Wabup Gresik Berharap Gunakan Bahasa yang Baik dan Benar

Wabup Gresik saat membuka sosialisasi penggunaan Bahasa Indonesia yang benar. [kerin ikanto/bhirawa]

Gresik, Bhirawa
Wakil Bupati (Wabup) Gresik, Moh Qosim berharap Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pemersatu. Ini disampaikan wabup saat membuka sosialisasi pengunaan Bahasa Indonesia di media luar ruang, berlangsung di Gedung Puteri Mijil, Komplek Pendopo Bupati Gresik.
Sosialisasi itu diselenggarakan oleh Balai Bahasa Jatim bekerjasama dengan Pemkab Gresik, Senin (13/8) diikuti 100 orang peserta terdiri dari berbagai elemen masyarakat. Mulai dunia usaha, pemuda, kelompok bergelut di media sosial, serta sejumlah unsur pemerintah tingkat kecamatan.
Wabup Qosim meminta agar penggunaan dan penulisan bahasa termasuk di luar ruangan menggunakan kaidah Bahasa Indonesia baik dan benar. ”Dalam memimpin rapat misalnya, penggunaan Bahasa Indonesia adalah mutlak dan wajib. Bayangkan kalau kita pada acara resmi sementara yang hadir banyak dari berbagai suku. Tentu saja penggunaan Bahasa Indonesia adalah suatu keharusan karena bisa dipahami dari semua suku yang ada di Indonesia. Di Indonesia ini ada ratusan bahkan ribuan suku yang masing-masing punya bahasa. Sedangkan Bahasa Indonesia adalah pemersatu,” tandas Wabup Qosim.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Jatim, Drs Mustakim MHum selaku narasumber mengatakan, pihaknya mengaku senang dengan masyarakat Gresik yang sudah sadar dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
”Sebelumnya, saya sudah berkeliling, melihat beberapa spanduk yang ada. Saya katakan sebagian besar sudah menggunakan kaidah Bahasa Indonesia yang benar meski ada beberapa diantaranya masih menggunakan bahasa asing. Kalau boleh saya memberi nilai, penggunaan Bahasa Indonesia di Gresik mendapat nilai B. Semoga usai acara ini, penggunaan Bahasa Indonesia di luar ruang di Gresik bisa mendapat nilai A,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kominfo Gresik, Budi Raharjo mengatakan, memang beberapa badan usaha di Gresik masih ada yang menggunakan bahasa asing. Misalnya tulisan ‘Hotel’ yang artinya penginapan.” Hal ini saya maklumi. Sebab, kata Hotel terasa lebih familiar. Namun, ada juga beberapa spanduk yang bersisi penawaran. Ternyata pengusaha masih suka menggunakan bahasa asing. Padahal pasar yang dibidik adalah masyarakat Indonesia,” kata Budi mencontohkan. [eri]

Tags: