Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa Kedokteran, Gelar Seminar Sirkumsisi

Kota Malang, Bhirawa
Sirkumsisi atau yang biasa dikenal dengan istilah khitan merupakan salah satu kompetensi yang harus bisa dilakukan oleh dokter dan perawat, termasuk melakukan diagnosis serta penatalaksanaan untuk bedah minor tersebut. Sirkumsisi sendiri wajib dilakukan oleh kaum pria, khususnya bagi mereka yang memeluk agama samawi.
Terlepas dari ajaran agama, sirkumsisi juga memiliki banyak manfaat dari segi medis diantaranya yakni mengurangi resiko kanker penis dan dapat mengurangi resiko infeksi saluran kemih. Pria yang sudah melakukan proses sirkumsisi akan lebih mudah membersihkan area intimnya karena tidak adanya kulup yang menutupi, sehingga kebersihannya lebih terjaga.
Mengingat pentingnya sirkumsisi, Lembaga Semi Otonom (LSO) Tim Bantuan Medis Mahasiswa (TBMM) Nurul Qolbi Fakultas Kedokteran UMM menggelar seminar dan workshop (semwork) Sirkumsisi 2018 bertajuk The ACT of Circumcision, Active comprehensive integrative. Berlokasi di Aula GKB 4 kegiatan ini Ahad 15/4 kemarin.
Peserta seminar tidak hanya terdiri dari kalangan mahasiswa, namun juga tenaga medis yakni dokter, perawat dan masyarakat umum yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Hadir sebagai pemateri dalam acara ini yakni dr. Thontowi Djauhari NS,Mkes, dr. Moch. Aleq Sander, M.Kes, Sp.B, FINACS, dan Ns. Faqih Ruhyanudin, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB, dengan moderator dr. Aulia Syafitri Damayanti.
Muhammad Faiz Hermawan, ketua pelaksana dari Semwork ini mengatakan bahwa dalam kegiatan ini peserta tidak hanya mendapatkan materi seputar sirkumsisi dan teknik-tekniknya, namun juga melihat secara langsung seperti apa proses sirkumsisi yang benar yang akan dipraktikkan oleh tenaga ahlinya.
“Harapannya melalui semwork ini kita bisa sama-sama bisa mengetahui tentang teknik-teknik sirkumsisi yang terbaru, dan mengetahui bagaimana proses sirkumsisi yang benar. Nantinya, sepuluh orang peserta akan dibagi dalam satu kelompok dan akan mempraktekkan secara langsung dengan menggunakan mannequin dengan didampingi tenaga ahli,” ujar faiz
dr. Thontowi Djauhari NS,Mkes, selaku Pembina TBMM Nurul Qolbi FK UMM yang juga hadir sebagai pemateri menuturkan bahwa apapun teknik yang dipilih dalam melakukan sirkumsisi pada prinsipnya yang harus diperhatikan adalah terkait hal kebersihan sebab jika tidak, maka akan muncul kasus-kasus yang dapat membahayakan pasien kedepannya. dr. Thontowi menjelaskan, selain teknik konvensional beberapa teknik yang bisa digunakan dalam praktek sirkumsisi adalah teknik laser atau flash cutter, klamp, dan bipolar tech.
“Apapun teknik sirkumsisi yang dipakai tidak ada jaminan bahwa pasien tidak akan mengalami rasa sakit, karena pada dasarnya semua luka butuh proses pemulihan,” tandasnya.
Selain itu, dr Thontowi juga berpesan bahwa sebagai tenaga medis salah satu faktor pendukung yang juga harus diperhatikan dalam melakukan sirkumsisi adalah faktor psikologi dan psikososial.
“Edukasi pada keluarga pasien sangat penting untuk membantu proses pemulihan dan supaya pasien tidak mengalami trauma pasca dilakukannya sirkumsisi tersebut,”pungkasnya. [mut]

Tags: