Tidak Semua Full-day

Karikatur Full-daySekolah seharian penuh (full day), tidak masalah. Berlanjut lagi pada malam hari juga tidak masalah. Begitu pula sekolah hanya setengah hari (enam jam), memang telah cukup memadai. Filosofi sekolah sebagai kegiatan belajar mengajar, bukan pada lamanya jam menuntut ilmu. Melainkan kualitatif pertemuan antara pendidik dengan muridnya. Masing-masing peserta (murid) memiliki kebutuhan pengajaran, sesuai dengan kondisi psikologisnya.
Sebagian murid membutuhkan “pengayoman” dalam proses pendidikan. Kuantitatif (lamanya) “pengayoman” menjadi kunci keberhasilan transformasi ilmu dan pengetahuan. Lebih lama berada di sekolah terasa lebih nyaman. Tetapi sebagian murid lainnya telah memiliki “pengayoman lain” di luar lingkup formal sekolah. Sehingga kuantitatif waktu di sekolah tidak perlu berlama-lama. Sehingga bunyi bel akhir sekolah disambut bagai pembebasan.
Akhir jam pelajaran di sekolah, biasanya nyaris bagai “buka puasa.” Itu suasana umum di semua sekolah. Bahkan pada satuan pendidikan TK dan SD (sekolah dasar) keluar ruang kelas juga berebutan. Suasana yang sama juga nampak pada sekolah dengan sistem full day school. Dus, berada dalam ruang belajar (di sekolah) juga memiliki batas jenuh psikologis. Berdasar penelitian kependidikan, pengajaran memiliki ambang jenuh pada rentang selama 6 jam. Itupun sudah diselingi jeda (istirahat) paruh waktu.
Kuantitatif waktu lama bersekolah telah lama menjadi perdebatan. Full day school, di-gagas menjadi model pembangunan karakter. Penggagasnya, Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy, karena cemas dengan lingkungan sosial yang buruk. Semakin banyak anak (berstatus pelajar) terlibat kriminalitas, sebagai korban maupun pelaku. Namun serta-merta memperoleh respons beragam.
Mayoritas tidak sepakat, manakala seluruh sekolah wajib full day school. Mengkhawatirkan hilangnya waktu belia untuk bersosialisasi dengan lingkungan. Toh secara sosial, Indonesia masih tergolong baik. Selain itu, ongkos pendidikan (full day school) niscaya semakin mahal, karena sekolah harus menyediakan makan siang. Juga konsekuensi tambahan honor guru.
Sejatinya, pembelajaran formal model full day school, bukan hal baru. Bahkan menilik pola pendidikan di pondok pesantren, pelaksanaannya bukan sekadar full day school. Melainkan full day so night (siang berlanjut pada malam hari). Pagi sampai siang sekolah formal (umum maupun diniyah, keagamaan). Malam dilanjutkan mengaji, secara suka-suka (tidak dipaksa). Hampir seluruh pesantren melaksanakan kependidikan dengan konsep murid mandiri. Kecuali pesantren anak-anak (3 sampe 10 tahun).
Maka model pesantren merupakan ke-khas-an. Pelaksanaan pembelajaran pesantren meng-utamakan pembinaan mental, moral dan spiritual. Pencapaian  akademik biasanya paralel dengan kecerdasan spiritual. Sehingga santri cerdas (pencapaian akademik tinggi), biasa disebut “alim.” Dianggap cukup ke-ilmu-an. Disegani, bahkan sering menjadi ustad (guru) yunior.
Full day school, awalnya dilaksanakan untuk tingkat SD (Sekolah Dasar). Jam belajar dimulai pukul 07:00 sampe 16:00. Misinya, mirip penitipan anak, melayani kedua orangtua yang sibuk bekerja. Sejak 10 tahun terakhir full day school juga merambah pada tingkat SMP dan SLTA. Misinya benar-benar menambah penguasaan potensi akademik. Lebih mampu bersaing memperoleh nilai Unas tinggi.
Kenyataannya, murid pada sekolah full day school tergolong memiliki kemampuan akademik lebih baik. Wajar, karena jam “tambahan” di-isi dengan pengayaan dan pembiasaan potensi akademik. Tak beda dengan mengikuti bimbingan belajar. Dus, berkesempatan memperoleh sekolah favorit tingkat SLTA maupun lulus masuk perguruan tinggi negeri.
Di berbagai kota, sudah banyak bermunculan full day school. Sampai sekolah berbasis (yayasan) keagamaan. Namun tujuan pendidikan menurut amanat UUD bukan bertumpu potensi akademik. UUD pasal 31 ayat (3) meng-amanatkan, “… sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.”

                                                                                                                     ——— 000 ———

Rate this article!
Tidak Semua Full-day,5 / 5 ( 1votes )
Tags: