Maknai Pahlawan di Hari Pahlawan

Rektor Unair, Prof Nasih menjadi inspektur upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda.

Surabaya, Bhirawa
Tepat pada peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 Nopember 2019 ini mempunyai makna yang berbeda bagi Universitas Airlangga (Unair). Pasalnya, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Unair yang ke 65 tahun. Upacara dihelat di depan Gedung Rektorat Kampus C.
Rektor Unair, Prof Dr Moh Nasih dalam pidatonya mengatakan, peringatan Hari Pahlawan itu sepatutnya digunakan untuk menghargai jasa para pahlawan yang telah gugur serta melanjutkan perjuangan dengan caranya masing-masing. Menjadi pahlawan di masa kini tidaklah harus dengan turun ke medan laga dan berdarah – darah mengusir penjajah.
“Hanya dengan berbekal kaos oblong, seperti kawan – kawan semuanya, mungkin juga dengan celana gombor, dan bahkan hanya dengan bersarung kumal, kita semua bisa menjadi pahlawan,” ujar Prof Nasih.
Lebih lanjut, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjadi seorang pahlawan, khususnya bagi para mahasiswa. Misalnya, sebut Prof Nasih dengan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi orang – orang tercinta, almamater, kemanusiaan serta nusa dan bangsa.
“Menjadi pahlawan itu mudah, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri, golongan, partai, maupun kekuasaan demi meraih kekayaan pribadi juga merupakan salah satu cara menjadi pahlawan di masa kini,” tegasnya.
Prof Nasih juga menegaskan, dengan menyelesaikan studi tepat waktu, dapat memberikan kesempatan bagi orang lain untuk dapat belajar di Unair. Ia menilai kesempatan menjadi pahlawan, terbuka lebar untuk semuanya. Dan berpesan, untuk memberikan yang terbaik bagi nusa dan bangsa serta meninggalkan hal – hal yang tidak berguna dan sia – sia.
“Bertanggung jawab dalam mengemban jabatan juga merupakan salah satu sikap menjadi pahlawan,” lanjut dia.
Sebelum memulai pidatonya, Prof Nasih menawarkan pada peserta upacara untuk menggantikan beliau membacakan naskah pidato, yang kemudian disanggupi oleh seorang mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat. Tak hanya itu, peserta upacara dengan kostum terbaik juga mendapat apresiasi dari Rektor Unair.
Sementara kostum yang tidak lengkap diminta untuk membacakan teks pidato Bung Tomo menjelang perang di depan peserta upacara lainnya. Upacara juga dihadiri oleh sejumlah Pimpinan Fakultas, Direktur, Ketua Lembaga, perwakilan dosen dan tendik, serta sebagian perwakilan mahasiswa baru dari setiap fakultas. [ina]

Rate this article!
Tags: