Wali Kota Hadi dan Bupati Tantri Tak Jadi Divaksin

Wali kota Hadi urung di vaksin karena tensi tinggi. [wiwit agus pribadi/bhirawa]

Pemkab Probolinggo, Bhirawa
Sejumlah tokoh masyarakat dan tokoh agama, termasuk Forkopimda Kota Probolinggo telah menjalani vaksinasi Covid-19, Senin (1/2).

Namun Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin dan Sekda Kota Probolinggo Ninik Ira Wibawati tidak jadi divaksin karena tak memenuhi syarat. Demikian pula dengan bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari, pasalnya pernah terpapar covid 19 dam sembuh.

Vaksinasi bagi pejabat Pemkot, Forkopimda, dan tokoh masyarakat dilakukan di ruang Edelweis, RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo, Seni (1/2) malam. Dari Forkopimda, ada Ketua DPRD Abdul Mujib; Dandim 0820 Letkol Inf. Imam Wibowo; Ketua Pengadilan Negeri Probolingg Darwanto; dan Kepala Kejaksaan Negeri Kota Probolinggo Yeni Puspita.

Dari tokoh masyarakat, terlihat Ketua MUI Kota Probolinggo KH Nizar Irsyad; Ketua PC NU Kota Probolinggo Syamsur; PDM Muhammadiyah Kota Probolinggo Masyfuk; serta dari perwakilan gereja.

Sebelum dimulainya vaksinasi, mereka yang akan divaksin harus melalui proses screening atau pemeriksaan kesehatan. Salah satunya pemeriksaan tekanan darah. Nah, dalam proses ini Habib Hadi -sapaan akrab wali kota- dan Ninik dinyatakan tidak memenuhi syarat. Tekanan darahnya di atas angka normal.

“Sebelum divaksin memang harus dicek. Ini masih belum tahu divaksin atau tidak, karena ternyata tensinya tinggi. Saya juga kaget tensi 177. Mungkin harus ditunda dulu. Tunggu keterangan dari RSUD,” ujar wali kota habib Hadi, kemarin Senin (1/2) malam.

Hal senada lamaran Sekda Ninik Ira Wibawati kepada sejumlah awak media. Ia mengaku sejatinya igin divaksin, namun tidak memenuhi syarat.

“Saya sebenarnya ingin divaksin, tapi tensi 172 per 112. Kapan hari sudah tensi 148 per 100. Tadi, sudah minum obat tensi tidak tinggi. Sebagai tenaga kesehatan, saya juga ingin divaksin,” ujarnya.

Selain mereka, sejumlah tokoh masyarakat telah memenuhi kriteria untuk divaksin. Salah satunya ketua MUI Kota Probolinggo KH Nizar Irsyad.

“Tentang vaksinasi dari aspek medis sudah dikeluarkan BPOM tidak ada dampak pada kesehatan. Dari aspek agama, MUI Pusat telah memberikan fatwa, bahwa vaksin ini halal. Kami minta kepada masyarakat, terutama ulama dan kiai untuk ikut vaksinasi demi mencegah penularan Covid-19,” ujarnya.

Plt Direktur RSUD dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo Abraar HS Kuddah mengatakan, dari hasil pemeriksaan atau pemeriksaan kesehatan terhadap Wali Kota menunjukkan tekananan darahnya yang cukup tinggi.

“Tensinya 177 per 98. Sedangkan, normalnya itu 140 per 80, maka kami tunda dulu. Diharapkan dengan penundaan vaksinasi, tensi bisa terkontrol,” ujarnya.

Dokter bedah senior ini menjelaskan, vaksin Covid-19 memiliki efek samping. Meski Sinovac merupakan vaksin yang memiliki risiko paling rendah.

“Meski Sinovac ini risiko paling rendah, untuk sementara dalam skrining ada kriteria yang dikecualikan. Seperti tensi tinggi, punya riwayat positif, dan riwayat pernah divaksin. Saya sendiri tidak bisa divaksin karena pernah terkonfirmasi positif,” jelasnya.

Ia mengatakan, vaksin yang diterima saat ini vaksin Covid-19 yang telah diujicobakan sebanyak 3 kali. Namun ada izin untuk orang dengan tekanan darah tinggi, diabetes, dan mempunyai riwayat penyakit jantung.

Di beberapa daerah, kepala daerah mendapat vaksin Sinovac pertama sebelum tenaga kesehatan. Namun berbeda dengan Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari, yang justru tak divaksin pertama karena sudah mempunyai antibodi pasca ia sembuh dari Covid-19.

Sebelumnya, pada bulan November 2020 lalu, Bupati Tantri sempat terkonfirmasi positif covid-19 dan sudah sembuh. Ungkap Dewi Vironica, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Probolinggo, Selasa (2/2).

Jika seseorang pernah terkonfirmasi positif covid-19 dan telah sembuh maka tubuhnya masih mempunyai antibodi dan tidak menjadi prioritas vaksinasi. Dewi menjelaskan, seharusnya bupati divaksin tahap pertama karena sebagai role model bagi masyarakat.

“Tetapi karena beliau pernah positif, sehingga beliau tanpa divaksin sudah mempunyai antibodi,” ungkapnya. Dewi menjelaskan, antibodi itu dapat bertahan antara 6 sampai 8 bulan sejak seseorang tersebut dinyatakan sembuh dari covid-19.

Sehingga, untuk Bupati Probolinggo sendiri diperkirakan akan disuntik vaksin di tahap ketiga mengikuti tahap vaksinasi bagi kalangan rentan, seperti ibu hamil, ibu menyusui dan lansia. Vaksinasi tahap tiga direncakan akan dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2021.

Namun, lanjutnya, bisa saja bupati disuntik vaksin di tahap empat berbarengan dengan masyarakat umum pada bulan April hingga Mei mendatang.

“Tetapi kalau antibodi bupati sudah mulai menurun, itu sudah boleh divaksin,” ucapnya. Dewi menambahkan, kalau vaksin untuk orang yang sudah pernah terpapar covid-19 itu hanya sebagai penguat antibodi yang sudah ada sebelumnya.

Berbeda dengan orang yang belum pernah terpapar, maka vaksin tersebut berguna untuk membentuk antibodi untuk mencegah datangnya covid-19 pada tubuh.

Vaksin sendiri juga tidak boleh disuntikan kepada orang yang mempunyai indikasi diabetes atau gula darahnya tinggi. “Tapi ibu bupati tidak mempunyai indikasi itu. Beliau hanya pernah positif saja,” kata dokter asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini. Diketahui, vaksin tahap pertama di Kabupaten Probolinggo sudah mulai disuntikan pada tenaga kesehatan mulai Jumat (29/01) lalu, dan ditarget akan selesai pada Selasa (02/2), tambahnya.n [wap]

Tags: