17 Kelurahan di Kota Mojokerto Terendam Banjir

Foto Ilustrasi

Foto Ilustrasi

Kota Mojokerto,  Bhirawa
Pemkot Mojokerto harus membuat konsep pembangunan pengelolahan banjir yang sinergi dengan Pemkab Mojokerto sebagai daerah tetangga. Pasalnya sejumlah wilayah di Kota Mojokerto menjadi sasaran kiriman air hujan dari wilayah tetangganya. Akibatnya tercatat ada 17 kelurahan yang menjadi genangan air meski tak turun hujan di wilayah kota.
”Seringkali di kota tidak hujan, tapi di kabupaten hujan. Ya kita kena imbasnya menerima kiriman air,,” ujar Wiwit Febrianto, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Mojokerto, Minggu (2/10) kemarin.
Karena wilayah berhimpitan dengan beberapa daerah inilah meski beragam proyek digelontor sejak beberapa tahun lalu, nyatanya genangan di Kota Mojokerto masih saja muncul. Kawasan Kel Gunung Gedangan tercatat sebagai daerah paling tinggi genangannya.
Dalam catatan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Mojokerto, data lokasi genangan air hujan menyebutkan genangan masih muncul di 17 kelurahan, dari total 18 kelurahan yang ada di kota Mojokerto. Secara akumulasi, genangan air hujan di jaringan barat dan timur mencapai luasan 140,10 hektar dengan volume genangan mencapai 505 meter kubik.
Paling tinggi, genangan muncul di Kel Gunung Gedangan yang mencapai 60 centimeter alias di atas paha orang dewasa. Itu terjadi pada cakupun luasan mencapai 12, 5 hektar. Ketinggian genangan 50 centimeter juga muncul di Kel Miji, Kel Sentanan, Kel Gedongan, Kel Jagalan, Kel Meri dan Kel Prajurit Kulon.
Sedang yang terendah di Kel Kauman, Kel Purwotengah, Kel Balongsari, dan Kel Magersari dengan ketinggian genangan mencapai 30 centimeter. ”Genangan masih selalu ada. Itu dilihat dari waktu dan kemunculannya, baik iri setelah turun hujan di wilayah kota maupun luar kota,” ungkap Wiwiet.
Dijelaskannya, faktor penyebab genangan itu tak hanya dari curah hujan yang turun di kota. Melainkan pula, terpengaruh curah hujan di kawasan pegunungan Kab Mojokerto seperti daerah Pacet dan Trawas. ”Topografi kita yang rendah ikut mendorong genangan gampang muncul. Itu terjadi tidak hanya di area pertanian tapi juga pemukiman dan jalan,” jelasnya.
Disinggung soal tingginya genangan air di Gunung Gedangan, Wiwiet mengakui itu tak lepas kontur tanah yang terbilang rendah dibanding daerah sekitarnya. Kemudian, jalur sungai yang membelit kawasan itu membikin genangan air susah keluar. Apalagi ketika debit Sungai Sadar meningkat tajam. ”Di situ, air bisa masuk lewat luapan Sungai Sadar dari Jokodayoh Mojoanyar yang masuk ke Gunung Gedangan,” terangnya.
Tahun depan, sebut dia, upaya perbaikan saluran/drainase sampai dengan pembangunan rumah pompa baru ditargetkan bisa menurunkan tingkat genangan di area kota. Khusus rumah pompa di tahun depan diplot di daerah bekas banjir Februari silam yakni, kawasan Kuti dan Meri Dukuhan. Keduanya di Kel Meri, Kec Kranggan.
”Total anggaran untuk penangkal genangan ini mencapai Rp18 miliar dengan 15 item paket pekerjaan mulai rehabilitasi saluran/drainase, plengsengan, dan rumah pompa,” pungkas Wiwiet. [kar]

Tags: