Terdampak Abu Vulkanik Bromo, Petani Tengger Panen Dini

Tanaman kubis warga Sukapura tertutup abu vulkanik Gunung Bromo. Sebagian warga memilih untuk memanen dini agar mereka tidak mengalami kerugian yang lebih besar. [wiwit agus pribadi]

Probolinggo, Bhirawa
Abu Gunung Bromo yang terus mengguyur kawasan sekitarnya sejak erupsi Bulan Maret lalu, membuat warta Tengger khawatir gagal panen. Mereka memilih untuk melakukan panen dini agar tidak mengalami kerugian lebih besar lagi.
Beberapa hari lalu, guyuran abu vulkanik masih melanda sebagian desa di Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Berdasarkan informasi terbaru, meski saat ini asap yang keluar dari kawah Bromo, tampak memutih tipis. Namun,warga Tengger mengantisipasi dengan panen dini lahan pertaniannya.
Wakil Bupati Probolinggo, H.A Timbul Prihanjoko saat dikonfirmasi mengatakan, lahan pertanian di wilayah Sukapura dan Sumber sudah banyak yang terdampak abu vulkanik. Saat ini, tahap assessment bagi petugas untuk melakukan pendataan. Bagi OPD (organisasi perangkat daerah) terkait, untuk melakukan upaya sesuai kewenanganannya. “Iya sekitar ribuan hektare, tapi kita masih belum tahu pastinya. Karena masih kita data pertanian yang terdampak,” tambahnya.
Sementara itu salah satu petani sayur kol di Ngadisari Fandi mengatakan, sebaran abu vulkanik yang menempel di daun tanaman, bisa menyebabkan kerusakan. Dan hingga kini bekas abu masih dirasakan oleh para petani, meski asap Bromo sudah sangat melemah.
“Beruntung saat ini tidak begitu parah paparan abu vulkaniknya. Selain itu, masih terbantu adanya guyuran hujan deras, sesaat setelah guyuran abu vulkanik. Sehingga membersihkan debu yang menempel,” ujar Tomo salah satu petani sayur di Sukapura Minggu (31/3).
Ia juga mengatakan, petani yang lahannya berada di tepi jalan memilih memanen sayur kol dari pada rusak karena abu vulkanik. Walaupun harganya saat ini sangat murah dan merugikan petani. “Kalau lahannya berada di puncak bukit atau dibawah lembah, ya mending dibiarkan saja karena antara hasil dengan ongkos angkutnya tidak sebanding,” tuturnya.
Ia menyebut, untuk harga sayur kol saat ini berkisar Rp 300 hingga Rp 500 perkilogram. Padahal normalnya, harga sayur kol di kawasan Tengger mencapai Rp 1000 perkilogram. Hingga kini para wisatawan masih tampak beraktivitas seperti biasanya untuk menikmati keindahan Gunung Bromo, meski tengah erupsi dengan jarak aman satu kilometer dari kawah.
Ribuan hektare lahan pertanian sayur di wilayah Bromo dapat dipastikan gagal panen. Pasalnya, abu vulkanik yang dilontarkan kawah Gunung Bromo begitu berdampak di wilayah Sukapura. Terutama, Desa Ngadirejo, Kecamatan Sukapura, diguyur abu vulkanik dengan intensitas paling tinggi, jelasnya.
Tanaman sayur milik petani yang tertutup abu, dipastikan sulit bertahan dan kemungkinan besar gagal panen. Hingga saat ini banyak tamanan yang tertutupi abu vulkanik Bromo di sepanjang jalan wilayah Sukapura. Terutama di Desa Ngadirejo, hampir semua tanaman sayur warna hijau sudah berubah menjadi warna hitam. Karena tanaman itu diguyur abu vulkanik cukup tebal.
Akibatnya, dapat dipastikan pemilih tanaman sayur itu gagal panen karena tanaman mati. Bagi petani yang baru tanam pun mengalami kerugian cukup besar. Sebab, tanaman yang baru ditanam dipastikan rusak dan tidak bisa diharapkan hasilnya. “Kalau sudah kena hujan seperti itu, pasti rusak tanaman sayurnya mas,” kata Samijo salah satu petani sayur di Desa Ngadirejo Kecamatan Sumber.
Tanaman sayurnya rusak terkena abu vulkanik, dipastikan akan mengalmai kerugian cukup besar. Sebab, biaya bibit kentang dan sayur lainnya itu lumayan mahal. Apalagi harga pupuk untuk tanaman sayurnya juga mahal. “Lahan tanaman sayur saya tidak luas, tapi kerugian lumayan mas. Kalau sejuta pasti lebih dari itu kerugiannya,” ungkapnya.
Plh (pelaksana harian) Kades Ngadirejo, Saptono mengatakan, warganya sudah terbiasa dengan kejadian Bromo erupsi. Abu vulkanik yang dirasakan saat ini, tidak mempengaruhi aktivitas warga. Hanya saja, warganya khawatir karena erupsi ini terjadi bukan saat siklus 5 tahunan. Sehingga, warga pun tidak pernah mengira tanamannya terkena dampak abu vulkanik. “Banyak tanaman sayuran warga yang terkena abu vulkanik karena abu tebal, jadi sayuran gagal panen,” terangnya. [wap]

Tags: