Turunkan Angka TB, Perluas Pengobatan Gratis

Kepala Dinkes Jatim, dr HarsonoSurabaya, Bhirawa
Tahun 2015 Dinkes Jatim akan memperkuat pengobatan Tubercolusis(TB) gratis ke daerah-daerah. Penguatan ini untuk menurunkan kembali tingkat penderita TB di Jatim.
”Kita bersama dengan Dinkes kabupaten/kota dan Puskemas akan mencari dan mengobati penderita TB tujuannya agar jumlah penderita TB dapat turun,’ ujar Kepala Dinkes Jatim dr Harsono.
Harsono mengatakan, sebagai provinsi besar penyebaran penyakit di Jatim sangat tinggi hal ini dipengaruhi oleh perilaku hidup sehat masyarakat Jatim belum semuanya baik. Jika dilihat banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat disebabkan karena rendahnya tindakan preventif masyarakat.
”Kebanyakan masyarakat malakukan tindakan kuratif (pengobatan) sehingga pencegahannya jarang dilakukan,’katanya.
Lebih lanjut ia mengungapkan, dari hasil evaluasi Surabaya menjadi kota terbanyak penderita penyakit TB pada tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 4.336 orang.Kemudia disusul Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
“Untuk Jember ada 3.104 penderita, sedang Banyuwangi sebanyak 1.689 penderita,”
kata Harsono.
Harsono menerangkan, Surabaya yang memiliki jumlah penduduk terbesar di JAtim menjadi daerah paling rawan TB. Kerapatan wilayah, kepadatan penduduk, dan buruknya lingkungan, memperburuk keadaan rawan TB.
Harsono menuturkan dari jumlah total penderita Jatim sebanyak 42.222 orang, 2.342 di antaranya merupakan anak-anak. “Dan sebanyak 1.308 orang meninggal karena TB ini untuk segala usia,kami tangani mencapai 89 persen pada 2013. tahun ini kami tingkatkan jadi 90 persen,” ujarnya.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim Setyo Budiono menyatakan, penularan penyakit TBC sangat cepat . “Memang berat menghilangkan penyakit TBC di masyarakat karena selain faktor perilaku,  faktor lingkungan turut mendukung penyebaran dan perkembangbiakkan bakteri TBC,” terangnya.
Menurutnya, mudahnya perkembangan bakteri TBC disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti, tidak adanya cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah, ruangan atau rumah dalam kondisi lembab dan sanitasi atau ventilasi rumah yang buruk.
“Jika rumah selalu dalam tertutup rapat tanpa ada sinar matahari yang masuk maka bakteri  akan cepat berkembang,” ujarnya. [dna]

Keterangan Foto : dr Harsono.

Tags: