41 Siswa SMAN 3 Sidoarjo Diterima di PTN

Sebagian siswi SMA Negeri 3 Sidoarjo yang sukses menempuh dua tahun dan masuk perguruan tinggi negeri. [achmad suprayogi]

Setelah Tempuh Kelas Akselerasi dan Belajar Dua Tahun
Sidoarjo, Bhirawa
SMA Negeri 3 Sidoarjo merupakan salah satu sekolah penyelenggara SKS (Sistem Kredit Semester) di tingkat SMA sejak tahun ajaran 2013/2014. Dalam penyelenggaraan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ada sebagian siswa yang masuk kelas akselerasi, yakni lebih cepat dibandingkan yang lainnya. Sehingga mereka cukup menempuh waktu belajar hanya dua tahun.
Menurut Waka Bidang Kurikulum SMAN 3 Sidoarjo, Asnan Wahyudi SPd, mereka tetap menjalani belajar VI semester, namun waktunya hanya di tempuh dua tahun. Sementara yang regular juga VI semester tetapi ditempuh dalam tiga tahun.
“Tahun lalu jumlahnya 29 siswa dan untuk tahun ini 41 siswa yang berhasil menempuh jalur dua tahun. Dan dari 41 siswa itu, yang sudah diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sebanyak 20 siswa IPA dari 36 siswa, yang program bahasa empat dari lima siswa, sedangkan dari program IPS tidak. Ini yang khusus dua tahun,” jelas Asnan, Kamis (14/5) kemarin.
Ada beberapa siswa yang hadir di sekolah dan mengungkapkan, bagaimana perjuangannya menempuh sekolah dalam dua tahun. Salah satu siswi kelas XII MIPA IX, Langit Jingga yang diterima FKG UB (Fakultas Kedokteran Gigi-Universitas Brawijaya) Malang ini mengaku sangat senang dan bangga, serta tidak menyangka diterima dalan jalur SNMPTN.
“Saya bisa diterima itu juga tidak mudah, menempuh pelajaran dalam dua tahun itu harus mempunyai cara belajar tersendiri. Belajar menurut porsi kita sendiri, cara belajarnya itu rutin, tidak harus banyak tetapi rutinitasnya tetap terjaga, yang lebih penting bisa memilih skala prioritasnya. Tentu saja bimbingan dari para guru itu juga sangat penting,” ungkap Langit Jingga.
Sementara itu, Andini Setyaning Nastiti, kelas XII MIPA 9 yang diterima FK UB juga mengaku semua ini berkat dorongan dan doa orangtua, serta bimbingan dari guru di sekolah. Soal belajar di sekolah ya sama dengan yang lain, kalau di rumah belajarnya juga tidak terlalu ngoyo tetapi sangat rutin. Bila ada waktu kosong juga saya manfaatkan untuk buka-buka pelajaran.
“Sedangkan untuk bermain ya secukupnya saja, dan kalau lagi senang belajar terkadang bisa sampai malam juga, itu dukanya. Pokoknya yang penting rutin,” ujar Andini.
Hal yang sama juga diungkapkan Tiffany Pamela Anggraeni, siswi XII Bahasa yang diterima di HI (Hubungan Internasional) UB mengaku senang dan bangga, serta tidak menyangka bisa masuk PTN. Ia mengaku, saat di sekolah itu pelajaran bahasanya cukup banyak, diantaranya Bahasa Jepang, Jerman, Bahasa Inggris, Sastra Inggris, Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia.
“Kebetulan untuk Bahasa Jepang pihak sekolah juga memfasilitasinya, yakni dengan menghadirkan langsung guru dari Jepang. Sehingga kami dapat mengerti langsung kondisi budaya dari aslinya. Dan itu sangat membantu sekali,” katanya.
Juga Surya Octavia Annashr siswi kelas XII Bahasa yang diterima di Antropologi Unair Surabaya. Mengaku beruntung perjuangannya selama dua tahun ini tidak sia – sia. ”Tidak pernah menyangka bisa masuk PTN. Para siswa ini sejak masuk sekolah juga tidak ada planning untuk dua tahun, namun dalam proses di sekolah masuk kategori dua tahun dan orang tua juga menyetujui, akhirnya bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.
Kepala SMA Negeri 3 Sidoarjo, Eko Rejo Sunariyanto SPd MPd menegaskan, keberhasilan siswa SMA Negeri 3 Sidoarjo ini tidak terlepas dari bimbingan para guru dalam mendidik dan mendampingi siswanya untuk semangat belajar.
“Kami tak menerapkan pola – pola pembelajaran tertentu. Namun ini lebih suka bukti nyata dalam memberikan pelajaran kepada para siswa. Pokoknya tandang gawe ae, kami pernah bilang kepada para guru, dalam melihatnya siswanya yang sudah didoakan oleh orang tuanya, disiapkan sarapan pagi dan diberi uang saku. Kalau mereka sekolahnya tidak berhasil jadi kasihan,” kata Eko.
Menurut Eko, para guru dalam proses pembelajarannya juga bisa setiap saat, dimanapun para siswa itu minta tambahan ilmu, maka para guru juga sudah siap untuk memberi tambahan pelajaran. Bahkan waktu istirahat pun anak – anak yang sudah masuk pembelajaran dua tahun ini juga minta tambah belajar. ”Bukan yang hanya seperti itu, waktu para guru pulang saja ‘dicegat’ oleh untuk minta diajari. Jadi sudah sampai sebegitu kuatnya semangat dalam belajar,” ungkap Eko. [ach]

Tags: