan lebih tinggi. Di samping itu juga akan lebih awet tersimpan,” tutur dia.
Sedangkan kacang hijau merupakan sumber protein ang tinggi, kaya akan fosfor dan kalsium serta asam amino esensial lisin. Untuk pisang, mengandung gula sederhana, lemak, protein dan karbohidrat. Selain itu mengandung vitamin A, B1 dan C.
Tepung Tapika bisa menjadi alternatif pengganti tepung terigu yang harganya mahal bersamaan melambungnya nilai tukar dolar atas rupiah. “Talas memang memunculkan rasa gatal di tangan. Tapi sebelum dipotong, setelah dikupas bisa direndam dulu dengan air garam selama 1,5 jam. Dengan begitu tidak ada lagi resiko dari talas,” pungkasnya. [tam]

Tags: