Wadanramil Pembina Upacara, Siswa Mexico Pembawa Teks Pancasila

Kapten Inf Lutfantri selaku Pembina upacara dalam Upacara Bendera Peringatan Detik – detik Proklamasi, sedangkan di belakangnya Miguel Angel Alonso Guerra sebagai petugas pembawa teks Pancasila. [trie diana]

Upacara Peringatan HUT RI Smamda
Surabaya, Bhirawa
Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 74 di SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya, Sabtu (17/8) lalu terasa istimewa. Sebab Wakil Komandan Rayon Militer (Wadanramil) 0831/03 Gubeng, Kapten Infantri M Lutfantri menjadi Pembina upacara, sedangkan Miguel Angel Alonso Guerra, siswa Rotary Youth Student Exchange asal Mexico, selaku pembawa teks Pancasila.
Ditemui usai upacara, Kapten Lutfantri menjelaskan, tema Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 74 tahun 2019 yakni Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia Maju, mengandung makna yang baik sebab pembangunan SDM yang berkualitas dan unggul akan ikut mendukung kemajuan Indonesia. Pembangunan SDM sebagai kunci keberhasilan demi kesuksesan Indonesia di masa depan.
“Hal ini ditempuh dengan perbaikan pendidikan SDM Indonesia untuk menjalankan tehnologi, sehingga kemajuan industri di masa depan bisa diwujudkan,” kata Kapten Lutfantri. Ketika ditanya, bagaimana dengan keikutsertaan siswa asal Mexico yang ikut upacara.
“Sangat Baik, sebab dengan keikutsertaan Miguel bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan, bagaimana tata cara memperingati kemerdekaan Negara Indonesia yakni dengan upacara bendera. Pelaksanaan di semua sekolah, serta instansi pemerintahan dan swasta sama, namun bisa jadi peringatan di negaranya Miguel tidak sama,” jelasnya.
Wakil Kepala Sekolah Smamda Bidang Kesiswaan, Ustadz Budi Astardjo menjelaskan, upacara bendera peringatan HUT Kemerdekaan RI diikuti 1.050 siswa kelas I hingga kelas III, dan diikuti satu siswa pertukaran pelajar asal Negara Mexico, Miguel Angel Alonso Guerra, yang akan belajar di Smamda selama satu tahun ke depan.
Ustadz Budi menegaskan, dalam upacara bendera ini siswa Smamda harus menunjukkan semangat dan serius, sebab siswa dari negara lain saja bisa menghormati kemerdekaan Indonesia dengan mengikuti upacara secara serius. Masak yang asli anak negeri tidak mempunyai semangat.
“Para siswa harus bersemangat dan semangat itu harus ditunjukkan dengan semangat belajar dan bersaing untuk menghadapi era Industrialisasi 4.0. Karena selama ini dengan adanya Medsos siswa kurang semangat untuk menciptakan produk berupa karya ilmiah, bisnis plan, produk seni, web. Bahkan para siswa terlalu cepat puas, padahal seharusnya tidak hanya puas sampai disitu saja tetapi harus bisa menghasilkan karya yang diakui dunia,” tandasnya.
Sementara itu, ketika ditanya perasaannya bisa ikut upacara bendera. Miguel menyatakan sangat senang bisa ikut upacara memperingati detik – detik proklamasi. ”Saya senang banget. Meski ini baru pertama kali ikut upacara bendera memperingati kemerdekaan Indonesia. Bahkan menjadi petugas upacara,” ujarnya dalam Bahasa Inggris.
Miguel mengaku senang ketika tahu akan dikirim ke Negara Indonesia untuk program pertukaran pelajar. Meski mengakui tahu tentang Negara Indonesi, tetapi hanya sedikit. Miguel yang tiba pada Rabu (14/8) malam lalu akan belajar di kelas X IBB atau kelas bahasa. [fen]

Tags: