Virus HIV/AIDS Bisa Disembuhkan 100 Persen

imagesSurabaya, Bhirawa
Paradigma yang berkembang dimasyarakat menegnai HIV/AIDS selama ini adalah penyakit tersebut merupakan penyakit menular, mematikan dan tidak bisa diobati. Padahal paradigma tersebut tidak sepenuhnya benar.
Unit Perawatan Intermediate Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD Dr Soetomo, dr Erwin Astha Triyono, SpPD, KPTI, FINASIM menyatakan, sebenarnya HIV/AIDS itu bisa dicegah dan diobati.  “Walaupun tidak 100 persen penyakit sembuh dan 100 persenbisa kembali seperti orang normal. Tapi HIV/AIDS bisa diobati dan mengembalikan kualitas hidup ODHA seperti orang normal. Dimana seseorang yang merasa berpotensi terkena HIV/AIDS segera melakukan konseling dan pemeriksaan untuk memastikan kondisinya.
Jika positif secara rutin dan teratur menjalani pemeriksaan dan mengkonsumsi obat, yaitu anti retro viral (ARV) lama kelamaan virus didalam tubuh mereka akan mati dan mengembalikan kekebalan mereka seperti orang normal. Ini salah satu bukti bahwa HIV bisa diobati.
“Sebenarnya penyakit HIV/AIDS tidak jauh berbeda dengan penyakit diabetes melitus, dimana penderitanya harus mengkonsumsi obat seumur hidup untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,” terang Erwin.
Dengan pengobatan yang teratur hingga kekebalan mereka kembali seperti orang normal, kualitas hidup yang meningkat, umur yang lebih panjang karena komplikasi penyakit bisa diminimalisir, jumlah virus yang ada ditubuh mereka juga menurun sehingga resiko penularan juga semakin menurun. Dengan begitu membuat mereka tidak berbeda dengan orang normal.
“Jadi sebenarnya tidak perlu membeda-bedakan dan mengucilkan ODHA,” ujarnya.
Apalagi sebagian besar penularan HIV/AIDS ini adalah melalui hubungan seks dan narkoba suntik. Jadi bersentuhan, menggunakan tempat makan atau pakaian yang yang dipakai ODHA atau hanya sekedar berinteraksi sosial tidak akan menularkan penyakit ini. Dan ini yang masih sulit dipahami masyarakat. Karena paradigma yang salah tersebut emmbuat masyarakat selalu mengucilkan dan menjauhi ODHA.
“Padahal dengan kondisi ODHA semakin dikucilkan dampaknya akan semakin buruk bagi ODHA itu sendiri maupun masyarakat dari segi psikologis. ODHA sebeanrnya butuh semangat dan dukungan moral, bukan malah dikucilkan seperti itu,” paparnya.
Semakin banyak atau meningkatnya penemuan ODHA sebenarnya menunjukkan kinerja positif dalam program pencegahan dan pendataan penyakit ini. Bukan malah mengindikasikan semakin banyak penderita dan jumlah yang ditemukan, kasusnya semakin banyak dan hasil kinerja negatif dalam pencegahan.
Tapi ini membuktikan kesadaran masyarakat, khususnya mereka yang berisiko HIV/AIDS untuk sadar dan memeriksakan sejak dini agar mereka bisa menjalani pengobatan sehingga kualitas hidupnya meningkat.
“Jika beberapa tahun lalu banyak penemuan ODHA pada stadium lanjut atau AIDS, kini justru lebih banyak yang baru pada stadium HIV. Ini perilaku positif yang mengindikasikan keadaran masyarakat akan kesehatan,” jelasnya.
Angka kematian karena HIV/AIDS ini juga cukup rendah, yaitu hanya delapan persen dari jumlah populasi ODHA. Dan ini juga mematahkan stigma dimasayarakat bahwa ODHA sama saja dengan tanda tangan kematian. Padahal hanya sebagian kecil salah, dan mereka yang menjalani pengobatan dan merubah pola hidup menjadi lebih sehat, kualitas hidup mereka semakin meningkat, bahkan bisa berumur lebih panjang dibandingkan dengan orang normal.
“Ini yang menjadi garis bawah, sebenarnya HIV/AIDS adalah penyakit medis yang sederhana, namun yang membuat rumit adalah aspek sosial. Jadi yang terpenting adalah merubah paradigma dan edukasi mendalam kepada masyarakat tentang penyakit ini,” tukasnya. [dna]

Tags: