Tiga Guru Besar Bersaing, Prof Joni Hermana Dipilih Paling Banyak Senat

Tiga calon Rektor ITS yakni Prof Joni Hermana, Gubes Teknik Lingkungan (kiri), Prof Djauhar Manfaat, Gubes Teknik Perkapalan serta Prof  Eko Budi Djatmiko, Gubes Teknik Kelautan (kanan) usai menggelar rapat pleno di Gedung Rektorat ITS, Rabu (7/1).

Tiga calon Rektor ITS yakni Prof Joni Hermana, Gubes Teknik Lingkungan (kiri), Prof Djauhar Manfaat, Gubes Teknik Perkapalan serta Prof Eko Budi Djatmiko, Gubes Teknik Kelautan (kanan) usai menggelar rapat pleno di Gedung Rektorat ITS, Rabu (7/1).

Surabaya, Bhirawa
Tiga guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bakal bersaing ketat menggantikan posisi Prof Triyogi Yuwono yang duduk sebagai Rektor ITS  periode 2015-2019. Ketiganya ialah Prof Joni Hermana, Guru Besar Teknik Lingkungan, Prof Djauhar Manfaat, Guru Besar Teknik Perkapalan serta Prof  Eko Budi Djatmiko, Guru Besar Teknik Kelautan.
Mereka ditetapkan sebagai calon rektor setelah setelah mengikuti tahap rapat pleno dengan materi mendengarkan presentasi lima calon rektor yang dilanjutkan pemungutan suara oleh anggota senat. Dari hasil pemungutan suara, dua calon lain, yakni Prof Adi Soeprijanto dan  Prof Herman Sasongko harus merelakan diri untuk tidak mengikuti tahap selanjutnya Pilrek ITS.
Rapat senat penentuan calon yang dipimpin Prof Priyo Suprobo diikuti 50 anggota senat dari total anggota 52 orang. Hasilnya, Joni meraih suara tertinggi dengan 24 suara. Diikuti Djauhar 10 suara dan Eko Budi delapan suara. Sementara Adi Supriyanto harus terlempar karena selisih satu suara dengan Eko Budi dan Herman Sasongko tidak mendapatkan satupun suara. “Ada satu suara yang tidak sah sehingga harus digugurkan,”terang Suprobo saat ditemui usai rapat, Rabu (7/1).
Diungkapkan Probo, komposisi senat saat ini berbeda dengan sebelumnya di mana seluruh guru besar masuk dalam senat. Kali ini, anggota senat hanya berasal dari perwakilan seluruh jurusan, masing-masing dua orang. Terdiri satu orang guru besar dan satu orang perwakilan non guru besar. Sementara untuk tingkat universitas hanya diikuti rektor tanpa pembantu rektor.”Komposisi ini lebih representatif karena mewadahi semua jurusan,”sebut mantan Rektor ITS ini.
Program kerja dan profil dari masing-masing calon serta kelengkapan administrasi akan dikirimkan ke Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi sebagai pihak yang akan mempertimbangkan penentuan rektor. Sementara proses penentuan rektor akan digelar dalam rapat senat bersama perwakilan Kementerian Pendidikan Tinggi dan Riset dan Teknologi paling lambat 6 Februari 2015.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun 2012 , kementerian memiliki 35 suara dalam penentuan rektor. Hal ini akan sangat menentukan karena jumlah anggota senat hanya 52 orang.
Bagaimana jika suara menteri berbeda dengan suara senat seperti saat pemilihan rektor 2010 silam? Probo yang saat Pilrek 2010 menang di senat tetapi tidak “dibela” menteri dan akhirnya kalah dengan Prof Triyogi Yuwono,  berharap agar hal itu tidak terulang. “Sebagai ketua senat saya berharap menteri bisa mempertimbangkan suara senat,”tegasnya.
Di bagian lain, Joni Hermana yang sebelumnya juga unggul saat penjaringan suara di tingkat civitas ITS mengaku siap menerima apapun keputusannya nanti. “Saya tidak terlalu beban. Semuanya ada yang mengatur, yang  di atas (Tuhan). Tidak usah dikejar. Kalau memang nanti terpilih, saya akan bekerja keras. Semoga amanah,” kata pria kelahiran 18 Juni 1960.
Disinggung sejumlah kalangan yang meragukan loyalitasnya karena bukan alumnus ITS, Joni meyakinkan meskipun bukan alumnus, dia sudah mengabdi di kampus ini hampir 28 tahun. “Secara prinsip saya lebih ITS dibandingkan dari mereka yang lulus lima tahun lalu. Saya juga bagian tim yang membesarkan ITS. Tetapi saya menghargai pendapat itu,”kata alumnus S1 ITB.
Sementara itu, Djauhar mengakui tugas berat menantinya jika berhasil menduduki posisi rektor. Hal itu menjadi tantangan tersendiri baginya. “Salah satu kunci pokok yang akan saya lakukan adalah kebersamaan di seluruh civitas akademika,”katanya.
Hal serupa disampaikan Eko Budi. Menurutnya rektor ke depan akan banyak tugas karena masa transisi dari Badan Layanan Umum, menjadi PTN Berbadan Hukum (BH). “Semua pihak harus bekerjasama untuk mencapai tujuan yang diprogramkan,”katanya. Baik Joni, Djauhar dan Eko bersiap akan merangkul pihak-pihak yang kalah jika salah satu dari mereka terpilih. [tam]

Tags: