Tembakau Bojonegoro Terserap 10 Ribu Ton

Foto: ilustrasi

Bojonegoro, Bhirawa
Pembelian tiga varian tembakau di Bojonegoro pada musim tembakau kali ini sudah mencapai angka sekitar 10.600 ribu ton. Hal itu hasil pertemuan Dinas Pertanian (Disperta) dengan pabrikan rokok se- Bojonegoro sementara ini mendapatkan sembilan yang siap menyerap tembakau petani.
Sedikitnya ada Sembilan perwakilan gudang tembakau di Bojonegoro yang siap melakukan pembelian tembakau.  ” Laporan terakhir dari semua gudang yang melaksanakan aktivitas pembelian tembakau, totalnya mencapai 10.600 ribu ton lebih. Dan jumlah itu nnatinya bias bertambah,” kata Kasi Tanaman Perkebunan Disperta Bojonegoro, Imam Wahyudi, kemarin (17/4).
Imam Wahyudi mengungkapkan, rencana penyerapan tersebut  sementara ini membutuhkan areal tanam seluas 8.833 hektar . “Jadi rencana penyerapan tembakau  masih dinamis hingga awal tanam pada Mei nanti. Itu karena pabrik masih memantau kualitas tembakaunya,” jelas Imam.
Jika kualitasnya bagus, lanjutnya, penyerapan tembakau bakal lebih banyak daripada rencana perhitungan.
Terkait rincian luas areal tanam, data rekapitulasi rencana penyerapan bahan baku serta rencana areal tanam mencatat jenis tembakau virginia seluas 7750 ha, Jawa 83,33 ha dan RAM 1000 ha.
Ditambahkan juga bahwa benih tembakau telah diuji laboratorium milik Balai Besar Pembenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP). Diperkirakan produksi tembakau kering per ha antara 1 hingga 1,2 ton.
Selain itu, permintaan benih tembakau dari petani sebagian telah berjalam. Hingga kemarin, tembakau RAM varietas T-45 terdistribusi 1600 gram (1,6 kilogram/Kg), virginia varietas K326 1.150 gram (1,15 Kg) dan tembakau Jawa sebanyak 100 gram (0,1 Kg).
Menurut Imam, belum banyaknya permintaan benih tembakau disebabkan masih adanya spekulasi petani untuk menanam padi selama masih adanya hujan. ” Padahal, jika musim tanam kedua ini masih ditanami padi, kemungkinan waktu tanam tembakau mundur dari waktu ideal pertengahan Mei. Sebab menunggu hingga Juni setelah panen padi,” imbuhnya.
Dikhawatirkan, pemanenan tembakau yang mundur hingga Oktober berdampak pada rendahnya kualitas tembakau karena bersamaan awal musim hujan. ” Ideal panen tembakau kan September. Kalau Oktober bersamaan awal musim penghujan. Akibatnya mempengaruhi kualitas tembakau,” pungkasnya. [bas]

Tags: