Terus Sebarkan ‘Virus Adiwiyata’ ke Sekolah-sekolah

Eka Agustina, ST Msi

Eka Agustina, ST Msi
Senyum dan sapa tak pernah lepas dari sosok cantik satu ini. Dengan penuh kesabaran, anggota Tim Penilai Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur Eka Agustina, ST, Msi ini terus melayani pertanyaan dari para guru di sekolah yang dikunjunginya.
Yah, minggu minggu ini memang akan menjadi hari yang melelahkan bagi PNS di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim satu ini. Sebanyak 120 sekolah mulai dari level SD/MI hingga MA/SMA/SMK se Jawa Timur harus dikunjungi untuk diverifikasi terkait seleksi Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur 2019 ini.
“Awalnya ada sebanyak 337 sekolah yang mengajukan permohonan menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi. Dari hasil penilaian dokumen, ditetapkan sebanyak 120 sekolah yang lolos administrasi. Selanjutnya kami akan melakukan verifikasi lapangan ke sekolah-sekolah tersebut,” tutur Eka kepada Bhirawa di sela-sela melakukan verifikasi lapangan di SMP Pawiyatan Doho Kota Kediri, Jumat (26/4) kemarin.
Menurut Eka kedatangannya bersama tim penilai lainnya ke sekolah-sekolah selain melakukan verifikasi adalah untuk melakukan pembinaan.
“Momentumn verifikasi tersebut menjadi kesempatan bagi kami untuk diskusi dengan tenaga pendidik (guru) di sekolah bersangkutan,” alumnus Teknik Lingkungan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini. Nah, dari pertemuan tersebut, lanjut Eka para guru nantinya akan lebih tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
“Banyak para guru yang akhirnya tahu apa yang harus dikerjakan untuk mewujudkan sekolah Adiwiyata setelah kita bertemu,” jelas Eka. Menurut Eka, komponen penting dalam menilai Sekolah Adiwiyata di antaranya adalah komponen kebijakan dan kurikukum.
“Saya memang lebih fokus untuk berdiskusi terkait dengan kebijakan dan kurikulum, Sementara anggota tim penilai lain akan melihat komponen sarana prasarana serta komponen partisipasi,” jelas Eka. Di mata Eka, persoalan kebijakan dan kurikulum ini menjadi dasar dalam mewujudkan karakter peserta didik.
“Kami harus pastikan bahwa program Adiwiyata itu terintegrasai dengan kebijakan dan kurikulum sekolah. Jadi harus terumuskan dalam kurikulum dan tersampaikan dalam pembelajaran,” tegas Eka ini. Komponen ini (kebijakan dan kurikulum, red) menjadi penting, jelas Eka karena jika program Adiwiyata tidak terintegrasi dengan kurikulum bisa jadi program Adiwiyata ini hanya muncul ketika ada lomba saja. Dan untuk menyusun kurikulum yang terintegrasi lanjut Eka bukan hal yang mudah.
“Pengalaman kami selama bertahun-tahun, tidak banyak guru yang telaten mau mencermati masalah ini. Makanya, kami harus terus menularkan virus Adiwiyata ini ke sekolah-sekolah,” tegasnya lagi. [why]

Tags: