Ubah Hidup Anak Putus Sekolah lewat Pendidikan, Olahraga dan Wirausaha

Surabaya,Bhirawa
Pemkot Surabaya bersama perangkat daerah terkait, terus memperhatikan dan memfasilitasi kebutuhan anak-anak yang mengalami permasalahan kesejahteraan sosial, melalui pembinaan pendidikan formal dan informal.
Upaya ini dilakukan Pemkot Surabaya  dengan mendirikan  UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri. Sampai saat ini bahkan anak-anak didikan UPTD ini mampu menorehkan prestasi bagi Kota Surabaya.
Menurut Kepala UPTD Pondok Sosial Kalijudan dan Kampung Anak Negeri, Erni Lutfia, Kampung Anak Negeri merupakan tempat untuk menampung dan memberikan sarana pendidikan bagi anak-anak putus sekolah, anak terlantar dan anak jalanan berupa pendidikan formal dan pengembangan bakat dan minat.
“UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri merupakan gabungan dari UPTD Kalijudan sesuai dengan Perwali tahun 2016 dengan status penyandang masalah kesejahteraan sosial dan rata-rata UPTD tersebut dihuni oleh anak jalanan, keluarga tidak mampu, berlatar belakang keluarga broken home serta anak-anak yang mengalami putus sekolah, namun kebanyakan merupakan anak putus sekolah,” kata Erna saat ditemui di UPTD Kampung Anak Negeri, Wonorejo Raya, Jumat (3/3) lalu.
Melihat banyaknya anak putus sekolah di asrama tersebut, Erna bersama tim pengajar dan pendamping Kampung Anak Negeri berkoordinasi dengan tim psikologi untuk melihat sejauh mana anak-anak tersebut siap untuk kembali bersekolah. Sebab, tim psikolog harus mengetahui seberapa lama mereka mengalami putus sekolah, apakah jangka waktunya pendek atau panjang.
“Jika jangka waktu putus sekolah pendek maka mereka akan disuruh kembali bersekolah, sedangkan jangka waktunya panjang maka anak-anak tersebut akan diberi pembinaan edukasi yang dilaksanakan setiap hari senin-jum’at, mulai pukul 8 pagi sampai 11 siang,” ujar Erna.
Hingga saat ini dari 35 anak yang tinggal di UPTD Kampung Anak Negeri, terdapat 13 anak yang mau kembali menempuh jenjang pendidikan formal, 4 diantaranya merupakan anak-anak inklusi.
“Inilah tujuan utama kami, mengembalikan mereka ke sekolah supaya mampu mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik, karena orang hidup itu harus punya bekal yakni pendidikan. Saya percaya pendidikan mampu mengubah nasib orang,” tegas Erna.
Selain pendidikan formal, tim pengajar dan pendamping turut menyisipkan beberapa kegiatan rutin dalam upaya mengembangkan bakat dan minat Anak Kampung Negeri seperti olahraga dan seni yang meliputi seni musik, seni lukis, atletik, balap sepeda, dan tinju.
Upaya pendampingan bakat dan minat pada ranah olahraga berbuah manis. Mereka mampu menorehkan prestasi yang sangat membanggakan bagi kota Surabaya. Prestasi tersebut diraih oleh beberap anak, diantaranya, Syafi’i (16) dari cabang tinju bobot 55 Kg yang keluar sebagai juara 1 tingkat Jatim tahun 2016. Kemudian Hendra (17) dari cabang balap sepeda yang keluar sebagai juara 2 tingkat nasional pada tahun 2015 dan terakhir Rajes (17) dari cabang pencak silat keluar sebagai juara 1 kelas bebas pada tahun 2017.
Sementara itu, untuk kegiatan wirausaha ditampilkan produk-produk salah satunya pembuatan gelang dan PIN. Tenaga pendamping dan pengajar wirausaha UPTD Ponsos Kampung Anak Negeri, Hendik menuturkan kegiatan wirausaha dibuat untuk mengajarkan anak-anak mencari uang lebih mandiri, mulai dari cara pembelian bahan dipasar, proses membuat, cara memarketing dan cara menjual ke konsumen.
“Biar anak-anak itu belajar dari proses, karena selama ini mereka selalu menerima sesuatu dengan cara instan,” ujar alumni universitas Islam Sidoarjo tersebut.
Produk gelang dan PIN dijual di kebun bibit setiap hari sabtu dan minggu dengan harga 5 ribu.  Nantinya, hasil uang yang mereka dapat akan dimasukkan ke dalam kas Kampung Anak Negeri guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. (geh)

Tags: