Terapi Islam agar Hidup Lebih Bermakna

Judul : Lepas dari Lapas Hidup
Penulis : KH. Adrian Mafatihallah Kariem, MA
Penerbit : Republika
Cetakan : Pertama, Maret 2017
Tebal : xviii +446 halaman
ISBN : 978-602-0822-242-6
Peresensi : Ratnani Latifah
Alumi Univeristas Islam Nahdlatul Ulama, Jepara 

“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (hal x).
Dalam hidup ini kita tidak mungkin terhindar dari berbagai masalah. Silih berganti berbagai masalah akan hadir dan menjadi bumbu kehidupan kita. Tinggal bagaimana kita menghadapinya. Apakah kita siap untuk mengatasinya atau memilih pasrah menyerah dengan keadaan yang ada.
Kita pasti menyadari bahwa untuk menjadi sosok yang pandai bersyukur, sabar dan ikhlas bukanlah perkara mudah. Namun, bukan berarti kita tidak bisa melakukannya. Islam sebagai ajaran suci memberikan terapi kehidupan, sarat kebahagian sejati yang menjadi dambaan setiap insan. Buku ini hadir menyajikan risalah-risalah indah agar hidup kita tak gundah, bisa lepas dari lapas masalah. Siap tampil berjuang mencari solusi tidak terisolasi dari masalah (hal xi).
Di antaranya, kita bisa memulainya dengan berlatih bersyukur. Di sadari atau tidak banyak orang yang berbahagia tetapi belum tentu bersyukur, sebaliknya orang yang bersyukur hidupnya dijamin akan berbahagia. Syukur memilih kekuatan bagi kita dalam menghadapi berbagai masalah yang kita hadapi. Perlu kita catat orang yang senantiasa bersyukur dengan apa yang ada akan tetap survive dalam keadaan snang dan susah sekalipun. Perjalanan hidupnya diberikan kekuatan keberanian melewati tantangan, walau batu karang kebencian dan fitnah menghadang (hal 10).
Dengan bersyukur maka kita akan tumbuh sukap qanaah (kepuasan jiwa), kemudian akan tercipta istiqamah (konsisten) dan memiliki semangat intropeksi sebagai senjata ampuh melumpuhkan musuh keserakahan dan keangkuhan. Di sisi lain sikap syukur, akan mendekatkan kita kepada Allah (hal 11).
Penulis menjelaskan, bahwa “hamba yang bersyukur, lisannya kana bertutur teratur, pikirannya terukur, pergerakannya sesuai alur, hatinya tertanam sifat-sifat luhur. Sebaliknya, hamba yang kufur, lisannya akan ngelantur, pikirannya ngawur, hatinya takabur, tingkahnya lakunya tidak tercerminkan budi pekerti yang luhur, sudah pastinya hidupnya akan hancur lebur.” (hal 16).
Kemudian kita harus membiasakan berterima kasih. Berterima adalah ajaran mengagumkan yang menjadikan seseorang beruntung dan hidup tambah babagia, hati lega, lapang jiwa. Tahu berterima kasih menunjukkan bahwa kita termasuk pribadi yang mulia, lepas dari kata terhina, gengsi, perasaan malu. Kita tidak perlu merasa malu ketika mendapat bantuan orang lain. Sebaliknya kita harus bersyukur dengan mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah menolong kita. Kita mengucapkan hamdalah atas rahmat yang Allah berikan.
Tidak kalah penting adalah berbakti kepada orangtua. Kita pasti sudah sering mendengar bahwa rida Allah terletak pada ridah orangtua dan murka Allah terletak pada kemurkaan orangtua. Maka sudah semestinya kita harus selalu berbuat baik dan jangan pernah sekali-kali membatah orangtua. Dari rida mereka-lah hidup kita bisa menjadi berkah. Sebaliknya jika kita bersikap kasar dan bahkan durhaka, maka dipastikan hidup kita pun jadi tidak berkah, rezeki sulit didapat, kehidupan penuh masalah, kesukaran selalu menghadang langkah kita.
Selain beberapa hal yang sudah dipaparkan tentu saja masih banyak risalah lain yang sangat membangun dan memotivasi. Semisal tentang pentingnya memiliki keyakinan tinggi dari motivasi diri bahwa tidak ada yang tak mungkin tercapai kalau tertanam tekad pasti bisa. Ada pula kepercayaan diri bahwa kita memiliki segudang keunggulan yang bisa diexplorasi untuk ditebar manfaatnya. Atau adapula nasihat bagi kita untuk tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap masalah. Kita harus berani menghadapi masalah meskipun nanti hasilnya tidak sesuai harapan kita, dan masih banyak lagi.
“Kalah sebelum bertanding itu namanya kemalangan. Sebaliknya berani bertanding itu namanya indah meraih kemenangan.” (hal 149).
Buku ini sangat membantu kita untuk mulai berikhtiar dalam usaha memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Kita diajak untuk menjadi pribadi tangguh yang tidak mudah terbelenggu berbagai masalah. Dilengkapi dengan kisah-kisah inspiratif dan quote yang membangun, menjadi nilai lebih buku ini.

———– *** ———–

Tags: