Turunkan Harga Semen

“Kokoh tak tertandingi,” begitu bunyi jargon perusahaan semen BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Tetapi jargon ini diragukan (kebenarannya) oleh serikat pekerja pabrik semen. Telah muncul pesaing tak kalah tangguh dari China, mampu menjual semen dengan harga lebih murah. Juga bisa “memaksa” perusahaan milik negara turut merevisi harga semen, terutama pada kawasan terpencil terluar. Bahkan Kementerian BUMN sedang menggencarkan harga semen murah di Papua.
Harus diakui, harga semen di berbagai daerah melambung. Di Papua, harga semen bisa mencapai Rp 1,5 juta per-sak. Sedangkan harga di pulau Jawa hanya berkisar Rp 54 ribu. Berbagai faktor menyebabkan perbedaan harga sangat mencolok. Selain kurangnya demand (sangat rendah di Papua), juga ongkos angkut distribusi semen sangat mahal (karena sangat jauh). Pabrik semen terdekat Papua, berada di Pangkajene (Sulawesi Selatan), atau Tuban (Jawa Timur).
Maka memenuhi program “Satu Harga,” bukan tekad mudah. Bahkan benar-benar berharga sama, antara pulau Jawa dengan Papua, nyaris mustahil. Namun setidaknya, pemeintah berupaya harga semen di Papua berkisar Rp 400 ribu-Rp 500 ribu (turun 66% dari harga pasaran pekan lalu). Penurunan harga semen pada kawasan terpencil dan terluar, berknsekuensi tidak ringan. Antara lain, harus membangun jaringan distribusi perdagangan (agen semen).
Konsekuensi lain yang lebih berat, adalah membangun infrastruktur logistik, berupa pelabuhan, dan pergudangan di daerah tujuan. Distribusi, dan ogistik, juga memerlukan moda angkutan darat (berbagai jenis truk), serta armada kapal laut. Industri semen strategis sebagai penyokong pembangunan infrastruktur, berupa jalan, jembangan, plengseng sungai, dan waduk. Juga sangat diperlukan dalam pembangunan konstruksi gedung (perkantoran, dan permukiman).
Produksi semen dalam negeri, telah kokoh, dengan kapasitas BUMN mencapai 29 juta ton per-tahun. Disuplai dari tiga BUMN semen, dengan 12 pabrik. Ditambah perusahaan swasta bisa mencapai 35 juta ton. Terdiri dari berbagai produk tipe spesifikasi portland. Juga special blended Cement (SBC), khusus bangunan lingkungan air laut. BUMN semen telah mampu ekspor ke berbagai negara. Diantaranya ke Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Australia, sampai Afrika.
Tetapi kebutuhan dalam negeri yang masih silang data, dan varian harga, menyebabkan semen asing bisa masuk. Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 tahun 2018 tentang Ketentuan Impor Clinker (bahan semen) dan Semen. Pada pasal 3 diatur jenis perusahaan yang diberi izin impor. Yakni, importir produsen (pabrik semen), dan importir umum.
Importir umum, menjadikan harga semen bersaing ketat. Konon omzet penjualan semen BUMN merosot tajam. Sehingga mengkhawatirkan “nasib” pekerja industri semen Indonesia. Semen impor diduga melakukan predator pricing (jual rugi). Harga semen impor (asal China) dijual Rp 47 ribu per-sak (kemasan 50 kilogram), sedangkan semen lokal HET-nya Rp 54 ribu. Perbedaan harga juga pada kemasan 40 kilogram.
Predator pricing, melanggar UU Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Pada pasal 20, dinyatakan “Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan caramelakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksuduntuk menyingkirkan atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutansehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persainganusaha tidak sehat.”
Kekhawatiran pekerja industri semen, bisa jadi berujung pada sidang KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). Niscaya akan ditelisik penyebab harga semen impor murah, setelah dibebani berbagai pajak. Serta mengapa harga semen produk dalam negeri lebih mahal?

——— 000 ———

Rate this article!
Turunkan Harga Semen,5 / 5 ( 1votes )
Tags: