Tradisi ‘Kupatan’, Berkah bagi Penjual Selongsong Ketupat Dadakan

6-FOTO KAKI bas-penjual ketupat dadakan di pasar BojonegoroBojonegoro, Bhirawa
Tradisi kupatan atau membuat ketupat bagi orang Jawa dilaksanakan pada H+7 lebaran. Menelang tradisi tersebut, sejumlah pedagang pelepah daun kelapa untuk bahan membuat selongosong ketupat, dan pengrajin selongsong ketupat dadakan mulai tampak di pasar kota Bojonegoro. Pengrajin selongsong ketupat membantu masyarakat yang ingin merayakan ‘kupatan’.
Tradisi itu dimanfaatkan sebagian orang penjual janur dan penjual sayur di pasar. Para pedagang pasar kini mulai beralih berjualan janur didalam pasar maupun di pinggir jalan. Banyaknya masyarakat modern yang tidak bisa merangkai ketupat dimanfaatkan para penjual untuk memanjakan para pembeli dengan menyediakan ketupat kosong atau selongsong ketupat. Para pembeli nantinya tinggal mengisi ketupat kosong itu dengan beras dan memasak.
Berdasarkan pantauan Bhirawa di Pasar Bojonegoro, Minggu (3/8), tak sedikit pedagang menawarkan ketupat. Hari Raya Idulfitri menjadi saat penuh berkah yang ditunggu oleh semua orang, tak terkecuali bagi pedagang ketupat seperti Sukarti (50).
Di hari raya umat Islam itu dia dapat memperoleh keuntungan yang cukup besar dibanding hari-hari biasanya sebagai penjual krai dan terong di pasar koata Bojonegoro. “Setiap harinya jualan krai dan terong. Dengan adanya penjualan musiman kayak gini, pendapatan lumayan bisa untuk tambah kebutuhan pokok, dan menyekolahkan anak,” ungkap Sukarti warga Menilo Soko Tuban.
Ia menjelaskan, bahan yang ia peroleh sudah dipotong hingga menjadi lembaran. Itu pun mereka peroleh tidak gratis, melainkan membelinya per ikat. Satu ikat berisi 10 lembar dan dihargai Rp 5.000. Dengan keterampilan yang ia kerjakan per harinya ia mampu menghasilkan 300 biji selongsong ketupat yang telah jadi dan dijual Rp 8.000 per ikatnya. “Kalau dijual berupa janur untung Rp 1000, dan dijual per ikatnya itu isinya 10 selongsong ketupat sudah jadi dan dijual Rp 8.000 per ikatnya,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu pembeli selongsong ketupat Diyah mengaku, Ia senang membeli ketupat yang sudah jadi dari pada susah-susah membuat sendiri. “Kalau beli harga murah dan terjangkau, dari pada ribet membuat sendiri,” kata Diyah warga Klangon yang mengaku rutin melakukan tradisi kupatan. [bas]

Keterangan Foto: Penjual ketupat dadakan di pasar Bojonegoro. [bas/bhirawa]

Tags: