Waspada DBD Sepanjang Maret, 14 Warga Bojonegoro Positif DBD

Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah P. (Achmad Basir/bhirawa)

Bojonegoro, Bhirawa
Demam Berdarah Dengue masih menjadi momok bagi masyarakat. Angka penderita demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Bojonegoro sepanjang Maret ini tercatat 14 oreang Angka ini mengalami penurunan dari dua bulan sebelumnya, namun masih harus terus diwaspadai.
Menurut data Dinas Kesehatan (Dinskes) Bojonegoro hingga 17 Maret 2019, sudah 295 kasus dan 5 orang meninggal lantaran penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini. Namun, ada penurunan dibandingkan bulan Januari dan Pebruari tapi tetap waspada karena kasus masih muncul.
“Berdasarkan data, pada bulan Januari ada 223 kasus dan 4 meninggal, bulan Pebruari ada 71 kasus dengan 1 meninggal dan pada pertengahan Maret ini sudah ada 14 orang positif terserang penyakit DB,” terang Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro, dr Whenny Dyah P, kemarin (24/3).
Dirinya menjelaskan, penyebab tingginya angka kasus DB di Bojonegoro, diantaranya faktor kondisi cuaca. Faktor cuaca yang sebelumnya hujan lalu panas menjadi kesenangan nyamuk aedes aegepty untuk berkembang biak. Selain itu prilaku tidak hidup bersih dan sehat memicu munculnya penyakit dampak dari lingkungan tersebut.
“Sebab biasanya nyamuk aedes aegepty berkembang biak dari bulan September sampai Januari, tetapi pada dua tahun ini siklus mereka berubah, mungkin disebabkan faktor bencana alam juga,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, Dinas Kesehatan sudah melakukan berbagai cara, dari melakukan Fooging, pemahaman kepada masyarakat dan memberikan surat edaran dari bupati untuk masing-masing desa untuk mengantisipasinya dan edukasi dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Namun, lanjut dr. Wheny itu saja tidak cukup. Masyarakat diharapkan turut peran aktif dalam pemberentasan nyamuk dengan membersihkan lingkungan sekitar.
“Kuncinya sebenarnya berada dimasyarakat, mereka harus lebih aktif dan khusus untuk membersihkan lingkungan, dari yang biasanya hanya menyapu dan memotong rumput, kini juga harus melihat apakah ada tempat yang berpotensi dijadikan sarang nyamuk atau tidak,” katanya.
Ia mengimbau masyarakat yang merasa demam disarankan segera melapor untuk penanganan lebih lanjut.
“Kejadian sebelumnya, merupakan pengalaman dan pembelajaran kepada kita yang harus peduli dan tanggap terhadap kondisi lingkungan,” imbuhnya.
Namun kembali lagi ke diri sendiri, harus menjaga pola hidup bersih dan sehat supaya tidak terkena penyakit seperti DBD, kemudian kenali bagaimana cara untuk membuat nyamuk tidak berkembang biak, terutama pada tempat-tempat yang sering tertampung air. [bas]

Tags: