Tanggul Desa Gili Ketapang Jebol, Warga Dusun Mardian Ngungsi

Tanggul Jebol di Dusun Mardian, Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo membuat warga mengungsi karena khawatir ombak juga membuat rumah mereka ambruk. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo Berpotensi Banjir dan Gelombang Tinggi
Probolinggo, Bhirawa
Terhitung mulai 20 hingga 22 Februari 2021, banjir dan gelombang tinggi berpotensi melanda Probolinggo. Sesuai prediksi BMKG Juanda, Surabaya, potensi tersebut berada dalam level waspada, hingga tanggal 22 Februari curah hujan ringan atau gerimis relatif merata.
Untuk Kecepatan angin 30 knot dengan suhu udara 24-32 derajat celcius dengan gelombang laut mencapai 1,5 meter. “Di lima kecamatan se Kota Probolinggo, hujan sedang terjadi sekitar pukul 13.00 sampai 16.00. Tak hanya itu. Potensi banjir level waspada akan terjadi hingga tanggal 22 Februari,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo, Minggu (21/2).
Menindak lanjuti hal itu, BPBD melanjutkan kegiatan pembuatan sumur resapan di sepanjang daerah aliran Kali Pancor. Untuk tahun anggaran 2021 ini dialokasikan sebanyak 15 titik lokasi sumur resapan.
Lalu, normalisasi beberapa titik saluran air dan mengimbau seluruh kelurahan kerja bakti dan bersih-bersih saluran. Selain itu, optimalisasi forum kelurahan tangguh bencana dan meminta relawan aktif menyampaikan informasi kejadian bencana.
“Kami juga monitoring rutin prakiraan cuaca, peringatan dini dari BMKG melalui Pusdalops PB dan menyampaikan informasi tersebut kepada masyarakat melalui media sosial,” katanya.
Untuk para nelayan, dia mengimbau agar terus memantau tinggi gelombang melalui data ter-update BMKG. Tujuannya untuk menghindari terjadinya kecelakaan laut. “Untuk nelayan sebaiknya terus memantau prakiraan cuaca yang ada di BMKG agar dapat mengetahui kapan ombak besar dan tidak. Sehingga, keselamatan berlayar lebih terjamin,” harapnya.
Akibat cuaca ekstrim, tanggul yang jebol di Dusun Mardian, Desa Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo membuat beberapa warga terpaksa mengungsi karena khawatir ombak juga membuat rumah tinggal mereka ambruk.
Salah satu warga yang mengungsi, Uma Ati, (50) mengatakan rumahnya berada di selatan tanggul, tepatnya di bagian timur.
Tanggul itu sendiri memanjang dari Barat ke Timur, sejauh 3 kilometer. Tanggul yang jebol ada di sisi utara sepanjang 1 kilometer. Lalu tanggul yang rusak dari ujung Barat sampai Timur, total sekitar 700 meter. Selain Uma, beberapa warga di sekitarnya juga mengungsi. Terutama rumah-rumah yang posisinya bersebelahan dengan bagian tanggul yang jebol.
Menurut Uma, warga mengungsi karena khawatir ombak susulan dengan ikuran lebih besar datang. Lantas mengikis tanah atau pasir, sehingga rumah akan ambrol. “Tiap tidur tidak nyenyak. Takut ombak datang dan menyeret rumah. Takut rumah ambruk juga, takut kejatuhan atap kalau rumah ambruk,” tutur Uma.
Bukan tanpa alasan kekhawatiran Uma dan warga lain. Pada Kamis malam, tanggul setempat ada yang jebol. Warga sekitar pun sudah berupaya memperbaiki tanggul yang jebol dengan memasang karung berisikan pasir. Namun, itu hanya bertahan sementara.
“Bolak balik rusak karungnya. Warga harus memperbaiki setiap hari, kadang dua hari sekali. Kalau tidak diberi karung berisi pasir, gelombang laut makin mengikis pasir. Dan akhirnya mengikis rumah warga,” katanya.
Kasi Kesra Desa Gili Ketapang Solehuddin menuturkan, segala upaya telah dilakukan warga dan pihak desa untuk memperkuat tanggul. Salah satunya dengan membuat tanggul sementara dari karung yang berisikan pasir. Namun, hal itu tidak bertahan lama.
Dia pun berharap, tanggul bisa diperbaiki dengan menggunakan anggaran dari APBD Pemkab Probolinggo atau Pemprov Jatim. Sebab, perbaikan dengan menggunakan dana desa (DD) menurutnya tidak bsia dilakukan. Sebab, kerusakannya tanggul cukup parah dan terjadi di di sejumlah titik. “Kalau perbaikan tanggul menggunakan dana desa tidak akan cukup. Harus dari pemkab atau provinsi. Kami juga telah berupaya mengirimkan sejumlah proposal bantuan kepada sejumlah perusahaan,” katanya.
Namun hingga Sabtu (20/2) siang belum ada kabar gembira. Ia berharap segera ada solusi untuk memperbaiki tanggul yang jebol. Jika tidak, maka ombak akan mengikis rumah warga dan jalan setempat.
Terpisah Kepala Dinas PUPR Kabupaten Probolinggo Rahmat Waluyo menuturkan, saat ini pihaknya hanya bisa mengajukan perbaikan. Untuk mengajukan lewat PAK APBD 2021 tidak bisa, karena waktunya mepet. Sehingga pengajuan perbaikan tanggul yang jebol menurutnya akan dilakukan melalui APBD 2022.
“Untuk PAK tahun ini, waktunya mepet. Selain itu kami juga belum tahu sejauh apa kerusakannya. Karena itu, kami akan ajukan tahun berikutnya. Mudah mudahan terdanai,” tabahnya. [wap]

Tags: