Ajak Hacker – Cracker Beri Kontribusi Jaga Kedaulatan Bangsa

9-cyberCyber Defence Competition 2014
Kota Surabaya, Bhirawa
Era globalisasi saat ini dimanfaatkan oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk membangun jejaring pertahanan cyber.  Seluruh anak bangsa yang memiliki kemampuan teknologi dan informasi dirangkul untuk menjadi barisan cyber guna menjaga kedaulatan NKRI.
Memiliki wilayah yang luas dengan ribuan pulau, Indonesia memiliki aset informasi yang sangat besar. Mulai data kekayaan sumber daya alam, sumber energi, data perbankan, data kesehatan hingga data kependudukan melalui program e-KTP, Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada Pemilu. Semua itu merupakan objek data dan informasi yang menjadi target serangan cyberwar dan penguasaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Meskipun Indonesia sudah memiliki beberapa kebijakan terkait keamanan informasi seperti UU ITE, namun itu saja tidak cukup. Bangsa Indonesia harus membangun cyber defence untuk menangkal seluruh porto folio serangan dunia maya.
Terkait dengan ini,  Kementerian Pertahanan (Kemenhan) bekerjasama dengan Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII) menghelat Cyber Defense Competition 2014 di Akademi Angkatan Laut (AAL) Surabaya mulai Kamis (8/5) hingga Jumat ( 9/5) hari ini. Kompetisi yang berlangsung dua hari ini dibagi ke dalam kategori pelajar dan umum yang berumur 13-18 tahun.
“Dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi, saya harap para peserta dapat memanfaatkan dunia cyber sebagai teknik pertahanan ABRI,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro  di Akademi Angkatan Laut (AAL) Bumimoro Surabaya, Kamis (8/5).
Pria kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu menjelaskan, akhir-akhir ini kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi telah dimanfaatkan oleh sejumlah negara untuk kepentingan perang asimetris. Bahkan, banyak yang meyakini saat ini dan masa mendatang perang asimetris lebih berpeluang terjadi, dibandingkan peran konvensional yang mengandalkan kekuatan pasukan dan persenjataan militer.
Dengan adanya kompetisi ini para peserta diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pertahanan NKRI. Sebab, dampak kehancuran perang asimetris juga tak kalah dengan kehancuran perang konvensional. “Bila kita tidak waspada dan tidak memanfaatkan teknologi pertahanan cyber, maka tidak menutup kemungkinan NKRI dapat dilumpuhkan dan dihancurkan dengan perang asimetris,” ungkapnya.
Dengan nada tegas, Menhan yang menjabat sejak 22 Oktober 2009 itu menambahkan, Indonesia harus memiliki kesiapan mengantisipasi terjadinya perang asimetris. Sebab, perang asimetris dapat terjadi setiap saat baik pada masa damai maupun pada masa perang. Dengan momentum Cyber Defence Competition 2014 ini, benar-benar memiliki nilai strategis di tengah dinamika perkembangan dunia internasional.
“Kompetisi ini tidak hanya sebatas kalah dan menang serta mencari juara saja. Namun, kompetisi ini memiliki nilai untuk menyalurkan kreativitas dalam pertahanan di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi,” urai suami dari Sri Murniati Sachro.
Selain itu, Purnomo mengaku, bahwa kompetisi ini sebagai salah satu upaya menghimpun potensi SDM anak bangsa. Ini terlihat dari antusiasme para peserta yang dapat dilihat dari bobot kreativitas dan inovasinya. “Saya harap, dengan kegiatan ini nantinya di masa depan Indonesia akan mampu memiliki pasukan cyber. Ini juga digunakan untuk mengantisipasi terjadinya perang asimetris,” tegasnya.
Kepala Pusdatin Kemenhan Brigjen Jumadi mengatakan jumlah peserta kompetisi sebanyak 30 tim,  empat di antaranya terdiri prajurit TNI AD, TNI AL, dan TNI AU, serta pegawai Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Jumadi mengatakan, setiap tim terdiri atas tiga hingga lima orang. Mereka yang menjadi peserta ini merupakan tim yang lulus seleksi kompetisi secara online daerah.
Seleksi dibagi menjadi lima wilayah, terdiri seluruh provinsi di Sumatra, Jawa dan Madura, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, Kalimantan dan Sulawesi, serta Maluku dan Papua.” Peserta babak final ini menggunakan sistem kompetisi yang berlangsung secara offline,” kata Jumadi.
Dia mengatakan, kompetisi cyber ini sudah berlangsung kedua kalinya. Tujuan dilangsungkannya kegiatan ini adalah untuk membangun jejaring di antara potensi pertahanan cyber dan melatih keahlian, serta menyalurkan kreativitas peserta melalui ajang kompetisi positif. “Mereka yang menjadi hacker dan cracker bisa memanfaatkan ajang ini untuk meningkatkan kemampuannya,” ujar Jumadi.
Dia mengatakan, kompetisi ini terbagi menjadi empat bagian tes. Pertama adalah forensik, yaitu menguji kemampuan tim di dalam menangani dan menemukan bukti-bukti terjadinya serangan terhadap sistem yang dikelolanya. Kedua, penetration test yang bertujuan untuk menguji kemampuan tim di dalam mencari dan menemukan celah keamanan pada sistem.
Ujian ketiga, lanjut Jumadi, Computer Network Defence (CND), yaitu menguji kemampuan tim di dalam mempersiapkan sistem agar aman dan dapat mengamati, mencegah dan mempertahankan sistem yang dikelolanya dari setiap serangan. Ke empat, Capture The Flag (CTF), menguji kemampuan tim di dalam upaya menembus perimeter keamanan sistem lawan dan menemukan data yang dilindungi.
Pengurus FTII Wahyoe Prawoto mengatakan, kompetisi ini menjadi kesempatan baik untuk membuktikan bahwa Indonesia memiliki bakat-bakat di dunia hacking. “Pemenang kompetisi ini didasarkan tingkatan bobot kreativitas dan inovasi peserta dalam menjawab setiap tes yang diujikan,” kata Wahyoe. [bed]

Tags: