Targetkan Produk Kopi Jatim 60 Ribu Ton

10-kebun-kopiPemprov Jatim, Bhirawa
Tahun lalu, Pemprov Jatim menargetkan produksi kopi mencapai 60 ribu ton. Namun faktanya hanya mampu mencapai 57.500 ton. Tahun ini target produksi 60 ribu ton kembali dicanangkan dari areal tanam kopi seluas 110 ribu hektare atau diharapkan produksi bisa meningkat 2.500 ton.
“Produksi tahun ini ditargetkan bisa mencapai 60 ribu ton karena cuaca cukup kondusif. Selain itu faktor harga juga relatif stabil, sehingga minat petani untuk bisa mengoptimalkan produksi diharapkan bisa terealisasi,” kata kata Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Moch Samsul Arifien, Kamis (7/5).
Untuk harga jual jenis Arabika masih cukup tinggi, yakni mencapai US$ 5 atau sekitar Rp 60 ribu per kg. Namun harga jual dari petani masih dikisaran Rp 50 ribu per kg. Sedangkan jenis Robusta harganya masih di kisaran US$ 2 atau Rp 23 ribu per kg. Untuk harga jual di tingkat petani tidak jauh beda yakni Rp 21 ribu per kg.
Dari total produksi itu masih didominasi produksi kopi robusta. Jika dipersentasekan, kopi robusta mampu mencapai 93 persen dan sisanya 7 persen. Dengan produksi Arabika yang masih rendah, pihaknya kini terus berupaya meningkatkan produksi kopi yang hanya bisa diproduksi di atas ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut tersebut.
Beberapa daerah yang menjadi sasaran pengembangan kopi Arabika, yakni Malang, Blitar, dan Bondowoso. Upaya dengan memperluas areal tanam itu juga mendapatkan dukungan dari Asosiasi Petani Kopi Jatim. Perluasan yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan dengan menggandeng Perhutani.
Pengembangan dilakukan dengan menanam sebanyak dua juta bibit baru sejak 2012. Pengembangan itu dilakukan di enam daerah yang memiliki dataran tinggi di Situbondo, Bondowoso, dan Jember masing-masing seluas 500 hektare, Kab Malang 300 hektare, serta Lumajang dan Kab Probolinggo masing-masing 100 hektare.
Dari aspek tingkat konsumsi kopi masyarakat Jatim masih sangat rendah, yaitu hanya 0,7 kg/orang/tahun. Untuk seluruh masyarakat Jatim, konsumsi hanya menghabiskan 20 ribu ton saja. Surplus produksi tersebut diekspor ke berbagai negara. Namun ternyata angka ekspor kopi Jatim mencapai lebih dari 80 ribu ton.
Hal ini disebabkan adanya kopi dari luar Jatim yang diekspor melalui Jatim, demi menyandang sebuah nama kopi Jatim. Kopi Jatim memang telah dikenal di dunia internasional sebagai kopi dengan kekhasan cita rasa yang tinggi. Sebagai contoh, predikat coffee specialty telah disandang oleh kopi Arabika Ijen Raung yang dikenal di luar negeri dengan nama Java Coffee. [rac]

Tags: